Membimbing anak di awal-awal usia mereka adalah tugas yang
mengagumkan. Pentingnya membantu anak-anak mempelajari dasar-dasar
kebenaran Alkitab adalah hal yang tak bisa terlalu dipaksakan.
Bersyukurlah, karena Tuhan tidak menyerahkan tugas ini untuk kita
laksanakan dengan kekuatan kita sendiri. Ia menawarkan kepada kita
tuntunan dari Roh Kudus dan janji bahwa Dia sendirilah yang akan
membimbing kita: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan
hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan
kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-
bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya." (
Dengan keyakinan seperti ini, bagaimana kita dapat mengajarkan anak- anak tentang kasih Allah? Metode dan tehnik apa saja yang dapat kita gunakan sehingga dapat mengkomunikasikan kebenaran Alkitab dalam istilah yang dapat dimengerti anak-anak?
1. Fokuskan pada hubungan.
Karena anak-anak belajar lebih banyak tentang Anda daripada apa yang Anda katakan kepada mereka, maka Anda harus memperhatikan anak-anak sebelum menyampaikan isi pelajaran dan mengungkapkan kepedulian Anda kepada anak-anak sebelum mengkomunikasikan pikiran Anda. Anda baru akan didengarkan anak-anak setelah Anda mencintai anak-anak.
2.Berikan anak-anak pengalaman-pengalaman baru.
Karena kemampuan berpikir anak-anak tergantung dari apa yang telah mereka lakukan, maka Anda dapat memberikan kesempatan yang luas bagi anak-anak untuk menyentuh, merasa, mencium, melihat dan mendengar. Anda harus lebih banyak membimbing anak-anak bermain dengan berbagai materi karena mereka belum dapat bermain-main dengan ide-ide. Jika orang-orang dewasa menganggap bermain-main adalah hal yang sepele, sesuatu yang dapat kita lakukan setelah kita menyelesaikan pekerjaan, anak-anak tidak mengenal pemisahan seperti yang dilakukan oleh orang dewasa tersebut. Bagi mereka, bermain dan bekerja adalah dua hal yang sama - dan melalui bermain pulalah anak-anak dapat belajar dengan efektif.
3. Perhatikan "waktu mengajar yang tepat".
Pada saat anak-anak asyik bermain, di saat itulah timbul rasa ingin tahu, bahagia, dan frustasi dalam diri anak. Pada saat- saat seperti itulah rasa ketertarikan anak-anak sedang dalam puncaknya sehingga mereka sangat mudah menerima ide-ide baru, atau merasa aman dengan kebenaran-kebenaran yang biasa mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Saat anak melukis atau menyusun balok-balok kayu atau menidurkan boneka di ranjangnya, guru dapat mencari saat yang tepat dimana anak dapat diajak bertukar pikiran.
4. Tambahkan percakapan dekriptif.
Saat waktu mengajar yang tepat tiba, guru yang perhatian siap dengan komentar-komentar yang menghubungkan aktivitas anak dengan firman-firman dalam Bible atau peristiwa-peristiwa yang sesuai. Ayat Alkitab yang diucapkan saat anak sedang asyik menyusun puzzle dapat dimengerti dan diingat dengan lebih baik daripada saat anak sedang duduk dengan tenang di atas kursi. Akan lebih efektif lagi jika Anda membawa Alkitab saat menemani anak bermain daripada mendekatkan anak kepada Alkitab.
5. Berikan pertanyaan yang berhubungan dengan aktivitas yang sedang dilakukan anak-anak.
Seringkali pertanyaan akan lebih merangsang anak untuk berpikir daripada hanya sekedar memberikan komentar. Pertanyaan (kecuali pertanyaan yang dapat dijawab dengan jawaban "ya" atau "tidak", "Yesus" atau "Tuhan") akan melibatkan anak untuk berdialog dengan pengajar dan mendorongnya untuk berpikir bagaimana aktivitas yang sedang dilakukannya mencerminkan kebenarana Firman Tuhan.
6. Jawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari anak.
Jika anak berpikir maka ia akan bertanya. Jawaban yang Anda berikan sangat penting dalam membantu pemahaman anak untuk bertumbuh. Kadang-kadang orang dewasa berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan anak (terutama pertanyaan yang mempunyai nilai filosofis tinggi yang disukai oleh anak-anak usia empat sampai lima tahun, yaitu tentang arti kehidupan dan sifat Allah), dengan anggapan anak-anak belum mampu menjawab pertanyaan itu sendiri dengan benar. Hal ini terjadi terutama ketika orang tua mengganti pokok pembicaraan dengan tiba-tiba atau menciptakan cerita tentang burung bangau.
Pada waktu-waktu tertentu, orang tua melihat adanya kesempatan untuk menanamkan kebijaksanaan yang berguna bagi hidup si anak. Sebagai orang yang mempunyai kecenderungan untuk menjelaskan bagaimana membuat jam, ketika yang ingin diketahui oleh orang lain adalah jam berapa saat itu, kadang-kadang hal tersebut menjadi proses belajar yang menyakitkan bagi kita sebagai orang tua karena kita tidak dapat memberi tahu segalanya yang kita tahu tentang subyek yang ditanyakan anak, hanya karena anak-anak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang yang sangat sulit untuk dijawab atau dijelaskan.
Seorang anak yang memberikan pertanyaan dengan sebuah kalimat juga membutuhkan satu kalimat jawaban saja. Dan anak-anak berharap bisa memperoleh jawaban yang paling sederhana dan benar yang dapat kita berikan. Setelah jawaban seperti yang diharapkan anak-anak diberikan, tampaknya akan lebih baik lagi jika anak-anak ditanya apakah mereka ingin tahu lebih jauh lagi. Jika anak-anak berharap tahu lebih banyak lagi, tambahkan beberapa informasi lagi sambil memberikan petunjuk-petunjuk yang dapat membuat anak tertarik untuk dapat bertanya lebih banyak lagi.
Jika anak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab (misalnya mengapa nenek meninggal? Mengapa Tuhan membiarkan hal-hal buruk terjadi? Dimanakan surga berada? Mengapa Yesus menjadi Anak Allah?), jangan khawatir dengan pengetahuan Anda yang terbatas. Bahkan jika anak frustasi dengan pengetahuan Anda yang terbatas tentang keabadian, Anda dapat mengingatkan kembali anak Anda bahwa Tuhan Maha Besar, tak ada seorang pun yang tahu tentang dia atau hal-hal yang Ia lakukan. Andai saja saya tahu semua jawaban yang ditanyakan anak-anak mungkin saya akan sepandai Tuhan sendiri. Bahkan anak yang paling muda yang saya ajar tahu bahwa saya tidak sepandai itu.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK