Dalam suratnya untuk jemaat di Roma, Paulus menulis, "Sebab apa yang
tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan
keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak
dunia diciptakan" (
Para pelajar mungkin berpikir bahwa pelajaran tentang iman itu diperoleh melalui gereja atau sekolah minggu; pelajaran tentang dunia ada di sekolah, dan keduanya sama sekali tidak berkaitan. Ketika anak-anak bisa mempelajari Sang Pencipta dan ciptaan-Nya di tempat yang sama, mereka bisa mendapatkan pandangan Kristen yang benar. Bagi anak-anak yang diajar di sekolah Kristen, dimasukkannya kebenaran Alkitab ke dalam kurikulum dapat menjadi pengalaman sehari-sehari yang berharga bagi mereka, tapi untuk kebanyakan anak, isi Alkitab harus datang dari orang tua, guru-guru sekolah minggu, atau acara-acara khusus lainnya.
Seorang guru yang ingin membawa alam ke dalam ruangan kelas tidak perlu menjadi ilmuwan. Mereka yang berhasil menanamkan rasa takjub pada murid-murid adalah mereka yang juga kagum akan ciptaan Tuhan dan memberikan ketakjuban mereka sendiri hanya dengan membagikan rasa takjub itu. Dalam semua pembelajaran, penemuan kebenaran mempunyai dampak lebih banyak daripada yang hanya diberikan oleh seorang guru yang bertindak sebagai sumber eksklusif pengetahuan. Jawaban guru terhadap semua pertanyaan yang berkaitan dengan dunia ciptaan Tuhan haruslah, "Ayo kita cari tahu bersama-sama!"
Pelajaran dari Kejadian yang mengungkapkan tema penciptaan memberi
banyak kesempatan untuk membagikan berbagai penemuan tumbuh-tumbuhan
dan hewan-hewan. Kelas yang berpusat pada alam bisa saja mengadakan
kegiatan yang secara langsung menyentuh daun-daunan, tempurung,
fosil, biji-bijian, dan binatang hidup (yang diawasi) secara
berkala. Kaca pembesar dan mikroskop bisa meningkatkan kemauan dan
kemampuan para murid untuk menyelidiki sesuatu. Buku dan majalah
bisa mendorong mereka untuk menyelidiki sesuatu dengan lebih lagi.
Sekali lagi kita berkata bahwa kapan pun panca indera yang terlibat
dalam proses belajar lebih dari satu, maka pengetahuan akan
meningkat. Bandingkan dampak yang muncul hanya dari mendengar bahwa
Tuhan membuat "binatang melata" (
Tidak semua pelajaran bisa disisipi kegiatan alam. Dan sangat baik untuk menghilangkan kegiatan yang tidak mendukung dan tidak memperkuat tema utama dari kurikulum. Namun demikian, ada banyak sekali kebenaran tentang Tuhan yang bisa dipelajari dari penyelidikan atas ciptaan-ciptaan-Nya dan selain itu juga ada banyak tema yang harus diperkuat oleh kegiatan-kegiatan tambahan.
Penyajian alam yang paling baik adalah secara dekat dan langsung,
akan tetapi film dan buku yang dipinjam dari perpustakaan bisa pula
menjadi pembangun kesadaran para murid yang efektif. Penelitian
lapangan yang diadakan pada hari apa pun bisa meningkatkan pemahaman
para murid dan membangun hubungan antara guru dan murid. Perjalanan
ke taman, pusat alam, museum, planetarium, atau kebun binatang
benar-benar bisa memperkaya pengalaman hari Minggu. Bahkan
jalan-jalan di sekitar kompleks gereja atau rumah dengan panduan
guru bisa menjadi kegiatan belajar yang sangat menyenangkan.
Pengalaman sederhana dari mengamati perubahan cuaca melalui jendela
kelas bisa meningkatkan rasa penghargaan terhadap kuasa Tuhan.
Ada banyak guru yang bisa memberikan, setidaknya satu pelajaran
dengan pergi ke jendela dan melihat pelangi yang baru pertama kali
dilihat oleh sang anak atau kepingan salju yang turun pada musim
itu. Di luar negeri, guru-guru yang berpengalaman menggunakan
kepingan salju sebagai "waktu untuk mengajar". Anak-anak boleh
meninggalkan pelajaran untuk sesaat, lalu guru-guru itu membariskan
para murid di sekitar jendela dan menjelaskan bahwa Bapa mereka yang
di surga "menurunkan salju seperti bulu domba" (
Karena anak kecil hanya belajar secara literal dan konkrit, sebaiknya guru tidak menggunakan simbol apa pun juga. Anda bisa menunjukkan bagaimana induk ayam merawat anak-anaknya, kemudian bandingkanlah dengan Tuhan yang ingin memelihara kita; namun, menggunakan cangkang telur, putih, dan kuning telurnya untuk mengajarkan sifat Allah yang Tritunggal hanya akan mendatangkan masalah. (Salah seorang guru yang menggunakan telur untuk menjelaskan masalah itu dibuat bingung dengan kuning telur yang berganda dan harus menjelaskan banyak hal.)
Kesadaran untuk mengajarkan kuasa Allah dengan belajar dari alam berarti melibatkan beragam gaya belajar anak-anak. Metodenya melibatkan seni, drama, menulis, musik, dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak penelitian. Anak-anak yang tidak bicara dengan bahasa yang guru mereka gunakan, yang lemah fisik dan mental, atau yang mempunyai keterbatasan dalam belajar bisa menanggapi alam sesuai tingkat pemahaman mereka sendiri. Kebun binatang, museum, perpustakaan, atau universitas setempat mungkin mempunyai koleksi bahan-bahan yang bisa dipinjam. Lembaga-lembaga seperti itu mungkin juga menyediakan lokakarya untuk guru-guru yang berminat mengajar secara lebih lagi tentang alam dan bagaimana mengajarkannya kepada anak-anak.
Saat kesadaran akan masalah polusi dunia berkembang, banyak pelatihan Kristen menyertakan pembelajaran alam dan perlindungan alam dalam program pendidikan luar ruangan mereka. Pelayanan anak yang memasukkan pelatihan atau retret harus memanfaatkan kesempatan itu untuk mendidik anak-anak.
Para guru harus terlebih dulu menemukan lagi rasa takjub mereka akan kuasa dan kemuliaan Sang Pencipta. Dengan demikian, mereka bisa memercikkan ketakjuban yang serupa di dalam pikiran murid-murid mereka dengan memberikan kesempatan untuk melihat pekerjaan Tuhan di dunia-Nya. (t/Dian)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK