Pemberian hukuman, sebaiknya cara terakhir yang digunakan dalam
mendisiplin anak. Dewasa ini, hampir semua pendidik Barat menentang
pemberian hukuman secara fisik sebab tindakan itu hanya
menyelesaikan masalah sementara waktu saja dan memberi akibat
sampingan yang tidak baik. Tidak semua penggunaan hukuman atau
hukuman fisik itu tidak berfaedah. Alkitab mengajarkan, "Siapa tidak
menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi
anaknya menghajar dia pada waktunya" (
Ada empat alasan mengapa hukuman fisik tidak dapat diterima. PERTAMA, secara tidak sadar memberi pukulan mengajar anak untuk memukul. KEDUA, bila orangtua kehabisan akal, lalu dengan emosi dan kekerasan, ia memukul. KETIGA, dari hasil penyelidikan terhadap seekor tikus. Bila tikus tidak tersesat baru diberi makanan, hasilnya akan lebih baik dibanding bila tikus tersesat, lalu diberi aliran listrik. Jadi disimpulkan bahwa hukuman tidak mendatangkan hasil. KEEMPAT, memukul dapat melukai harga diri seorang anak, mengurangi kepercayaannya terhadap pendidik, bahkan menghindari dan membencinya.
JENIS HUKUMAN FISIK
Ada 3 jenis hukuman fisik:
Kalau hukuman fisik tidak dapat dihindari, lakukan dengan kepala dingin dan jangan dalam keadaan marah. Terhadap anak usia 15-18 tahun, masih boleh dikenakan hukuman fisik yang ringan. Pilihlah alat yang digunakan dengan cermat, yang penting bukan dalam suasana marah sehingga memukul dengan keras, menjewer, atau menonjoknya. James C. Dobson menentang memukul anak dengan tangan, karena tangan adalah perantara kasih. Ia juga berpendapat bahwa hukuman fisik hanya sampai batas anak merasa sakit dan berteriak, baru ada hasilnya dan bukan memukulnya dengan kejam. Jangan menunggu bila ingin menggunakan hukuman fisik, apakah perlu atau tidak dan bukan dengan mengatakan, "Nanti, tunggu ayahmu pulang, baru kamu dipukul."
Orang dewasa sering menggunakan pengasingan sebagai hukuman untuk anak. Anak diasingkan dari anak lain, tidak diizinkan bermain supaya dengan tenang, anak dapat mengintrospeksi dirinya sendiri. Tetapi dalam jangka waktu tertentu, datang dan tanyakanlah kepada anak, apakah ia memerlukan bantuan dan menguraikan dengan jelas harapan orangtua atas perilaku mereka. Dalam menerapkan hukuman, perlu diperhatikan jangka waktunya karena bila waktunya terlalu panjang atau terlalu pendek, akan kehilangan fungsi hukumannya. Karena setiap anak itu berbeda sifat, maka penerapan hukuman ini sebaiknya dilakukan dengan fleksibel. Waktu jangan lebih dari 10- 15 menit, tempat harus aman, dan jangan ada barang yang membuat anak senang melewati waktu itu.
Ada anak yang sangat peka, yang tidak perlu menggunakan hukuman fisik atau bentuk lain. Hanya dengan perkataan saja, ia sudah berubah. Hukuman dengan cara mendamprat ini termasuk kritikan, ajaran, teguran yang keras, agar anak merasa bersalah dan malu. Bagi anak yang nakal, hukuman ini tidak berguna. Menggunakan hukuman ini juga harus berhati-hati karena omelan yang berlebihan akan melukai harga diri anak itu, membuat jurang antara anak dan orangtua.
USULAN
Cara apa pun yang digunakan harus masuk akal, baru dapat hasil yang baik. Di bawah ini beberapa usulan:
Sebelum menggunakan hukuman fisik, gunakanlah terlebih dahulu cara penghukuman yang lain.
Pertama kali anak melakukan kesalahan, jangan langsung dihukum, lebih baik mencari waktu untuk menjelaskan peraturan yang ada terlebih dahulu. Jangan menghukum anak dalam keadaan tidak tahu, tetapi setelah diingatkan dan diperingatkan masih berbuat salah, baru dihukum.
Hukuman tidak mengandung aniaya, hukuman harus dilakukan atas dasar kasih dan perhatian, hukuman harus digunakan dalam keadaan yang sadar dan bukan dalam keadaan emosional dan marah.
Hukuman hanya bisa dilaksanakan saat adanya hubungan yang baik antara anak dan yang menghukum; jika tidak, hasilnya tidak mungkin baik.
Hukuman harus segera ditindaklanjuti. Pengalaman membuktikan makin panjang waktunya, semakin kurang hasilnya.
Tingkat hukuman harus tepat. Jangan terlalu keras atau terlalu ringan. Hukuman fisik yang terlalu ringan tidak akan ada faedahnya, tetapi bila terlalu keras akan meninggalkan bekas di dalam hati anak. Akibatnya, semuanya tidak akan mencapai hasil yang diinginkan.
Setelah hukuman diberikan, sebaiknya orangtua atau guru memberikan penjelasan mengapa mereka dihukum dan dilarang melakukan sesuatu, sehingga hasilnya akan lebih baik, selain mendidik anak untuk mengatasi masalah.
Setelah menghukum anak, harus ada komunikasi yang baik dengan anak. Umumnya, setelah dihukum, seorang anak ingin kembali menjalin hubungan yang baik dengan orangtua atau guru. Jangan mundur, dan sebaiknya manfaatkan kesempatan itu untuk menyatakan kasih bahwa anak itu sangat berharga di dalam hati Anda, hukuman itu diberikan semata-mata karena kasih.
Hukumlah perilaku anak yang salah dan bukan menghukum orangnya.
Sewaktu menghukum anak, jangan melihat pribadinya, supaya jangan
merusak hubungan kita dengan mereka. Apabila mereka gagal dalam
belajar, kita harus membantu pelajaran mereka, bukan menganggap
mereka anak yang bodoh. Allah menciptakan satu bagian tubuh yang
banyak dagingnya yang dapat terhindar dari luka-luka karena
pukulan, yaitu pantat. "Di bibir orang berpengertian terdapat
hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak
berakal budi" (
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK