Menjadi seorang hamba Tuhan dalam bidang pelayanan anak merupakan tugas istimewa yang Tuhan berikan pada kita. Mengapa? Karena anak- anak memiliki keistimewaan sendiri di mata Tuhan, oleh karena itu menjadi pelayan anak merupakan tugas yang istimewa pula.
Tugas istimewa ini hanya dapat diemban oleh seorang hamba Tuhan yang memiliki sifat istimewa pula. Sifat-sifat seperti takut akan Tuhan, mau mengampuni, rela bekorban, setia memegang janji, tanggung jawab, sabar, dan kreatif perlu dimiliki oleh para pelayan anak. Sifat- sifat ini dapat diperoleh apabila para pelayan anak mau menjadi pendidik seperti berikut ini:
Pendidik yang mencintai Tuhan.
Seorang pelayan anak, pertama-tama haruslah seorang pribadi yang mengasihi Tuhan. Dengan sifat ini, ia akan dapat mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan Tuhan. Dengan sifat ini pula, ia dapat memiliki motivasi yang benar untuk melayani Tuhan. Orang semacam ini tidak akan mudah putus asa, tidak mudah merasa kecewa, sehingga tidak akan mengambil keputusan untuk mengundurkan diri sebagai guru. Jadi, karena pelayanan ini adalah mandat Allah, maka si pelaksana mandat (guru) haruslah orang yang takut kepada Sang Pemberi mandat (Tuhan). Dengan demikian, mandat tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Pendidik yang mencintai kebenaran.
Pelayanan yang dilakukan seorang guru adalah usaha untuk menceritakan atau menyampaikan kebenaran Tuhan. Karena itu, sebagai pembawa kebenaran, seorang guru juga harus mencintai kebenaran. Seperti sebuah pipa yang menghubungkan tandon air dengan wadah penerima, jika pipanya kotor, maka air yang melewatinya juga akan menjadi kotor. Seseorang yang mencintai kebenaran akan dapat menyampaikan atau menularkan berita kebenaran, cara hidup yang benar, dan hidup yang benar pula kepada murid-murid-Nya.
Pendidik yang mencintai murid.
Cinta akan menimbulkan perbedaan dalam tindakan seseorang. Dari luar orang akan dapat melihat apakah seorang pelayan anak melayani karena mencintai anak-anak yang dilayaninya, atau karena ikut-ikutan, mengisi waktu, dan sebagainya. Dengan cinta, seorang guru akan melayani anak-anak secara lebih sungguh-sungguh. Dengan cinta, ia rela mengorbankan waktu, uang, dan tenaga atau dengan kata lain mau membayar harga. Ia juga mau memaafkan kesalahan anak-anak yang dicintainya. Selain itu, karena cinta pula, ia akan mengajarkan yang benar, bukan yang salah atau menyesatkan. Dengan cinta, ia dapat memperhatikan dengan lebih baik, tahu jika ada anak yang mengalami masalah, dan mampu melihat kebutuhan anak-anak yang dilayaninya.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK