Sudah berapa kalikah Anda merayakan Paskah, hari kebangkitan Tuhan? Mungkin ada yang akan menjawab sejak kecil, sejak saya mulai bisa mengingat. Atau ada juga yang akan menjawab sejak saya menjadi Kristen atau mungkin baru sekali ini. Tujuan saya menanyakan hal tersebut agar kita mengintrospeksi diri, setelah sekian kali merayakan Paskah, sampai di manakah kebangkitan Tuhan itu memengaruhi hidup kita. Bagaimanakah pengaruh kebangkitan Tuhan terhadap konsep, perspektif, dan tujuan hidup kita sebagai orang-orang percaya? Apakah kita telah merefleksikan iman kita kepada Tuhan yang bangkit itu dalam kehidupan dan dunia nyata sehari-hari?
Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengajak kita semua untuk belajar dari Rasul Paulus bagaimana sebenarnya atau seharusnya hidup seorang percaya dan mengenal Tuhan yang bangkit itu. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus pasal 15, Rasul Paulus menguraikan bagaimana seharusnya konsep, perspektif, dan tujuan hidup orang yang percaya dan mengenal Tuhan yang bangkit itu.
Jemaat Korintus ketika itu menghadapi pengajaran sesat yang
mengatakan bahwa kebangkitan orang percaya sudah terjadi, yaitu
dengan kebangkitan secara rohani sehingga tidak perlu lagi
mengharapkan kebangkitan secara fisik (
Lainnya, "Teori Keliru", yang mengatakan bahwa para murid wanita keliru mengunjungi kuburan Yesus. Yang dikunjungi adalah kubur yang belum pernah digunakan atau kubur yang masih baru, maka tentu saja mayat Yesus tidak ditemukan di sana.
Ada lagi yang disebut "Teori Pingsan", dikatakan bahwa sebenarnya ketika dikuburkan Yesus belum mati sungguhan, Ia hanya pingsan, oleh karena itu Ia bisa keluar dari kubur.
Juga ada "Teori Halusinasi", mereka mengatakan bahwa Yesus yang dilihat oleh murid-murid itu hanyalah halusinasi karena mereka begitu terobsesi dengan ketidakrelaan bahwa Tuhan mereka mati.
Tidak ketinggalan, ada teori yang mengatakan bahwa ketika Tuhan Yesus di atas kayu salib, Allah dengan caranya yang ajaib menukar Tuhan Yesus dengan Yudas Iskariot, sehingga yang mati itu bukannya Tuhan Yesus melainkan Yudas Iskariot. Sebenarnya, jika kita mau berpikir jernih dan dewasa, semua teori tersebut terlalu naif dan dibuat-buat dan dapat membuat kita tertawa geli.
Dalam buku Josh McDowell yang telah menjadi klasik, "Evidence That Demands A Verdict", serta buku Lee Strobel yang lebih modern dan ditulis dengan gaya jurnalis yang mengadakan investigasi, "The Case for Christ", keduanya mengajukan banyak argumen, baik berdasarkan catatan Alkitab, khususnya keempat Injil dan kitab Para Rasul, bukti-bukti sejarah maupun secara ilmiah serta pernyataan-pernyataan tokoh-tokoh teologi mengenai kebenaran dan kenyataan kebangkitan Tuhan.
Kita tidak akan membahas ulang semua argumentasi tersebut, yang kebanyakan dari kita mungkin telah mengetahuinya. Yang hendak kita pelajari adalah argumen yang diajukan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus tersebut yang tentunya akan lebih memantapkan iman kita.
Dalam
MEMUNYAI KEYAKINAN YANG TEGUH AKAN KEBANGKITAN TUHAN
Di tengah dunia di mana banyak teori yang menyangkal fakta kebangkitan Tuhan, kita seharusnya memunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan. Kita jangan terombang-ambingkan oleh berbagai teori yang tidak benar itu. Rasul Paulus memunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan karena:
Kebangkitan Tuhan adalah penggenapan nubuatan Kitab Suci
(
Kebangkitan Tuhan adalah bukti kebenaran Allah dan firman-Nya. Kebangkitan Tuhan bukanlah sesuatu yang terjadi secara mendadak atau kebetulan. Melainkan suatu peristiwa yang telah direncanakan Allah sejak kekekalan dan menjadi titik balik dari sejarah umat manusia yang seharusnya binasa selama-lamanya, namun oleh kebangkitan Tuhan, memiliki harapan yang kekal. Kebangkitan Tuhan adalah pernyataan dan bukti kebenaran firman Allah serta kesetiaan dan kuasa Allah. Bagi Rasul Paulus, maut dan kematian serta kebangkitan Tuhan adalah kenyataan karena dikukuhkan oleh Allah sendiri dan firman-Nya. Allah adalah Pribadi dan firman-Nya adalah kebenaran; yang patut dan harus dipercaya. Kebangkitan Tuhan adalah refleksi perbuatan Allah yang Mahakuasa dan yang tidak dapat dihalangi oleh kuasa apa pun juga. Itulah yang membuat Rasul Paulus memunyai keyakinan yang teguh. Keyakinan yang didasarkan bukan pada teori atau kemampuan manusia, melainkan pada kedaulatan Allah dalam menggenapi firman-Nya.
Kebangkitan Tuhan disaksikan oleh banyak orang (
Rasul Paulus memunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan juga berdasarkan kesaksian banyak orang. Hal ini dengan sendirinya menggugurkan Teori Halusinasi. Jika Tuhan yang bangkit dilihat oleh lebih dari lima ratus orang, maka mustahil peristiwa tersebut adalah halusinasi. Jika mau dihitung, setelah kebangkitan-Nya di hari Minggu pertama, maka secara keseluruhan Tuhan telah menampakkan diri sebanyak lima belas kali. Yang dicatat oleh Rasul Paulus hanya sebagian kecil saja. Sehingga tidak mengherankan bila dalam pemberitaan Injil oleh para Rasul dan khususnya Paulus, inti berita mereka adalah Tuhan yang bangkit. Karena kebangkitan Tuhan bukan isapan jempol, melainkan fakta sejarah dengan banyak saksi. John Warwick Montgomery, seorang sejarawan Kristen, mengatakan,
"Ketika para murid memberitakan kebangkitan Tuhan, mereka melakukannya karena mereka adalah saksi mata kebangkitan Tuhan dan dilakukan ketika masih banyak di antara mereka yang berhubungan dengan peristiwa tersebut masih hidup. Sehingga dengan demikian orang-orang yang tidak percaya akan mudah saja mengatakan bahwa mereka salah jika memang Yesus tidak bangkit dengan menunjukkan tubuh Kristus."
Namun itu tidak terjadi. Keyakinan Rasul Paulus akan kebangkitan Tuhan didasarkan pada banyak saksi mata yang berani mati untuk kesaksiannya.
Mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit
(
Rasul Paulus memunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan bukan saja karena kebangkitan Tuhan adalah penggenapan firman Allah atau kesaksian dari banyak pengikut Tuhan, tetapi terutama sekali karena ia sendiri mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit itu. Ia yakin akan Tuhan yang bangkit bukan hanya dari kesaksian murid-murid Tuhan, namun ia sendiri telah mengalami bagaimana hidupnya dijamah dan dibentuk Tuhan.
Ia diampuni, diselamatkan, diubah, dan dipakai Tuhan secara luar biasa. Pertobatan dan perubahan hidup drastis Rasul Paulus sebenarnya merupakan bukti kebangkitan Tuhan. Ia yang dulunya adalah musuh dan penantang Tuhan, berubah menjadi utusan dan pemberita Kabar Baik Kristus. Ia yang dulunya selalu membanggakan latar belakang keyahudiannya, berubah menjadi hamba yang hanya membanggakan salib Kristus. Ia yang dulunya menganggap bahwa semua kegiatan agama merupakan keuntungan baginya, berubah dengan mengatakan bahwa semuanya itu adalah sampah dibanding dengan pengenalannya akan Kristus. Ia yang dulunya bersandar kepada perbuatan baik, amal, dan kesalehan untuk mendapatkan keselamatan, sekarang percaya bahwa keselamatan itu hanyalah karena kasih karunia Allah yang diperoleh melalui iman. Semua usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan adalah sia-sia, keselamatan adalah pemberian Allah semata-mata. Rasul Paulus secara pribadi mengalami dan mengenal siapa Tuhan yang bangkit itu. Bagaimana dengan Anda dan saya? Sudahkah secara pribadi kita berjumpa dengan Tuhan yang bangkit itu? Sudahkah hidup kita diubah oleh Tuhan yang bangkit itu? Keyakinan Rasul Paulus akan kebangkitan Tuhan didasarkan pada perjumpaannya yang langsung dengan Tuhan yang bangkit.
MEMUNYAI KETABAHAN DAN HARAPAN MENGHADAPI KEMATIAN
Bagi Rasul Paulus, kebangkitan Tuhan adalah kenyataan yang pasti serta tidak dapat disangkal oleh apa pun dan siapa pun juga. Demikian pula dengan maut serta kematian adalah juga kenyataan yang harus dihadapi dengan penuh ketabahan dan harapan oleh orang percaya. Ketabahan dan harapan hanya diperoleh lewat Tuhan yang telah bangkit itu. Sebelum kebangkitan Tuhan, seluruh umat manusia berjalan menuju kebinasaan yang kekal. Namun dengan kebangkitan Tuhan, maka kuasa maut terhadap umat manusia telah dikalahkan. Sekalipun upah dosa adalah maut dan kematian, namun bagi mereka yang percaya, maut dan kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan mengerikan. Kebangkitan Tuhan telah mengalahkan kuasa maut. Maut tidak dapat berkuasa atas-Nya sehingga yang percaya pada-Nya dapat berkata dengan gagah berani seperti Rasul Paulus, "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Korintus 15:55)
Kebangkitan orang-orang percaya pada saat kedatangan Tuhan yang
kedua kalinya adalah harapan kita. Karena Kristus sendiri telah
bangkit dan menjadi buah sulung kebangkitan pengikut-pengikut-Nya.
Kebangkitan itu adalah pasti, tidak perlu diragukan. Kita menantikan
dengan penuh kerinduan dan harapan bahwa pada suatu hari kelak,
tatkala sangkakala surgawi bergema, kita akan memiliki tubuh
kebangkitan seperti tubuh Tuhan yang tidak dapat binasa, penuh
kemuliaan, penuh kekuatan, yang rohani, dan yang dari surga
(
"Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala
manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang
telah meninggal." (
MEMUNYAI KEGAIRAHAN DAN DINAMIKA DALAM PELAYANAN
Rasul Paulus berkata, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang
dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah
bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku,
melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (
Oleh karena Rasul Paulus telah mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit dan hidupnya diubah, maka yang menjadi tujuan hidup selanjutnya adalah melayani Tuhan dengan penuh gairah dan dinamika, itu pun adalah karena kasih karunia Tuhan. Ia bersaksi,
"Dan kami juga -- mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke
dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan
maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita,
aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan
binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang
mati tidak dibangkitkan, maka `Marilah kita makan dan minum, sebab
besok kita mati.`" (
Sebagai orang yang hidupnya telah diubah oleh Tuhan dari kebinasaan
selama-lamanya menjadi hidup kekal, bagaimanakah sikap kita terhadap
pelayanan? Adakah kita memunyai kegairahan dan dinamika seperti
Rasul Paulus? Atau sebaliknya kita acuh dan bermalas-malasan?
Keterlibatan kita secara aktif dalam pelayanan sangat penting dalam
hidup kita sebagai orang percaya. Kita melayani Tuhan dengan penuh
gairah dan dinamika bukan agar kita dikenal manusia, melainkan
karena kita tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu
tidak sia-sia (
Dipulikasikan di | : | Publikasi e-Konsel | Alamat URL | : | http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/038/ |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK