Mengajar cerita Alkitab merupakan suatu usaha untuk menyampaikan berita sukacita Tuhan kepada anak-anak. Karena kemampuan anak untuk memahami dan berkonsentrasi belum sebaik orang dewasa, pengajar harus dapat menyampaikan cerita secara menarik. Itu sebabnya, pelayanan terhadap anak menuntut kreativitas yang lebih besar daripada pelayanan terhadap orang dewasa.
Secara garis besar, ada dua tahap utama dalam mengajar cerita Alkitab, yaitu persiapan dan penyampaian. Keberhasilan pengajaran sangat bergantung pada penguasaan pengajar terhadap materi yang disampaikan dan pada persiapan yang matang.
Persiapan
Banyak orang mungkin menganggap remeh masa persiapan. Padahal untuk dapat menyampaikan cerita Alkitab dengan efektif, persiapan merupakan langkah yang mutlak diperlukan. Pentingnya sebuah persiapan ditujukkan oleh slogan 5p, "proper preparation prevent poor performance", yang berarti persiapan yang baik mencegah penampilan yang buruk.
Berikut adalah tiga jenis persiapan bercerita yang harus dilakukan oleh seorang pelayan anak.
Persiapan dasar, meliputi: analisis acara dan analisis calon pendengar.
Persiapan materi, meliputi: perumusan tujuan, penyusunan outline/struktur presentasi, pengumpulan bahan, dan penyusunan cerita.
Persiapan alat bantu, meliputi: pemilihan alat bantu, pembuatan alat bantu, dan latihan menggunakannya.
Persiapan Dasar
Penyusunan cerita memang harus dipersiapkan dengap cermat, tetapi setiap pengajar perlu tahu hal-hal di sekitar cerita dan kepada siapa cerita itu akan disampaikan. Tahapan selanjutnya akan sangat bergantung pada hasil analisis tahap ini. Misalnya, menyampaikan cerita kepada anak sekolah minggu di kelas kecil atau batita tentu akan berbeda dengan di kelas besar.
Langkah awal atau dasar yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat analisis acara dan analisis siapa calon pendengar, yang dapat dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan berikut.
Langkah selanjutnya adalah menganalisa calon pendengar Anda. Ini merupakan langkah yang paling dominan dalam persiapan dasar karena merekalah yang harus menjadi pusat perhatian dalam menyiapkan dan menyampaikan bahan. Terlebih jika kita bercerita ke gereja lain, hal ini sangat penting. Beberapa pertanyaan, seperti siapa pendengarnya, berapa jumlahnya, dan sebagainya, perlu Anda buat analisanya.
Persiapan Materi
Dalam persiapan materi, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah perumusan tujuan, penyusunan outline/struktur, pengumpulan bahan, dan penyusunan cerita. Tahap pertama atau penyusunan tujuan biasanya sudah ditetapkan oleh pihak individu atau gereja seperti yang tertulis dalam buku panduan.
Tahap kedua, yaitu dengan menyusun struktur cerita yang terdiri dari tahap permulaan cerita, inti pembicaraan, dan kesimpulan cerita. Pendahuluan cerita sangat penting sebagai pengantar ke dalam inti cerita dan memengaruhi sikap pendengar apakah serius untuk menyimak cerita selanjutnya atau tidak. Kemudian lanjutkan dengan mengemukakan inti atau isi cerita yang dapat Anda bagi menjadi beberapa bagian kecil jika waktu yang diberikan panjang. Tahap terakhir adalah penutup atau kesimpulan cerita yang digunakan untuk menekankan apa yang ingin dicapai atau pelajaran apa yang diperoleh dari cerita tersebut.
Tahap yang ketiga, guru atau pengajar sekolah minggu harus mengumpulkan atau menyelidiki materi. Penyelidikan ini akan menjadi kisi-kisi cerita. Kumpulkan perlengkapan yang diperlukan, seperti Alkitab, buku panduan (kurikulum), konkordansi, alat tulis, dan lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan penyiapan bahan ini.
Menyediakan waktu persiapan untuk menyelidiki materi yang akan disampaikan.
Membaca untuk mendapatkan pengertian yang lebih lengkap. Baca juga teks sebelum dan sesudahnya, karena biasanya suatu perikop dalam Alkitab memunyai kaitan dengan bagian sesudah atau sebelumnya.
Perhatikan tokoh yang terkait dalam cerita, seperti jenis kelamin, rupa, bentuk badan, kedudukan, watak, hubungan dengan orang lain, maupun persoalan yang dihadapi.
Sampaikan lokasi atau tempat berlangsungnya peristiwa agar nuansa cerita dapat ditangkap oleh pendengar.
Perhatikan waktu terjadinya cerita itu. Tempat dan waktu yang disampaikan dengan jelas akan membantu pendengar atau anak-anak memahami situasi, keadaan, serta kesulitan yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita itu.
Perhatikan peristiwa, tentukan pemeran utama, dan jangan lupa perhatikan kata-kata sulit yang perlu Anda perhatikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak. Sebisa mungkin, pakailah kata-kata yang sederhana. Bila tidak ada padanan dari kata-kata yang sulit itu, berikan arti kata itu sehingga anak-anak dapat mengerti.
Setelah bahan atau materi cerita telah siap, sekarang waktunya untuk menyusun cerita. Tentunya cerita yang akan disusun mengikuti struktur yang telah dipilih pada tahap sebelumnya, yakni pendahuluan atau permulaan cerita, isi cerita, dan kesimpulan atau penutup.
Pendahuluan
Bagian ini bisa diisi dengan menceritakan apa yang akan disampaikan, menanyakan, atau mengulang sebentar cerita yang lalu, atau memberi awal pada cerita yang baru. Permulaan harus pendek, dibuat menarik, dan bervariasi (tidak selalu sama setiap minggu). Beberapa contoh permulaan cerita adalah penyampaian persoalan/kesulitan (misalnya, Zakheus yang pendek mengalami kesulitan di antara orang banyak), penjelasan istilah baru (arti pemungut cukai, orang Farisi, paskah, dll.), peragaan alat/benda (misalnya bunga).
Isi cerita
Isi cerita perlu dibuat atau ditulis dengan alur yang jelas dan sederhana untuk mempermudah pemahaman anak-anak terhadap kisah yang disampaikan. Dalam penyusunan ini, konsentrasi yang dimiliki anak-anak perlu diperhatikan juga.
Kesimpulan/penutup
Kesimpulan harus mencakup setidaknya dua hal penting, yaitu rangkuman dari inti pembicaraan dan rangsangan untuk melakukan tindakan seperti tujuan cerita. Misalnya: "Adik-adik, perempuan itu pulang dengan sukacita. Dosanya telah diampuni dan ia memulai hidup yang baru. Siapa di antara adik-adik yang mau diampuni dosanya oleh Yesus? Siapa yang mau hidup benar di hadapan Tuhan? Mari kita berdoa ...."
Persiapan Alat Bantu
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyampaian informasi yang paling efektif adalah melalui media audiovisual (pendengaran dan penglihatan). Oleh karena itu, penggunaan alat bantu pada saat menyampaikan cerita sangat bermanfaat.
Persiapan alat bantu baru dapat dilakukan setelah persiapan dasar dan persiapan materi selesai. Tiga langkah yang terkait dengan persiapan ini adalah pemilihan, pembuatan, dan latihan penggunaan alat bantu.
Pemilihan jenis alat bantu sangat ditentukan oleh persiapan dasar. Sedangkan materi yang akan ditampilkan melalui alat bantu ini mengacu pada persiapan materi.
Pembuatan alat bantu membutuhkan keahlian, waktu, dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pemilihannya harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Penggunaan alat bantu yang telah tersedia dengan atau tanpa modifikasi, dapat menghemat waktu dan biaya. Setelah alat bantu tersedia, guru atau pengajar perlu melakukan latihan menggunakan alat bantu ini.
Kesiapan bercerita amat menentukan berhasil tidaknya cerita tersebut disampaikan kepada anak layan kita. Penyampaian firman Tuhan perlu dilakukan dengan sebaik mungkin agar pesan dapat diterima anak-anak. Yang terpenting, firman tersebut dapat menjadi tuntunan mereka untuk turut dalam kebenaran Allah. Oleh sebab itu, mari sampaikan kebenaran akan firman Allah dengan sebaik mungkin.
Diringkas oleh: Kristina Dwi Lestari
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK