Seorang guru harus mempunyai pengetahuan tentang kebenaran dan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi bahan pendidikan yang cukup dan tepat.
Guru Sekolah Minggu dalam kasus ini haruslah sangat menghafal Kitab Suci. Ia harus sangat mengerti isi Kitab Suci. Jika seorang guru hanya mempelajari bagian yang akan diajarkan saja, tetapi tidak mau mempunyai pengetahuan yang bersangkut paut dengan bahan pelajaran dari seluruh Kitab Suci, ia tidak mungkin dapat memaparkan kebenaran itu dengan limpah dan tepat sehingga yang mendengarkannya bisa mendapatkan prinsip yang penting.
Seorang guru harus mempunyai pengetahuan sebanyak mungkin. Itu sebabnya, jika mungkin, pilihlah guru-guru Sekolah Minggu yang paling sedikit sudah dua kali membaca seluruh ayat-ayat dalam Alkitab. Saya sudah berpuluh kali membaca Alkitab, tetapi saya tidak menuntut Saudara untuk membaca berpuluh kali seperti saya. Saya hanya meminta Saudara untuk membaca dua kali seluruh Alkitab dari awal sampai akhir. Apalagi yang ingin masuk Sekolah Teologia. Jika tidak, Saudara menjadi orang yang hanya menerima dan membagikan informasi saja dan tidak mengolahnya sehingga pelajaran yang Saudara berikan tidak dalam.
Tahap membagikan informasi adalah tahap yang paling rendah di dalam sistem pendidikan. Setelah tahap informatif, kita perlu meningkat ke tahap komparatif, yaitu mulai bisa membedakan informasi-informasi yang kita terima. Banyak orang Kristen di Indonesia yang melayani pemberitaan Injil tapi baru berada dalam tahap informatif. Apa yang ia berikan hanya merupakan pemindahan informasi dari apa yang ia dapat. Setelah membaca satu buku, ia langsung mengkhotbahkan buku itu, tanpa bisa mengolah, sehingga dalam berkhotbah ia tidak peduli apakah kotbahnya pada minggu lalu berlawanan dengan khotbahnya pada minggu ini.
Setelah itu kemampuan seorang guru harus naik ke tahap yang lebih tinggi, yaitu tahap analitik. Pada saat membandingkan, baru kita mengetahui bahwa ada hal-hal yang perlu dipertanggungjawabkan. Ini tugas analisa.
Tahap berikutnya adalah tahap sinkretik dan kritik, dimana guru harus mampu mengintegrasikan hal-hal yang penting dan akhirnya bisa melakukan kritik yang akurat dan tajam. Jika tahap-tahap ini Saudara tidak mengerti, maka Saudara akan secara sembarangan menerima pelayanan, dan hanya akan mengajar dengan cerita yang lucu-lucu, yang jika pendengarnya banyak tertawa dianggap sebagai guru yang baik. Gereja akan menuju kepada kekacauan yang luar biasa kalau guru-gurunya tidak dapat mencapai tahap komparatif, analitik dan sinkretik ketika menerima suatu informasi.
Seorang guru bukan sekedar memberikan informasi, bukan hanya memberikan isyarat-isyarat dan tumpukan pengetahuan secara kepingan- kepingan (fragmentaris). Saudara harus mempunyai pengetahuan yang bersifat integratif, yang bersifat analitik dan kritis, sehingga Saudara dapat membedakan dan dapat memberikan kepada murid-murid Saudara jauh melebihi apa yang mereka dengar dari ajaran itu sendiri.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK