Tahun ajaran baru di Sekolah Minggu dimulai pada bulan Juli atau Agustus. Hal ini mempunyai arti penting bagi para guru Sekolah Minggu. Mengapa demikian? Karena pada bulan inilah guru Sekolah Minggu seringkali memulai kelasnya dengan anak-anak baru.
Bulan yang penuh semangat ini dirasakan bersama baik oleh guru maupun anak-anak Sekolah Minggu. Anak-anak biasanya senang karena naik kelas, dan berharap akan mendapatkan suasana baru, pengalaman baru, guru baru, mungkin juga hadirnya teman baru. Yang sudah dapat dipastikan, tahun ajaran baru selalu merupakan saat yang tepat untuk bertekad "melakukan yang lebih baik". Hal ini berlaku baik untuk anak-anak maupun guru Sekolah Minggu.
Pada sebagian Sekolah Minggu, tahun ajaran baru merupakan momen yang tepat untuk melakukan kenaikan kelas di Sekolah Minggu, penetapan ulang para pelayan/GSM di kelas-kelas yang tersedia, penggunaan bahan ajaran yang baru, baik membuat sendiri maupun mengganti Buku Pedoman yang dipakai sebelumnya. Tahun ajaran baru juga merupakan awal yang baik bagi Sekolah Minggu untuk membuka kelas atau cabang Sekolah Minggu yang baru. Singkatnya, tahun ajaran baru bermanfaat untuk melakukan pembaharuan dalam pelayanan di Sekolah Minggu.
A. Kenaikan Kelas Di Sekolah Minggu
Kenaikan kelas merupakan hari yang penting. Mulai hari itu anak-anak Sekolah Minggu akan pindah ke kelas yang lebih tinggi dengan guru baru dan akan mendapat bahan pengajaran baru. Bagi anak, naik kelas merupakan suatu kebanggaan dan sukacita.
Namun, masalah bisa terjadi apabila ada anak Sekolah Minggu yang tidak naik kelas (di sekolah umum) tapi menghendaki tetap naik kelas di Sekolah Minggu. Sebelum hal ini terjadi, pembimbing dan guru Sekolah Minggu sebaiknya telah menetapkan kebijakan bersama untuk menghadapi kasus di atas.
Demikian pula bila terjadi sebaliknya, dimana kasus ini lebih sering terjadi di kelompok anak yang lebih kecil, yaitu "menolak" untuk naik kelas. Meskipun hal ini wajar terjadi pada anak kecil yang merasa tidak aman di lingkungan yang baru (kelas baru dan guru baru yang tidak dikenalnya), sebaiknya guru Sekolah Minggu dapat memberikan perhatian dan pendekatan pribadi sejauh yang diperlukan tanpa adanya unsur paksaan. Agar guru Sekolah Minggu dapat mengetahui siapa yang sudah waktunya pindah kelas, terutama bagi Sekolah Minggu yang pembagian kelasnya tidak berdasarkan kelas seperti di sekolah umum, maka masing-masing guru harus memiliki catatan pribadi mengenai murid-muridnya. Catatan tersebut berisi tanggal lahir, tingkat kelasnya di sekolah umum, dan data-data pribadi lainnya.
Pembagian jenis kelas di Sekolah Minggu antara lain:
Memasuki kelas baru terkadang juga dapat membuat anak merasa takut, segan, dan bimbang. Hal tersebut wajar terjadi karena anak-anak itu dihadapkan dengan suasana baru, kelas baru, guru baru, mungkin juga hadirnya teman baru, cara pengajaran baru, dan sebagainya. Oleh sebab itu agar kecanggungan, rasa segan dan kebimbangan mereka lenyap, guru Sekolah Minggu harus bisa menjadikan momen kenaikan kelas sebagai hari yang istimewa dan menyenangkan.
B. Penetapan Pekerja
Penetapan pekerja, yaitu penetapan kelas baru bagi guru Sekolah Minggu baik yang lama maupun yang baru, dapat dilaksanakan bersamaan dengan pergantian tahun ajaran baru/kenaikan kelas ini.
Sebagian Sekolah Minggu menggunakan sistem rotasi bagi para pekerjanya. Guru Sekolah Minggu secara berkala (1-2 tahun sekali, misalnya) akan dipindahkan ke kelas yang berbeda dan akan menjumpai rekan satu pelayanan yang berbeda pula. Hal ini dilakukan untuk melatih guru supaya berpengalaman dalam mengajar anak dari berbagai kelompok usia dan mampu bekerjasama dengan rekan-rekan sepelayanannya.
Sebagian Sekolah Minggu yang lain lebih menyukai sistem penetapan kelas berdasarkan minat guru Sekolah Minggu yang bersangkutan. Pada akhirnya memang bisa terbentuk guru yang berpengalaman pada masing- masing kelas, tetapi hal ini bisa menyebabkan kejenuhan pada beberapa guru Sekolah Minggu. Tapi bisa juga sebaliknya karena guru mendapat kebebasan untuk memilih kelas mana yang ingin dilayaninya.
Bagi para pekerja/guru yang baru, juga tersedia berbagai cara penempatan kelas. Mulai dari sistem "magang" atau menjadi asisten guru yang telah berpengalaman mengajar, lalu dirotasi beberapa kali hingga yang bersangkutan menemukan kelas mana yang ingin dilayaninya, atau menggunakan sistem penempatan langsung di sebuah kelas, lalu dievaluasi apakah guru itu sesuai dengan kelas yang dilayani tersebut.
C. Penetapan Bahan Pengajaran
Tahun ajaran baru juga merupakan momen yang tepat untuk menetapkan bahan pengajaran baru. Sekolah Minggu dapat membuat sendiri bahan pengajarannya yang diambil dari berbagai sumber, atau mengganti Buku Pedoman yang selama ini digunakan dan mencoba menerapkan Buku Pedoman lain.
Apa pun bentuknya, penetapan bahan pengajaran merupakan hal penting yang harus disepakati bersama sebelum tahun ajaran baru dimulai. Bahkan, momen ini juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan penyegaran bagi para guru Sekolah Minggu, misalnya dengan mengadakan training "Teknik Bercerita", seminar "Psikologi Anak", lokakarya "Membuat Alat Peraga", dsb.
Untuk Sekolah Minggu yang merupakan Pos PI dimana jumlah gurunya hanya sedikit dan belum memiliki pembimbing penuh waktu, maka penetapkan bahan pengajaran menjadi tugas guru Sekolah Minggu yang ada di Pos PI tersebut. Guru Sekolah Minggu itu sebaiknya jauh-jauh hari telah mengumpulkan bahan dari berbagai sumber dan mulai menyusun sendiri materi-materi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kesulitan yang sering dihadapi adalah berkumpulnya anak-anak dengan rentang usia yang cukup jauh (mulai usia balita hingga SD kelas 6) hanya dalam sebuah kelas saja sehingga kenaikan kelas tidak bisa diwujudkan dalam konteks ini. Namun, tidak ada salahnya bila guru Sekolah Minggu mengadakan acara khusus bersama dengan anak-anak didiknya dalam menyambut tahun ajaran baru.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK