Salah satu cara menghargai anak adalah dengan memberikan pujian akan apa yang sudah dilakukannya. Saat anak dalam keadaan senang karena dihargai dan dipuji, anak pasti ingin melakukan banyak hal lagi untuk menyenangkan orang lain. Kita tahu jika kita mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, maka kita ingin berbuat lebih baik lagi. Memuji anak tidak akan membuatnya manja. Hanya anak yang tidak dihargai dan tidak mendapatkan pujian -- padahal sewajarnya dia memperolehnya -- yang akan bertingkah laku aneh. Meskipun demikian janganlah asal memberikan pujian. Berikut ini petunjuk-petunjuk dalam memberikan pujian.
Satu keluarga menceritakan piknik mereka. Sepanjang setengah hari perjalanan anak mereka yang masih kecil dan duduk di belakang bertingkah baik sekali dan tenang sampai akhirnya ibunya menengok ke belakang dan berkata, "Bill, Kamu anak manis sekali pagi ini". Setelah pujian ini masalah tidak kunjung berhenti. Ia mengosongkan asbak di kursi mobil. Ia berteriak dan melempar- lempar barang. Alasannya? Ketika duduk tenang ia sedang merasa marah pada semua orang di dalam mobil, marah karena ia harus meninggalkan rumah saat ia dan kawan-kawannya merencanakan sesuatu yang menarik untuk minggu itu. Waktu ibu berkata ia "baik" ia tahu betul apa yang sedang ia rasakan dan karena itu menyangkal apa yang ibunya katakan.
Daripada berkomentar tentang sifat, pujian seharusnya adalah tentang tugas yang dikerjakan dengan baik, tentang pemikiran bagi orang lain, tanggung jawab, dan kejujuran. Orangtua harus berkomentar bila anak berusaha keras untuk menjadi baik, meskipun tidak seluruh usahanya membawa hasil yang diharapkan. Orangtua harus menunjuk pada kemajuan.
Orangtua adalah orang terpenting di dunia bagi anak. Dunia anak kecil, orangtualah pusat dari dunia itu. Dan bila orangtua memuji anak, ia akan merasa dicintai dan aman. Seperti pengakuan seorang anak, "Tidak peduli orang lain mengatakan apa. Hanya sedikit pengaruhnya. Tapi bila ayah saya berkata, 'Itu adalah hasil kerja yang bagus', dunia saya berubah".
Memuji seorang anak akan membantunya mengatasi rasa malu dan mengembangkan kemandirian. Pujian membentuk sifat murah hati, inisiatif, dan kemampuan bekerja sama. Kurangnya penghargaan akan membuat si anak merasa ia tidak diperlukan, tidak diinginkan, dan bahwa ia adalah gangguan. Ini berlaku tidak hanya antara orangtua dan anak, tapi juga pada hubungan-hubungan lainnya di sekolah, pekerjaan, atau waktu bermain.
Mengerjakan hal yang berharga tanpa disuruh perlu dihargai khusus. Pujian semacam ini akan mengarah pada tumbuhnya kepercayaan diri. Ini berarti bahwa orangtua harus tanggap dalam memuji seorang anak yang kalah. Dalam pertandingan semuanya kalah kecuali satu. Sikap maupun keberhasilan perlu dihargai. Memuji anak yang sudah mencoba, walaupun gagal, berarti memberikan semangat padanya untuk terus mencoba dan memiliki motivasi untuk masa-masa sulit yang pasti dihadapi setiap orang.
Alta Mae Erb, dalam 'Mendidik Anak secara Kristiani' menuliskan:
"Seorang anak mungkin menjadi patah semangat dan hilang kepercayaan diri bila ia diberi tugas yang melampaui batas kemampuannya dan dituntut untuk mencapai standar keberhasilan yang tinggi. Komentar atas kue pertama yang dibuat lebih penting dari rasa kue itu sendiri".
Cara orangtua berhenti untuk mendengarkan, cara orangtua membagi keberhasilan atau kegagalan, dan nada bicara orangtua dapat menghasilkan suasana yang memberi semangat atau menghancurkan semangat anak.
Bila anak hidup dengan pujian, ia akan belajar untuk menghargai. Seorang dewasa bisa bertahan tanpa pujian tiap hari, tapi anak tidak. Anak harus memiliki itu supaya dapat berkembang. Anak akan menciut tanpa pujian. Berbahagialah anak yang mendapatkan pujian yang tulus.
Barangkali tidak ada hal lain yang mendorong anak untuk mencintai kehidupan, mencari keberhasilan dan memperoleh kepercayaan diri, selain dari pujian yang tulus, tepat, dan tidak berlebih-lebihan dan penghargaan yang jujur bila anak mengerjakan sesuatu dengan baik.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK