Ketika kita kehilangan seseorang atau sesuatu yang sangat kita kasihi, entah melalui kejadian yang menyakitkan seperti kematian, perpisahan atau melalui proses alami kehidupan -- bertumbuh, menjadi tua, mengalami berbagai perubahan -- selalu ada kepedihan dan kita rindu dipulihkan. Kita merasakan kepedihan atas kehilangan itu di dalam tubuh, roh, pikiran, dan hati kita. Kita tak dapat menghindarinya. Kepedihan mengikuti kita, dan dengan cara yang misterius, sekaligus menolong kita untuk dipulihkan. Dukacita merupakan bentuk penghargaan atas sesuatu. Bila objek kepedihan kita tidak terlalu berharga bagi kita, pasti kita tidak akan merasa begitu kehilangan.
Kepedihan Allah sangatlah luar biasa untuk direnungkan. Pencipta alam semesta, yang menciptakan segala sesuatu, sumber kehidupan, harus berduka agar dapat berhubungan dengan kita. Sungguh sesuatu yang sukar dimengerti.
REFLEKSI UNTUK SELURUH ANGGOTA KELASPenting bagi kita untuk dapat menyentuh dan memeluk orang, binatang, dan benda-benda yang kita sayangi. Jika kita tak dapat melakukannya karena kehilangan atau karena mereka telah tiada, kita merasa sangat sedih, takut, bahkan marah. Kadang kita merasa seperti sebuah balon besar tanpa udara lagi. Namun, kita merasakan semua ini karena sebuah alasan yang luar biasa, yakni kita memiliki kasih yang besar. Waktu akan membantu kita untuk mengikis kepedihan itu setiap kali kita memikirkan siapa atau apa yang sudah tiada itu. Setelah beberapa saat, kita tidak lagi merasa takut untuk berpikir tentang mereka, bahkan kenangan tentang mereka justru membuat kita bahagia.
Allah begitu mengasihi kita dan merasa sedih karena dosa membuat kita terhilang. Yesus datang karena Allah tidak mau kehilangan kita. Dia datang agar kita mengerti betapa Allah mengasihi kita.
Hari 1: Hana Menginginkan Anak (
Hari 2: Daud Berduka karena Saul dan Yonatan (
Hari 3: Yesus Menangisi Yerusalem (
Hari 4: Maria dan Marta Berduka karena Lazarus (
Hari 5: Dorkas Dibangkitkan dari Kematian (
Hari 6: Langit Baru (
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK