Tuhan Yesus Ditangkap

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Sssst ... apa itu? Di taman Getsemani yang biasanya sunyi senyap, ada suara sayup-sayup terdengar. Suara yang berseru-seru dan keras bunyinya. Lentera serta obor yang menyala-nyala bergerak digoyang- goyangkan oleh orang yang memakainya. Sebentar-sebentar lidah api itu rebah tegak ditiup angin.

Amat dasyat! Tengoklah, segerombolan manusia bersenjata lengkap datang ke taman Getsemani itu. Ada yang membawa tongkat dan ada yang membawa pedang.

Mau apa orang yang bersenjata itu? Hendak menangkap siapa? Melihat senjata dan orang sebanyak itu, tentulah musuh yang akan ditangkap sangat kuat. Tuh, sampai tentara Roma ikut juga. Siapakah yang akan diserangnya?

Sesudah Tuhan Yesus menyuruh Yudas melakukan kewajibannya, ia terus pergi ke tempat imam serta ahli taurat yang sedang berkumpul. Ia berkata kepada orang itu bahwa sekarang juga mereka harus bertindak. Sekarang adalah kesempatan yang amat baik.

Sebenarnya, rencana mereka ialah menunggu sampai PASKAH lewat, akan tetapi mungkin, nanti tak ada lagi kesempatan yang baik, jadi mereka bertindak malam itu juga.

Cepat-cepat dikerahkannya hamba-hambanya serta para penjaga Bait Suci. Sudah cukup besarkah pasukan itu? Mungkin saja murid-murid-Nya akan membela Gurunya atau meminta bantuan. Mereka tidak boleh mengabaikan orang Galilea yang mendirikan pertahanannya di dekat taman Getsemani itu. Begitu pula sahabat-sahabat-Nya yang bersama- sama dengan Dia pergi ke Yerusalem. Sebab itu, lebih baik mereka memperkuat pasukannya. Begitulah mereka meminta bantuan dari wali negari, yaitu Pilatus.

Katanya kepada Pilatus, mereka akan menangkap seorang pemberontak yang amat berbahaya.

Nah, sudah jelas mereka akan menangkap Tuhan Yesus. Tetapi ... bagaimana mereka dapat mengetahui yang mana Tuhan Yesus itu?

Ya, benar juga pertanyaan itu. Hari amat gelap. Yudas mendapat ilham.

"Aku pura-pura masih teman-Nya," katanya kepada mereka, "Aku akan berjalan paling depan, seolah-olah akan memperingatkan Dia, bahwa musuh-Nya telah datang. Aku akan memberi salam kepada-Nya dengan ciuman. Siapa yang kupeluk, itulah harus kamu tangkap dengan segera. Mengerti?"

Nah, Yudas yang jahat itu berjalan paling depan. Ia sudah mengenal benar dan lebih mengetahui keadaan taman Getsemani dibanding tentara Roma. Ia sudah sering berjalan-jalan dengan Tuhan Yesus di situ. Ia bergegas dalam gelap. Tampak olehnya Tuhan Yesus berjalan di depan murid-murid-Nya. Ia pura-pura senang berjumpa dengan Tuhan Yesus itu.

"Salam kepada-Mu, hai Rabbi!" ia berseru, lalu dipeluknya Yesus.

Cih, pelukan jahat, yang paling jahat di seluruh dunia yang pernah diberikan seseorang kepada temannya. Peluk yang terlalu keji, yang seolah-olah menghanguskan muka Tuhan Yesus yang amat suci itu. Sudah tentu Ia gemetar, karena perbuatan yang keji itu. Tetapi Ia hanya bertanya dengan hati yang amat sedih, "Yudas, kau menjual Anak Manusia dengan memberikan ciuman kepada-Nya?"

Yudas mundur. Ia terkejut. Terus didapatkannya hamba-hamba serta tentara Roma yang sudah datang lebih dekat dengan obornya yang menyala-nyala. Mereka kebingungan. Sebab Yudas terlalu cepat berjalan, sehingga mereka tidak melihat, siapa yang dipeluk Yudas. Siapakah yang akan ditangkapnya?

Tiba-tiba ada seseorang tampil ke muka. Ia berdiri dengan gagahnya disinari bulan yang amat terang.

Dengan suara yang tenang Ia bertanya, "Siapa yang kau cari itu?" "Yesus, orang Nazaret," rombongan itu berseru.

Lalu kata Yesus, "Akulah Dia!"

Kata yang tak seberapa itu mengandung kekuatan gaib. Mereka terus gempar. Seluruh pasukan yang bersenjata lengkap itu mundur ketakutan. Kaki mereka gemetar, lalu mereka jatuh rebah.

Mereka berdiri lagi. Mereka amat bingung. Yesus masih berdiri di tempat yang tadi, seperti seorang Raja. Mereka ketakutan menengadah kepada-Nya. Mereka merasa bahwa mereka tak berdaya.

Sekali lagi Ia bertanya, "Siapa yang kaucari?" Mereka berkata dengan gemetar, "Yesus dari Nazaret."

Tuhan Yesus menyahut, "Sudah Kukatakan, Akulah Dia. Kalau hanya Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka pergi."

Ia menunjuk kepada murid-murid-Nya yang dengan bimbang hati berdiri dibelakang-Nya, gemetar ketakutan, dan karena marahnya yang meluap-luap pula.

Yesus hanya memikirkan keselamatan murid-murid-Nya, dan Ia tidak memikirkan diri-Nya sendiri.

Dengan tenang Ia menyerahkan Diri kepada prajurit-prajurit itu. Akan tetapi, ketika mereka mengulurkan tangannya hendak menangkap Dia, murid-murid-Nya itu terus mengerumuni Dia.

"Tuhan," mereka berseru dengan berangnya, "bolehkah kami menghunus pedang kami? Bolehkah kami membela-Mu?"

Petrus tak sabar lagi menunggu jawaban Gurunya. Seperti orang yang kehabisan akal, ia melompat ke depan Tuhan Yesus dengan pedangnya yang berkilat-kilat itu, lalu digoyang-goyangkannya dengan dasyatnya di tengah pasukan yang berdesak-desakan itu. Akan tetapi, ia tak tangkas memakai pedang itu. Maklum, ia tidak pernah menggunakan pedang, karena ia seorang nelayan saja. Pedang itu mendesir ke arah telinga seorang dari hamba imam itu. Hamba itu menjerit kesakitan. Telinganya yang kanan sudah terpenggal oleh Petrus.

Wah, sekarang pasukan itu panas hatinya. Mereka maju, sambil berteriak menyerang murid-murid-Nya. Seakan-akan usaha Sang Guru gagal dan mereka harus ditangkap juga.

Akan tetapi, Tuhan Yesus masih juga dapat membela murid-murid-Nya meskipun keadaan sudah terlalu genting. Ia berdiri di depan prajurit-prajurit itu seperti Raja dan ditahan-Nya mereka dengan tangan-Nya. Ia menoleh ke belakang kepada Petrus, lalu berkata, "Sarungkan pedangmu, sebab siapa yang menghunus pedangnya, akan binasa oleh pedang juga. Janganlah kau pikir bahwa tak dapat Kuminta kepada Bapa-Ku yang ada di surga supaya mengirim lebih dari dua belas laksa malaikat untuk menolong-Ku. Masakan tak Kuminum piala yang diberikan Bapa-Ku kepada-Ku? dan jika demikian, apakah perkataan Alkitab dapat dipenuhi seperti yang sudah tertulis?"

Petrus mundur dalam gelap. Tuhan Yesus mendapatkan orang yang putus telinganya itu, dipungut-Nya telinga itu dan dilekatkan-Nya di kepala orang itu. Dan seketika itu juga telinga itu pulih, ia tak lagi merasa kesakitan sedikit pun.

Hamba itu adalah hamba Imam Besar, namanya Malchus. Dialah manusia yang terakhir ditolong Tuhan Yesus di dunia.

Malchus datang untuk berbuat jahat kepada-Nya, padahal ia telah menerima kemurahan hati-Nya.

Meskipun temannya sudah disembuhkan, tentara itu tak mau mundur juga. Mereka terus menangkap Tuhan Yesus, lalu diikatnya.

Para Imam yang berdiri di dekat Yesus dan menyaksikan kejadian itu menyeringai.

Tuhan Yesus menyindir orang Farisi itu, kata-Nya, "Kamu datang ke sini dengan senjata lengkap seakan-akan hendak menangkap seorang penyamun? Padahal tiap hari Aku bersama kamu, mengajar di Bait Suci dan kamu tak menangkap Aku. Tetapi ini semua harus terjadi, supaya genaplah kitab para nabi. Sekarang kegelapan akan berkuasa."

Mereka tak menyahut. Pasukan itu menyeret Dia dari taman itu. Beberapa prajurit masih mencari murid-murid-Nya di sekeliling taman itu, tetapi sia-sia saja. Mereka sudah melarikan diri dalam kegelapan. Masih ada seorang berbaju putih yang tinggal. Orang itu ditangkapnya, tetapi orang ini dapat meloloskan diri dari tangan para prajurit. Bajunya tanggal, dan ia sendiri menghilang dalam gelap.

Orang itu bukan seorang dari murid-murid-Nya, melainkan seorang anak muda. Mungkin Yohanes Markus, dari Yerusalem. Anak muda ini sudah menduga, apa yang akan terjadi. Ia mengikuti tentara itu masuk ke taman Getsemani dengan baju tidurnya, karena tidak sempat bertukar pakaian.

Benarlah seperti semuanya dulu dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri, mereka meninggalkan Dia di tangan musuh. Sedang mereka selamat, Gurunya dibawa sebagai tawanan ke kota Yerusalem.

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen

Sumber
Judul Buku: 
Essential Parenting Tips
Halaman: 
209 - 212
Penerbit: 
MCDS and Fammily Matters
Kota: 
Singapore