Di banyak gereja, orang-orang Kristen lebih merayakan Natal daripada
memperingati Jumat Agung dan merayakan Paskah. Namun, apabila kita
mempelajari Alkitab, hanya dua kitab Injil yang menuliskan kisah
Natal, yakni Matius dan Lukas. Tetapi, kisah kematian dan
kebangkitan Yesus tertulis di dalam keempat kitab Injil. Ini
menunjukkan bahwa Yesus lahir tanpa ia mati dan bangkit,
bukanlah Yesus sang Juruselamat. Salib Yesus selalu memberikan
pelajaran rohani yang begitu dalam dan mengherankan dan tidak pernah
usang bagi umat manusia pada setiap jaman.
Salib adalah tempat Yesus mengidentifikasikan diri dengan orang-
orang berdosa. "Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka
menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang
seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya."
(Lukas 23:33)
Tujuan para prajurit Romawi menempatkan Yesus di tengah-tengah
para penjahat adalah untuk merendahkan dan mempermalukan-Nya di
hadapan khalayak ramai dan menyamakan-Nya seperti para kriminal.
Namun, sebenarnya mereka tidak akan dapat memperlakukan-Nya
sedemikian apabila Yesus sendiri tidak terlebih dahulu
berinisiatif merendahkan diri-Nya (Filipi 2:6-8). Ia rela
mengambil kutuk dosa bagi kita (Galatia 3:13). Seperti ada
tertulis, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi
dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."
(2Korintus 5:21).
Ada seorang kaya yang berkata, "Aku tidak perlu berbakti kepada
Tuhan. Namun, apa yang gereja butuhkan akan kuberikan. Bahkan aku
sering membantu pembangunan mesjid, klenteng, dan pura. Dengan
demikian aku adalah teman dari semua pendiri agama, aku juga
sponsornya Yesus."
Perkataan tersebut merupakan penghinaan bagi Tuhan. Orang itu
tidak sadar bahwa sebenarnya Tuhan tidak membutuhkan apa-apa dari
manusia. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan
dunia serta yang diam di dalamnya (Mazmur 24:1). Segala sesuatu
yang manusia miliki berasal dari Tuhan. Ia tidak butuh harta,
tetapi Ia memanggil diri manusia untuk kembali dan beribadah
kepada Sang Pencipta juga Penebus; seperti yang tertulis,
"berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (2Korintus 5:20c)
Salib adalah tempat di mana perkataan yang teragung diucapkan. "Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat." ...." (Lukas 23:34a).
Orang-orang yang disalibkan biasanya mengeluarkan kata-kata yang
kotor, kutukan, dan caci-maki. Itu disebabkan karena mereka
kekurangan darah sehingga berakibat tekanan darah naik dan sakit
kepala. Mereka digantung di atas salib siang dan malam selama
maximum satu minggu.
Yesus hanya digantung selama 6 jam, yakni dari pukul 9 pagi
sampai pukul 3 sore, lalu Ia mati (Markus 15:25; Lukas 23:44-45).
Sudah terlalu banyak darah keluar dari kepala, wajah, punggung,
tangan, dan kaki-Nya.
Dalam penderitaan yang sangat itu, Yesus menolak untuk meminum
anggur bercampur empedu (Matius 27:34). Ada sekelompok wanita
saleh di Yerusalem yang biasa mengunjungi orang-orang yang sedang
disalibkan untuk memberi mereka anggur bercampur empedu yang
berfungsi untuk meredakan rasa sakit dengan cara membuat kondisi
mereka menjadi setengah sadar. Minuman yang sama itu juga
diberikan kepada Yesus, namun ditolak-Nya. Ia rela menghadapi
kematian dan segala penderitaan-Nya dengan kesadaran penuh.
Di dalam penderitaan-Nya yang sangat, Yesus justru mengucapkan
perkataan yang begitu agung, "Ya Bapa ampunilah mereka, karena
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Banyak orang
menderita sedikit saja, tetapi sudah mengeluarkan kata-kata yang
begitu buruk.
Salib adalah tempat di mana kasih dan keadilan bertemu.
Perpaduan kasih dan keadilan sulit kita dapatkan di dalam
kehidupan sesehari. Ada orang yang penuh dengan kasih tetapi
kurang adil, sehingga ia cenderung memanjakan atau tidak bisa
mendisiplin yang bersalah. Sebaliknya, ada orang yang adil tetapi
kurang konsisten dengan peraturan dan disiplin dan kurang kasih
untuk bersedia memahami kelemahan orang lain.
Di atas salib Yesus, kasih dan keadilan bertemu. Karena kasih-Nya
kepada manusia, Yesus rela mati disalib. Tetapi, meskipun Ia
adalah Anak Allah, namun pada waktu Ia menanggung dosa seluruh
umat-Nya, Ia harus terpisah dengan Bapa-Nya di Sorga.
Keterpisahan itu ditandai dengan teriakan-Nya,
"Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
(Matius 27:46).
Perkataan ini sebenarnya tidak mempunyai makna yang luar biasa.
Di sini Yesus tidak memanggil Allah sebagai "Bapa" tetapi sebagai
"Allah". Di atas salib, Ia mengambil tempat orang berdosa yang
tidak layak menyebut Allah sebagai "Bapa". Hubungan-Nya dengan
Bapa sebenarnya begitu eksklusif (istimewa). Ia pernah berkata,
"Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30). Namun, kesatuan
yang begitu eksklusif itu pernah satu kali untuk sementara waktu
terpisah, karena Sang Anak pernah menanggung dosa manusia.
Di sini kita melihat dahsyatnya akibat dosa. Dosa pernah
memisahkan Allah Bapa dengan Sang Anak. Inilah keadilan Allah.
Salib adalah tempat di mana tidak ada lagi mujizat.
Yesus ditantang oleh orang-orang yang menonton-Nya untuk
melakukan mujizat, yakni dengan turun dari salib. Demikian pula
dengan para imam kepala beserta tua-tua Yahudi mengolok-olok Dia
dan mengatakan bahwa orang lain bisa Ia selamatkan, tetapi diri-
Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan. Dan mereka juga
mengatakan, kalau Ia dapat turun dari salib itu, mereka akan
percaya kepada-Nya (Matius 27:39-40, 42).
Tetapi Yesus tidak mengikuti tantangan mereka, meskipun Ia
sebenarnya sanggup melakukannya. Bukankah Ia pernah berkata
kepada Simon, "Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru
kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas
pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan
digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa
harus terjadi demikian?" (Matius 26:53-54).
Di atas salib, Yesus tidak berargumentasi dan tidak melakukan
pembelaan sedikitpun. Ia hanya taat kepada kehendak Bapa-Nya
di sorga, seperti yang pernah dikatakan-Nya, "Sekarang jiwa-Ku
terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku
dari saat ini? TIDAK, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat
ini." (Yohanes 12:27)
Salib adalah tempat di mana Pribadi yang sangat potensial dan
baik mutunya mengorbankan diri.
Guru manakah yang lebih agung dari Yesus? Pribadi manakah yang
lebih suci dari Yesus? Anak sulung manakah yang lebih bertanggung
jawab kepada orangtua dan adik-adiknya? Cendekiawan manakah yang
lebih pintar dari Yesus? Siapakah orang yang pernah menyatakan
kasih lebih besar daripada Yesus? Tidak ada! Yesus adalah orang
yang sangat potensial dan sangat bermutu hidup-Nya. Tetapi, Dia
rela mengorbankan diri-Nya.
Usia Yesus pada waktu Ia mati di salib adalah 33 1/2 tahun. Usia
tiga puluhan adalah sangat potensial; usia di mana seseorang
sedang mengejar karier dan meningkatkan statusnya. Sebagian orang
sangat aktif di dalam ibadah dan pelayanan pada waktu usia mereka
masih belasan tahun sampai lulus kuliah. Namun, ketika mereka
sudah mendapatkan pekerjaan, menikah, dan meraih status sosial
yang lebih baik dalam masyarakat, biasanya sebagian dari orang
tidak mau memberikan waktu lagi untuk melayani Tuhan. Alasannya:
repot. Hal seperti ini banyak terjadi pada waktu pada usia tiga
puluhan. Namun, Yesus berbeda. Pada usia-Nya yang ke-33 1/2
tahun, Ia justru mengorbankan tubuh-Nya untuk disalibkan. Suatu
pengorbanan yang luar biasa!
Ada orang yang berdoa demikian, "Tuhan jikalau Engkau
menyembuhkan penyakitku ini, dan memulihkan bisnisku, maka sisa
hidupku akan kuserahkan kepada Tuhan." Sebagai anak Tuhan, jangan
tunggu sampai kondisi hidupmu sudah kepepet baru mau mengikuti
dan melayani-Nya, sebab Yesus sendiri telah memberikan yang
terbaik bagi kita semua.