Sejak dini anak sebenarnya sudah mengenal musik. Perhatikan saja
anak yang baru lahir, ia sudah dapat memberikan tanggapan yang
berbeda pada masing-masing jenis musik. Misalnya lagu lembut
meninabobokannya, sedang lagu-lagu keras membuat ia lebih aktif
menggerak-gerakkan tubuhnya. Meski lututnya mengikuti irama lagu,
atau menggerak-gerakkan tangannya seperti sedang memimpin sebuah
Orkes Simfoni.
Musik dan gerak pada dasarnya merupakan dua unsur yang menyatu.
Perkembangan musikal seorang anak pertama kali dimulai dari
mendengar dan kemudian menggerak-gerakkan anggota tubuh sesuai
dengan irama. Dan menjelang usia enam tahun, sebetulnya kemampuan
untuk menyelaraskan gerak dengan irama lagu semakin jelas terlihat.
Barangkali kita perlu ingat, bahwa bermain musik itu merupakan hal
biasa, seperti juga berbicara atau belajar membaca dan menulis.
Terlebih lagi jika pengertian musik di sini mencakup segala sesuatu
yang berhubungan dengan bunyi, yang dapat dirangkum dan disusun
dengan cara tertentu.
Mungkin kita masih ingat ketika kita masih duduk di bangku Sekolah
Dasar. Pada suatu kesempatan murid-murid berkumpul dalam kelas, dan
guru kebetulan tidak ada. Kemudian tiba-tiba seorang murid memukul-
mukulkan tangannya di atas meja. Dengan tanpa disadari perbuatannya
itu diikuti oleh teman-temannya, sehingga hampir seisi kelas memukul-
mukul mejanya masing-masing. Ajaib! pukulan-pukulan itu menjadi
berirama dan beraturan walau tidak terencana, sehingga merupakan
iringan lagu yang dinyanyikan bersama. Tanpa disadari pula
sebenarnya anak-anak telah menciptakan musik.
Kita tahu, bahwa musik memegang peranan dalam kehidupan manusia.
Bahkan musik merupakan salah satu bahasa manusia di mana-mana dan
dalam suasana apapun juga. Kegembiraan atau kebahagiaan sering
dinyatakan dengan musik, begitu juga kesedihan diwujudkan dalam
musik, malahan juga komunikasi dengan Tuhan. Paling tidak dengan
irama dan nada-nada yang mengalun menyentuh perasaan.
Sekarang mungkin kita perlu mengetahui, siapa saja yang boleh
mengambil pelajaran musik? Apakah semua anak, atau hanya mereka
yang berbakat saja?
Pertama-tama harus dilihat adanya minat anak terhadap musik, dalam
arti kata musik yang sifatnya lebih luas dan umum. Jika kita lihat
anak-anak yang berhasil menemukan kegembiraan dalam 'permainan
musik', apakah itu hanya musik mulut, musik bunyi-bunyian atau musik
sungguh-sungguh, dan dengan permainan itu mereka berhasil
menciptakan kegembiraan pada orang lain, kiranya telah tercapailah
apa yang dimaksud dengan 'permainan musik' itu. Di sini, dalam taraf
yang paling sederhana pun diperlukan adanya minat, perhatian dan
keinginan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan musik.
Pendidikan musik untuk anak-anak balita, seyogyanya dapat
diperkenalkan dengan berbagai jenis alat musik. Setiap anak mencoba
mengenalnya sehingga ia mengetahui bagaimana menggunakannya.
Sementara itu penelitian para ahli pendidik musik di luar negeri,
masih belum dapat menemukan cara yang pasti untuk 'meramalkan'
keberhasilan seorang anak dalam memainkan alat musik tertentu. Sebab
kenyataannya banyak sekali anak-anak yang mulai dengan alat musik
hanya untuk mengetahui bahwa itu bukan alat yang cocok untuknya.
Dr. Sinichi Suzuki, seorang pendidik musik berkebangsaan Jepang,
telah berhasil mengajar anak-anak berumur dua setengah tahun ke
atas. Hasilnya? Luar biasa! Suzuki juga membuktikan bahwa bakat
seseorang (yang dijajaginya terutama tentang musik) tidak selalu
dibawa semenjak lahir. Menurut pendapatnya, seorang anak dapat
belajar musik seperti halnya ia belajar bahasa ibunya meskipun
tidak semua orang menjadi ahli bahasa.
Dapat kita bayangkan, tiga ribu anak murid Dr.Suzuki bermain
serentak pada sebuah konser masal di Nippon Budokan Hall Tokyo
dengan alat-alat musik biola, piano, cello dan lain-lain diiringi
sejenis alat musik tradisional semacam kecapi bernama koto. Lagu-
lagu yang mereka mainkan antara lain ciptaan Bach, Mozart, Fiocco,
Genin, Vivaldi, juga ciptaan Dr.Suzuki sendiri. Sungguh merupakan
pertunjukan yang memukau, kalau saja kita tahu bahwa anak-anak yang
memainkannya berusia tak lebih dari enam tahun.
Sebelum seorang anak belajar memainkan alat musik, alangkah baiknya
jika anak tersebut mendapatkan pengetahuan dasar tentang musik.
Sebenarnya akan lebih baik jika anak-anak ini memperolehnya di
Sekolah Dasar, tetapi hal ini tidak selalu diajarkan di sana.
Untunglah sekarang makin banyak tempat-tempat pendidikan yang
memberikan pengajaran musik oleh para guru yang berwenang.
Mengumpulkan serta menyimpan beberapa alat musik yang sederhana,
sekalipun tidak ada ruginya sangat bermanfaat bagi seluruh keluarga,
apalagi keluarga yang penuh bakat musik. Ajarkan padanya bagaimana
memelihara alat musik yang ada.
Banyak sekali ibu-ibu yang tidak mempunyai waktu karena harus terus
menggendong bayinya yang cerewet untuk menidurkannya. Ia tidak
menyadari bahwa setiap irama, lagu atau melodi juga sanggup
menidurkan bayi, juga musik rock! Namun sedemikian jauh belum ada
yang bisa menandingi kelembutan suara ibu yang sanggup menenangkan
bayi dan membuatnya tertidur. Sering ibu bernyanyi bila hendak
menidurkan anaknya, dengan cara seperti ini anak akan mengenal
nyanyian tersebut dan ternyata membuatnya ngantuk.
Sebelum anak dapat diharapkan mempunyai minat untuk berlatih musik,
mula-mula ia harus diberi dorongan untuk mendengarkan, dan kemudian
untuk turut serta dalam permainan musik. Seperti halnya dengan
membaca, pengertian anak harus lebih maju daripada kemampuannya
untuk melaksanakannya. Keinginan anak untuk melaksanakan harus besar
kuatnya sehingga ia bersedia mengikuti tata tertib yang berulang-
ulang dan seringkali membosankan pada latihan-latihan taraf
permulaan. Namun yang penting di sini adalah pengertian dari orang
tua (terutama ibu), sebab pengetahuan saja tidak akan cukup untuk
dapat melakukan pengembangan dan pengarahan pada anak.
Sesungguhnya sejak dilahirkan anak memiliki dasar yang meliputi
berbagai aspek, termasuk aspek perasaan terhadap musik.