Berikut ini satu bahan yang dapat Anda pakai untuk menceritakan kepada anak-anak mengenai dosa. Sesuaikan tujuan mengajar Anda dengan tujuan pelajaran yang ada dalam bahan mengajar ini. Selamat mengajar!
Tujuan Umum:
Anak mengetahui dan memahami bahwa Allah yang Mahakudus menghukum
manusia berdosa.
Pelajaran:
Hamba yang setia dan hamba yang tidak setia.
Bahan Alkitab:
Tujuan Khusus:
Anak dapat:
Ayat Hafalan:
"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan
kepadamu mahkota kehidupan." (
Materi Pelajaran:
A. Untuk Guru
1. Penjelasan bahan Alkitab
Tugas seorang hamba antara lain adalah menyediakan pakaian, makanan, merawat kebun dan menjaga rumah, serta lain-lain. Kali ini Yesus menjelaskan kepada kita melalui perumpamaan-Nya, tentang umat Tuhan yang harus bertugas melayani Tuhan sebagai Tuannya. Kalau ingin selamat tentu kita harus setia kepada Tuan kita.
2. Renungan
Perumpamaan ini diangkat oleh Yesus untuk mengingat kembali tugas
manusia, sebagai umat-Nya. Ketika Tuhan menciptakan manusia, maka
bersamaan dengan itu pula Tuhan memberikan tugas kepada manusia
(lihat
Namun kemudian Anak Allah datang untuk memperbaiki hubungan itu; dan hal itu telah terjadi! Sekarang tugas manusia adalah memelihara hubugan yang sudah diperbaiki itu dan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia ini. Siapakah yang setia ... ?
B. Untuk Anak
1. Cerita
Ada satu keluarga kaya yang memiliki tiga mobil, dua buah televisi berwarna dengan layar lebar, barang-barang antik, dan lain- lain. Dalam keluarga ini Badu dan Budi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Selain mereka berdua, ada dua pembantu lain yang juga tinggal dalam rumah keluarga kaya ini. Mereka bertugas memasak, mencuci, dan menjaga kebersihan rumah. Sedangkan Badu dan Budi bertugas membersihkan mobil, menjaga kebersihan lingkungan, dan keamanan rumah.
Setiap Hari Sabtu, bapak dan ibu pemilik rumah itu yaitu Bapak dan Ibu Andreas, beserta dua anak mereka pergi ke luar kota. Maka sebagai penjaga keamanan rumah, Badu dan Budi bertanggung jawab atas keselamatan rumah. Suatu kali ada kejadian khusus. Waktu libur panjang sekolah, kedua anak Bapak dan Ibu Andreas merencanakan untuk pergi berlibur ke kampung halaman mereka. Rencana kepergian Pak Andreas sekeluarga membuat Badu jadi berpikir, bahwa inilah kesempatan baginya untuk berlibur juga. Badu merasa yakin bahwa keluarga tersebut baru akan kembali tiga minggu lagi. Jadi, biar saja si Budi sendiri yang bekerja.
Setelah tuannya pergi, mulailah Badu melakukan hal-hal yang telah lama dipikirkannya. Setiap malam, Badu pergi ke luar rumah. Ia baru kembali setelah hari terang. Pagi hingga sore Badu menghabiskan waktunya untuk makan dan tidur. Demikian hal ini dilakukannya setiap hari. Pada hari kelima belas semenjak kepergian keluarga Pak Andreas, Badu kehabisan uang. Padahal malam itu Badu ada janji dengan beberapa teman untuk bertemu di pasar. Badu mulai berpikir, mencari cara untuk mendapatkan uang. Akhirnya Badu mendapat akal: Ia akan meminta uang kepada ibu tukang masak, sebab dialah yang diserahi uang belanja. Badu lalu mendatangi ibu tukang masak, tetapi hasilnya nihil. Ibu tukang masak tidak mau memberikan uangnya pada Badu. Akhirnya terjadi keributan antara Badu dan ibu tukang masak. Budi menegur sikap Badu, akibatnya Badu menjadi semakin marah. Lalu ia pergi dari rumah itu dan jarang pulang. Pendek kata, Badu berbuat sesuka hatinya saja.
Suatu malam, seperti biasanya Badu tidak pulang. Ia baru pulang jam 12 siang. Badu tidak tahu bahwa hari itu keluarga Pak Andreas tiba kembali, karena masa liburan telah habis. Seperti biasa Badu masuk dari pintu depan dengan maksud hendak langsung menonton televisi di ruang tengah. Tapi alangkah terkejutnya Badu ketika melihat Pak Andreas sekeluarga bersama Budi dan dua pembantu lainnya sedang duduk santai sambil menonton televisi. Di hadapan mereka ada banyak makanan.
Budi mencoba menutupi rasa terkejutnya dengan menyapa, "Eh, Bapak dan Ibu sudah kembali! Mengapa tidak mengirim kabar sehingga saya bisa menjemput?" Lalu Pak Andreas menjawab, "Lho! Kami kemarin kan sudah telepon!" "Ya, waktu Pak Andreas telepon kamu sudah pergi dan kami tidak tahu kamu ada di mana," kata Budi menambahkan. "Ya sudah ... yang penting kami sudah sampai dengan selamat," kata Pak Andreas lagi.
Badu jadi bingung, hatinya was-was. Apakah Budi dan dua pembantu lainnya tidak melaporkan sikap buruknya selama ditinggal pergi oleh majikan mereka? Sebab Pak Andreas sekeluarga tidak menunjukkan kemarahan. Waktu petang, Badu baru saja selesai mandi. Tiba-tiba Budi menghampirinya dan berkata, "Badu, kamu dipanggil oleh Bapak. Bapak ingin bicara denganmu." Badu bingung, "Ada apa rupanya? Tadi kamu melaporkan saya, ya?"
"Aku tidak tahu," jawab Budi. "Lagipula aku belum bicara apa-apa pada Bapak sejak mereka tiba. Hanya satu kali aku menjawab pertanyaan Bapak, yaitu ketika Bapak menanyakanmu. Lalu aku jawab bahwa kamu sedang pergi sejak kemarin."
"Wah ... gawat! Kalau begitu aku pasti dimarahinya," demikian pikir si Badu. Tapi Badu kemudian berusaha menyenangkan hatinya, "Ah, paling-paling aku hanya dimarahi; sesudah itu selesai." Tapi sayang, malam itu juga Pak Andreas memerintahkan Badu untuk meninggalkan rumah mereka besok pagi. Selain itu Badu tidak boleh kembali ke rumah itu lagi. Badu sedih sekali, "Ah ... andai saja waktu itu saya menjalankan tugas dengan baik, tentu tidak begini buruk keadaan saya."
Adik-adik, cerita seperti ini ada juga di dalam Alkitab. Yaitu
tentang hamba yang setia dan hamba yang tidak setia. Mari kita baca
kisahnya dari
2. Evaluasi
3. Tutup dengan doa.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK