Pelayanan kepada anak-anak akan semakin berkembang jika kita
memahami dan merencanakan pengalaman-pengalaman yang dibutuhkan
dalam tahap-tahap dasar proses belajar anak di bawah ini.
1. Mendengarkan (Listening)
Pelajaran dasar yang penting dalam proses belajar anak adalah
bagaimana anak dapat mendengar atau memberi perhatian. Guru yang
ingin mengawali proses belajar pertama-tama harus dapat mencari
cara untuk menarik perhatian anak, antara lain dengan memotivasi
anak melalui ruangan kelas maupun aktivitas-aktivitas sehingga
anak tertarik dengan materi yang harus dipelajarinya. Misalnya
saja, sebuah poster sederhana dengan beberapa pertanyaan di
dalamnya dapat digunakan bersama dengan suatu permainan yang
membuat anak menemukan definisi kosa kata kunci yang dimaksudkan.
Poster dan permainan tersebut merupakan kombinasi efektif yang
dapat digunakan untuk memperoleh perhatian anak dan memotivasi
anak di awal proses belajarnya. Pada umumnya anak-anak akan
memperhatikan sesuatu yang spesifik yang mereka rasa perlu untuk
dengarkan, misalnya: "Ada tiga hal yang harus kalian lakukan
dalam permainan ini. Dengarkan baik-baik supaya kalian tidak
lupa!"
2. Meneliti (Exploring)
Meneliti, tahap kedua dalam proses belajar, meliputi penelitian
yang serius terhadap suatu masalah atau subyek. Anak-anak perlu
dilibatkan dalam penelitian tentang sesuatu yang belum pernah
mereka ketahui atau mereka alami. Dengan demikian anak tidak
lagi menjadi pendengar pasif atau penonton tetapi menjadi pelaku
yang aktif berpartisipasi dalam penelitian. Alkitab maupun alat-
alat bantu belajar lainnya dapat digunakan dalam penelitian.
Selain itu, dalam penelitian anak-anak dapat mengajukan
pertanyaan, mendefinisikan masalah atau memberikan usulan
tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin dapat digunakan untuk
menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.
3. Menemukan (Discovering)
Dari mendengarkan dan penelitian yang dilakukannya, anak
sekarang mampu menemukan sendiri apa yang dikatakan dalam
Alkitab dan dengan bimbingan Roh Kudus, anak merasakan pengaruh
yang ditimbulkan oleh Alkitab dalam dirinya sendiri.
Menemukan kebenaran sejati Tuhan melalui firman-Nya adalah suatu
hal yang menarik. Namun, seringkali satu-satunya orang yang
menemukan kebenaran tersebut adalah guru itu sendiri. Meskipun
guru akan dengan senang hati membagikan kebenaran tersebut
dengan murid-muridnya, tidak ada salahnya jika sukacita yang
diperoleh saat menemukan kebenaran sejati Tuhan tersebut juga
dapat dirasakan oleh anak-anak di bawah bimbingan gurunya yang
terampil. Keterbatasan waktu mungkin akan mengurangi jumlah
pengungkapan kebenaran yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri,
tetapi seharusnya hal ini tidak dijadikan alasan untuk guru
mengungkapkan kebenaran Firman Tuhan seorang diri tanpa
melibatkan anak-anak. Tujuan dari penemuan ini adalah agar anak
belajar dan menerapkan kebenaran Alkitab, bukan untuk menutupi
kebenaran tersebut.
4. Mencocokan (Appropriating)
Setelah anak menemukan arti suatu ayat dalam Alkitab, anak perlu
merenungkan kebenaran yang ada dalam ayat tersebut. Anak perlu
menghubungkan arti-arti dan nilai-nilai yang telah diungkapkannya
dengan pengalaman pribadinya. Pengetahuan Alkitab yang tidak
diujikan dalam kehidupan pribadi berarti tidak memenuhi tujuan
yang dimaksudkan oleh Allah yang membuatnya.
Berikan anak-anak bimbingan untuk mencocokkan atau membuat
kebenaran Alkitab menjadi miliknya. Angkat suatu permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan menggunakan
kebenaran Alkitab. Misalnya saja,
"Josh sangat menyukai bola basket. Ia sedang menyelesaikan
ining terakhir ketika ia menyadari bahwa ia telah melanggar
jam makan malam. Josh tahu orangtuanya di rumah pasti sudah
menunggunya tetapi ia merasa sayang untuk meninggalkan
permainannya. Apa yang seharusnya Josh lakukan untuk
menyelesaikan pergumulan hatinya? Apa yang dikatakan
Alkitab tentang masalah seperti yang dialami Josh ini?"
Mengajak anak mencocokkan kebenaran Alkitab dengan suatu
pelajaran akan memudahkan anak untuk mengenali arti yang
sesungguhnya yang dapat ia terapkan dalam perasaannya maupun
dalam perilakunya. Melalui tahap mencocokkan ini, anak dapat
mengetahui apa yang diharapkan Tuhan darinya jika menghadapi
suatu keadaan atau situasi yang hampir sama dengan kebenaran
tersebut.
Tahap ini adalah puncak dari proses belajar, tempat di mana
tahap-tahap sebelumnya -- mendengar, meneliti, menemukan, dan
mencocokan -- mencapai titik kulminasi/klimaks. Di sini,
kebenaran Tuhan yang sebenarnya mengubah dan membentuk pola pikir
anak serta sikap dan perilakunya. Pada tahap inilah usaha kita
mengkomunikasikan kebenaran Tuhan kepada anak-anak menghasilkan
perubahan hidup pada anak-anak tersebut. Anak-anak harus kita
bimbing untuk melakukan hal-hal tertentu sesuai dengan apa yang
telah mereka alami (dari tahap-tahap proses belajar yang telah
mereka pelajari). Ujian yang sesungguhnya terjadi ketika anak
dengan kemauannya sendiri menggunakan apa yang telah ia pelajari
tersebut untuk menghadapi situasi baru yang ia alami. Anak juga
dapat mempraktekkan apa yang telah ia pelajari tersebut saat ia
sedang melakukan aktivitas bersama dengan teman-temannya yang
lain (bersikap baik, ramah, mau berbagi, memaafkan, dsb.). Guru
dapat juga menggunakan rencana proyek pelayanan atau kesempatan-
kesempatan lain agar anak dapat menerapkan kebenaran Alkitab
dalam tindakan nyata. Pada kesempatan lain, anak dapat diberikan
kesempatan untuk merencanakan tindakan tertentu yang harus
dilakukan untuk minggu yang akan datang.
Proses belajar dan pemahaman manusia dapat diringkas dalam langkah-
langkah belajar seperti di atas. Mendengarkan, meneliti, menemukan,
mencocokkan, dan mempertanggungjawabkan bukan sekedar aktivitas
di mana anak ikut terlibat, tetapi juga merupakan satu kesatuan
dengan pendidikan Kristen/tujuan dan sasaran pendidikan. Melalui
bimbingan Roh Kudus dari guru yang perhatian, aspek rohani dalam
kepribadian anak dapat tumbuh dan berkembang.