PENGERTIAN TENTANG ANAK HIPERAKTIF
Anak yang hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajar, tidak tahan lama melakukan satu aktivitas. Biasanya juga sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati orangtua dan guru. Setelah dewasa umumnya mengalami masalah dalam emosi, suka bermabuk-mabukan atau melakukan pelanggaran hukum. Sebenarnya keaktifan itu tidak mereka inginkan, namun mereka sulit untuk duduk dengan tenang dan memperlambat gerakan mereka karena mereka didorong oleh suatu kekuatan yang sulit dijelaskan, dan sulit diubah.
Pada tahun 1845, Dr. Heinrich Hoffmann mengumpulkan cerita anak-anak yang berisi pelajaran moral dan kemudian melalui penelitian tersebut mengunakan istilah yang berbeda untuk melukiskan sifat hiperaktif. Dan melalui pengamatan, kira-kira di tahun 1902, Dr. G.F. Still menguraikan bahwa ada beberapa perilaku tertentu yang menjadi ciri anak-anak tersebut. Tetapi sebelum menyelidiki secara akurat, ia sudah tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan bahwa perilaku tersebut adalah hasil dari kesalahan pendidikan keluarga. Setelah itu dalam banyak tahun bermunculanlah istilah-istilah, seperti: perhatian, deficit disorder, masalah perilaku fungsional, dyslexia, sindrom anak hiperaktif, sindrom impulsif hiperkinetik, ketidakmampuan dalam belajar, sindrom kerusakan otak minimal, ketidakmampuan belajar secara khusus, dan sebagainya.
PERNYATAAN MASALAH
1. Masalah intelek.
Anak hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit
menentukan mana yang penting dan mana yang harus diprioritaskan
terlebih dulu, selain sulit menyelesaikan pelajaran, sering tidak
dapat berkonsentrasi dan pelupa. Adakalanya mereka sulit mengerti
pembicaraan orang secara umum, apalagi terhadap petunjuk yang
mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia sulit
menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri,
tidak dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya,
susah bergaul, kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya
lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran matematika.
Karena mengalami luka di otak, mereka sering tidak mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke
suasana kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang.
Perilaku yang sulit diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau
teman-temannya merasa khawatir.
Kadangkala mereka sadar harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata, sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m" dengan "w", "d" dianggap "b" atau "p" dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam membaca.
2. Masalah biologis.
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka
diam, sepertinya sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga
tidak dapat beristirahat, meraba, dan menyentuh benda-benda untuk
merasakan lingkungan di sekitarnya, suka berteriak dan ribut,
semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap bahan kimia,
obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif
terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam,
susu, kedelai, daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur
dengan nyenyak dan mudah terbangun, dan kebiasaan tidur mereka
bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil berjalan, menggigau atau
mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan banyak gerak dan
banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya
gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis,
mewarnai, atau menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat
tulis dengan baik.
3. Masalah emosi.
Anak hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan
emosional, bila berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu,
bermain kasar, suka merusak, tidak takut bahaya, dan sembrono
sehingga besar kemungkinan bisa mengalami kecelakaan. Pernyataan
emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga emosi
sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu
senang dan ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih.
Seorang ahli berpendapat bahwa yang sangat dibutuhkan mereka
adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan diri.
4. Masalah moral.
Karena mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka
pun tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri
uang orangtua atau permen di toko, tidak mengembalikan barang
yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain, mencela pembicaraan
orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain sehingga
kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral
rendah.
PENYELESAIAN MASALAH
Ada banyak orangtua yang tahu bahwa penyebab anak berperilaku demikian hanya karena masalah biologis, lalu menanggapinya tidak dengan serius, tetapi ada juga yang menanggapi secara serius dan menghajarnya ketika mereka berperilaku agresif. Namun bila terus- menerus dihukum dan dipukul, tidak akan mempan terhadap anak seperti ini. Lalu bagaimana cara mengajar mereka?
1. Penggunaan obat.
Dokter umumnya menganjurkan penggunaan obat untuk menolong anak
yang hiperaktif, dan hal itu pun sudah dibuktikan bermanfaat
dalam menenangkan mereka. Jikalau masalahnya cukup serius dan
penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus
sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek
sampingannya. Penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter
ahli saraf.
2. Pengaturan makanan.
Dalam konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan
apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan dan apakah
perlu ada pengendalian terhadap makanan, sebab ada banyak bukti
terhadap kebenaran ini.
3. Hindarkan pemanjaan.
Anak jangan dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya
karena masalah biologis. Orangtua harus bertahan dengan
peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak agar menaatinya.
Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin ditaati
oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman
kepada anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras,
diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk
membina dan mengajar anak tentang apa yang harus mereka lakukan.
4. Menciptakan lingkungan yang tenang.
Usahakan untuk menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu
biasa bergerak, misalnya: di kamar atau di ruang bermain. Bila
lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah
rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang baik.
5. Memilih acara teve dengan hati-hati.
Acara teve yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan
sinar yang bergerak menyilaukan, dapat merangsang anak dan
mengakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk meniru
adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu, pilihlah acara
teve yang beradegan lembut dan baik.
6. Gunakan tenaga ekstra dengan tepat.
Anak ini kurang dapat mengendalikan diri dan apabila sikap
agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, maka itu
akan mengurangi keonaran, misalnya dengan mengizinkan dia
mengikuti aktivitas di luar rumah atau membuat pekerjaan rumah
bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar
di kelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga
ekstranya dengan benar.
7. Membimbing dalam kebenaran.
Meski anak hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan
perilakunya, orangtua atau guru tidak seharusnya bersikap acuh
dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus
dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai dengan
kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini,
walaupun harus dilakukan berulang-ulang. Bila orangtua tidak
putus asa, anak akan mempunyai harapan untuk disembuhkan.
Didiklah mereka selalu, untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar
pada pertolongan-Nya. Jika mereka berbuat dosa, mohonlah
pengampunan kepada Allah karena Ia telah berjanji, "Jika engkau
mengaku dosa, Allah itu setia dan adil, Ia akan mengampuni dosa
kita menyucikan segala kesalahan kita" (
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK