Komik 'Dia Hidup di Antara Kita' menampilkan ilustrasi menakjubkan disertai dengan dialog. Ilustrasi ini akan menjamah hati, mengubah hidup, dan mengubah kehidupan pembacanya di masa depan.
Bakat seseorang dalam berbicara di depan banyak orang memang sangat
berpengaruh dalam menyajikan cerita. Ada orang yang secara alami
sangat memikat perhatian orang lain dalam hal berbicara. Untuk orang
semacam ini, menyampaikan cerita bukan hal yang susah. Namun, bukan
berarti orang yang tidak memunyai bakat alam semacam itu tidak
dapat menyampaikan cerita dengan baik. Dengan belajar dan berlatih,
orang yang tidak berbakat seperti itu dapat juga menyampaikan cerita
dengan baik.
Beberapa usaha yang perlu dipelajari setiap pembicara adalah cara
mengatasi kegugupan, penampilan yang menarik, gaya bicara, bahasa
tubuh, dan cara menanggapi pertanyaan. Tentunya juga seorang guru
yang akan menyampaikan cerita harus memeriksa semua bahan yang akan
dibawanya, seperti daftar acara, Alkitab, dan alat peraga/alat
bantu.
Mengatasi Kegugupan
Kegugupan adalah sesuatu yang manusiawi. Semua orang
mengalaminya. Hal ini harus dapat diatasi karena bila tidak,
penyampaian cerita akan terganggu. Biasanya kegugupan akan dapat
dieliminasi bila semua persiapan telah dilakukan dengan baik.
Artinya, pengajar telah "mengenali" calon pendengar, telah
mengenali lokasi/ruang yang dipakai, telah menyusun alur
pembicaraan dengan dukungan alat bantu yang sesuai, dan telah
melakukan beberapa kali latihan.
Beberapa cara berikut dapat diterapkan untuk mengurangi atau
menyembunyikan kegugupan, yaitu dengan mengatur pernapasan,
menerapkan teknik relaksasi, dan menggunakan media visual.
Penampilan
Pengertian penampilan meliputi banyak hal. Tidak hanya masalah
busana, tetapi juga kebersihan, kerapian, ekspresi suasana hati,
dan sikap. Dalam hal busana, seorang pengajar harus mengenakan
pakaian yang sopan dan fungsional. Riasan wajah tidak perlu
mencolok seperti hendak menghadiri pesta. Demikian juga
perhiasan. Tidak perlulah memakai semua perhiasan yang dimiliki
sehingga pengajar malah terlihat seperti boneka pajangan. Yang
penting, seorang guru yang berpenampilan "apik" akan lebih
diperhatikan daripada yang rambutnya tidak rapi dan bermuka
masam.
Gaya Bicara
Meski telah disampaikan di atas bahwa media visual terbukti lebih
efektif daripada media audio, tetapi suara guru tetap merupakan
alat yang sangat penting. Sebaik apa pun alat bantu yang
digunakan, penjelasan dari pembicara tetap dibutuhkan. Di bawah
ini beberapa aspek gaya bicara yang perlu diperhatikan.
Audibilitas
Suara harus dapat didengar oleh anak yang duduk paling jauh
dari pengajar. Suara yang cukup keras akan mencegah anak-anak
melakukan kegiatan sendiri atau mengganggu kawan yang lain.
Nada
Nada suara guru dapat menarik perhatian dan keingintahuan
anak. Nada suara yang datar tidak akan menarik perhatian
pendengar, baik dewasa maupun anak-anak. Akan jauh lebih baik
bila guru dapat menggunakan variasi nada suara sesuai dengan
suasana atau kejadian yang sedang diceritakan, misalnya
berbisik, marah, berseru, sedih, menyesal, membentak, dsb.
Namun perlu diingat, suara harus tetap terdengar oleh
anak-anak.
Kecepatan
Kecepatan bicara juga memengaruhi pemahaman anak terhadap
cerita yang sedang disampaikan. Cerita yang disampaikan dengan
cepat akan susah dipahami, sebaliknya cerita yang bertempo
lambat akan membosankan dan menghabiskan waktu.
Bahasa Tubuh
Komunikasi tidak hanya melibatkan bahasa verbal (yang terucap),
tetapi juga yang nonverbal (yang tak terucap), yang sering
disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh adalah istilah dalam bidang
psikologi yang menunjuk pada gerakan atau tindakan yang
merefleksikan emosi sehingga dapat dilihat dari luar. Sebagai
contoh, orang yang sedang marah tidak perlu mengatakan "saya
marah" agar orang lain tahu bahwa ia sedang marah. Sebaliknya
bila sedang gembira, ia tidak perlu mengatakan "saya gembira".
Ada kalanya bahasa tubuh ini sesuai dengan apa yang diucapkan,
akan tetapi ada kalanya pula bertentangan dengan apa yang
diucapkan.
Karena bahasa tubuh memiliki andil yang cukup besar dalam
penyampaian dan penerimaan suatu berita, sebaiknya guru belajar
menggunakan bahasa tubuh dengan efektif. Beberapa hal yang
terkait dengan bahasa tubuh adalah sebagai berikut.
Senyum
Senyuman akan membuat suasana menjadi hangat dan menyenangkan.
Namun, orang lain akan melihat mana senyum yang keluar karena
memang sedang bersukacita atau terpaksa.
Mimik
Mimik atau rona wajah akan ikut memengaruhi suasana kelas.
Mimik wajah guru akan memengaruhi suasana hati anak-anak juga.
Wajah yang cemberut pasti akan mengurangi antusiasme anak-anak
dalam mendengarkan cerita. Selain itu, guru yang berpengalaman
dapat menggunakan ekspresi wajah untuk menarik perhatian
anak-anak, misalnya wajah kesakitan, ketakutan, menggigil, dan
sebagainya.
Kontak mata
Kontak mata merupakan satu hal yang penting dalam komunikasi.
Kontak mata merupakan salah satu bentuk perhatian. Kita tentu
tidak akan senang bila orang yang sedang berbicara dengan kita
tidak pernah atau sangat jarang menatap mata kita. Selain itu,
kontak mata juga dapat membantu guru menguasai suasana kelas.
Gerakan tangan
Penggunaan gerakan tangan dilakukan untuk menunjang cerita.
Usahakan untuk tidak menggunakan gerakan yang tidak perlu.
Berhati-hatilah dengan gerakan tangan yang memunyai konotasi
negatif.
Posisi berdiri/duduk
Pilih posisi berdiri/duduk yang tepat agar semua anak masih
dapat melihat. Perlu dihindari sikap yang tidak baik dalam
duduk atau berdiri (baik dan buruk bergantung pada budaya). Di
Indonesia, duduk di meja atau meletakkan kaki di atas kursi
dianggap tidak sopan. Namun, hal ini masih bisa dilakukan jika
dimaksudkan sebagai contoh atau adegan.
Kebiasaan bawah sadar
Setiap orang memiliki kebiasaan yang kurang disadari ketika
berbicara. Di antaranya memasukkan tangan ke kantong, bertolak
pinggang, atau memegang-megang benda tertentu. Bila kebiasaan
semacam ini terlalu sering muncul, pengajaran tentu akan
terganggu. Sebab itu, sang guru harus berlatih mengurangi
kebiasaan bawah sadar ini.
Penyampaian cerita firman Tuhan perlu dilakukan dengan sebaik
mungkin agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh
anak-anak. Perlu disadari bahwa penyampaian cerita firman bukanlah
sekadar bercerita untuk mengantar tidur. Selalu ada inti kebenaran
yang ingin disampaikan kepada anak-anak. Jangan sampai terjebak pada
kegiatan untuk mengisi kemampuan kognitif (pengetahuan) semata
karena pengetahuan tidak akan mengubah perilaku seseorang. Hanya
kasih Tuhan Yesus yang dapat mengubah seseorang.