Apakah anda menyadari bahwa semua orang di seluruh muka bumi ini, pada setiap zaman, dari lahir sampai matinya, terlibat dalam proses belajar mengajar? Proses belajar mengajar adalah proses seumur hidup, berawal dari kehidupan seorang bayi mungil yang belajar melalui orangtua dan lingkungannya, sampai menjadi seorang dewasa yang terus menerus menjalani proses pembentukan, baik melalui pendidikan formal (sekolah atau institusi pendidikan lainnya) maupun non formal (keluarga, masyarakat, lingkungan, dsb.).
Proses belajar mengajar ini juga dialami oleh Tuhan Yesus, meskipun Dia adalah Sang Guru Agung.
1. Tuhan Yesus: Guru Agung
Yesus lahir dalam sebuah keluarga Yahudi yang saleh, dimana dalam
setiap keluarga Yahudi seorang anak diajar oleh orangtuanya
mengenal Firman Tuhan (
Dalam masyarakat Yahudi, dimana ada 10 keluarga Yahudi, maka harus didirikan sebuah sinagoge, rumah untuk mengajar dan berbakti. Jika ada 25 orang anak, maka di situ harus ada 1 sekolah. Sebagai seorang anak laki-laki Yahudi, Yesus juga bersekolah di sinagoge di Nazaret. Bersama dengan anak-anak lain Dia belajar Kitab Suci. Pada usia 12 tahun Yesus sudah mampu bersoal-jawab dengan para Ahli Taurat di Bait Allah.
Pada usia 30 tahun, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan mengajarkan
Firman Tuhan dari satu tempat ke tempat lainnya. Tuhan Yesus lebih
dikenal sebagai GURU daripada pengkotbah. Murid-murid-Nya dan orang-
orang yang mendengar pengajaran-Nya memanggil-Nya GURU. Secara
pribadi, Yesus pun mengakui diriNya sebagai GURU dan TUHAN (
Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia dengan memilih para murid
untuk diajar, dan mengakhiri pelayanan-Nya dengan sebuah Amanat
Agung: "Pergilah ... jadikanlah semua bangsa MURIDKU ... dan AJARlah
mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu." (
Dengan kata lain, Yesus yang adalah Guru Agung meminta kita, murid-murid-Nya untuk juga menjadi guru, meneruskan Firman Tuhan yang sudah kita terima dari-Nya dan membagikannya pada orang lain (termasuk pada anak-anak).
2. Kenalilah keduanya: "Alkitab dan Anak"!
Meski adalah kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya, kita sebagai Guru Sekolah Minggu memiliki panggilan yang khusus dan serius untuk membawa anak-anak mengenal Kebenaran.
Tugas Guru Sekolah Minggu bukan sekedar melontarkan / memberikan Firman Tuhan kepada anak-anak, melainkan kita sendirilah yang harus "membawa" Firman Tuhan itu kepada mereka. Tidaklah cukup hanya memberi pelajaran, sebagai Guru Sekolah Minggu kita harus mau memberi DIRI kita sendiri.
Syarat yang paling penting untuk menjadi seorang Guru Sekolah Minggu
BUKANLAH dengan memiliki pengetahuan yang luas, mempunyai ketrampilan
mengajar yang menakjubkan, atau mempunyai kharisma memenangkan
perhatian anak, MELAINKAN mengasihi Tuhan dengan segenap hati, DAN
mengasihi anak-anak seperti diri kita sendiri (
Mengasihi anak berarti kita terpanggil untuk menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak, meski dengan konsekuensi yang tidak gampang. Sebagai Guru Sekolah Minggu kita harus banyak memperlengkapi diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat menyelami dan memahami alam pikiran dan jiwa anak-anak.
Keyakinan bahwa Berita yang ingin kita sampaikan adalah Berita yang Sangat Penting, tentunya kita sebagai Guru Sekolah Minggu akan menyambut setiap langkah persiapan, latihan/training, seminar, dsb. sebagai kesempatan untuk memperlengkapi diri dalam panggilan kita sebagai Guru Sekolah Minggu.
3. Memutuskan untuk Menjadi Guru Sekolah Minggu
Sebenarnya ada banyak "daftar" bagaimana menjadi Guru Sekolah Minggu yang ideal. Dr. Mary Go Setiawani, dalam bukunya yang berjudul Pembaruan Mengajar menyebutkan sedikitnya ada 8 syarat untuk menjadi Guru Sekolah Minggu, yaitu:
Dengan memberikan apa yang ada pada diri kita, apa yang kita miliki SEKARANG, itu sudah cukup untuk mengawali langkah menjadi seorang Guru Sekolah Minggu. Dengan berlalunya waktu, kita akan melihat bagaimana Tuhan Yesus, Sang Guru Agung akan memperlengkapi pelayanan kita dengan berbagai hal yang kita perlukan.
Memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan memang baik, asal semuanya itu disertai kerendahan hati. Yang sungguh-sungguh dituntut dari seorang pengajar/guru Kristen adalah kekudusan dalam hidupnya sebagai orang Kristen.
Jika kita benar-benar berhasrat untuk membawa anak kepada Kristus, baiklah kita mulai dengan memberikan apa yang kita miliki saat ini. Tuhan memberkati dan menyertai Saudara!
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK