Seseorang dengan hati-hati mempelajari semua cek yang dibatalkan dan membandingkannya dengan potongan-potongan ceknya. Dia sedang melakukan evaluasi. Sebuah perusahaan bisnis tutup selama dua hari untuk melakukan inventarisasi. Perusahaan ini juga sedang melakukan evaluasi. Seorang guru membuat rata-rata nilai dalam buku nilainya dan akhirnya menetapkan nilai untuk setiap muridnya. Dia sedang melakukan evaluasi. Seorang pelatih mengawasi para pemainnya berlatih ketika dia membuat daftar para pemain. Dia pun sedang mengevaluasi. Proses evaluasi berlangsung hampir secara terus- menerus dan bentuknya beraneka macam.
Kita tidak hanya mengevaluasi hal-hal fisik yang bisa dihitung,
ditimbang atau diukur tetapi kita juga sering mengevaluasi kegiatan
mental. Setiap kuis atau ujian akhir adalah suatu bentuk evaluasi
untuk murid dan juga guru. Sebagai orang Kristen kita juga harus
terlibat dalam berbagai jenis evaluasi rohani. Rasul Paulus
menuliskan "Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya
sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan
itu." (
Yohanes telah memikirkan bentuk evaluasi lain ketika dia menulis,
"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh,
tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab
banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia." (
MENGAPA PERLU EVALUASI?
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai.
Suatu program pendidikan Kristen yang efektif harus mempunyai
tujuan atau sasaran. Tujuannya mungkin terlalu umum atau cukup
terperinci, atau mungkin untuk jangka panjang atau untuk jangka
pendek. Tujuan yang mungkin berhubungan dengan hal-hal yang dapat
diukur seperti jumlah kehadiran atau jumlah persembahan, atau
yang berhubungan dengan pertumbuhan rohani para murid -- suatu
hal yang lebih sulit untuk diukur. Namun, tujuan-tujuan ini hanya
sedikit manfaatnya jika tidak ada ketetapan-ketetapan yang dibuat
sebagai patokan untuk melihat apakah tujuan-tujuan yang dibuat
sesuai dengan ketetapan tersebut.
Jika tujuan-tujuan yang jelas belum terbentuk, kita tidak
mempunyai dasar untuk mengevaluasi kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai. Karena itu, tujuan sebaiknya dibuat dengan lebih
spesifik sehingga dapat siap diukur kapan pun juga.
2. Untuk membantu dalam membuat tujuan-tujuan baru.
Tujuan adalah seperti penunjuk-penunjuk jarak yang ada di
sepanjang jalan. Jarak-jarak itu harus dicapai dan kemudian
dilalui karena telah ada penunjuk-penunjuk jarak baru di
depannya. Misalnya tujuan yang ditetapkan adalah jumlah anak yang
hadir di Sekolah Minggu. Jika tujuan tersebut telah dicapai maka
tujuan yang baru harus di buat. Namun jika tujuan tersebut tidak
tercapai dan jumlah anak yang hadir berada jauh di bawah tujuan,
maka hal ini kemungkinan menunjukkan bahwa tujuan itu terlalu
tinggi untuk direalisasikan. Tujuan tersebut perlu di kaji ulang.
Karena alasan ini, tujuan-tujuan harus dibuat dengan lebih
spesifik dan dapat diukur kapan pun juga.
3. Untuk membantu mengetahui tingkat efisiensi setiap pribadi.
Sekolah Minggu atau pun program pendidikan gereja lainnya
tidaklah lebih kuat dari para pemimpinnya. Para pemimpin terbaik
yang ada harus terlibat dalam setiap kegiatan. Untuk memastikan
bahwa pemimpin yang terbaiklah yang terlibat, kita harus
mengevaluasi mereka dan sekaligus pemimpin alternatif
penggantinya.
Orang yang paling trampil yang kita miliki biasanya sibuk dan
terlibat secara aktif dalam program pendidikan Kristen. Itulah
sebabnya kita mengevaluasi kemampuan seseorang sebelum kita
memberikan suatu tugas kepadanya. Proses evaluasi ini terus
berlangsung sejak dia menerima dan melaksanakan tugas tersebut.
4. Untuk menemukan kelemahan-kelemahan.
Kegunaan yang paling jelas dari evaluasi adalah untuk melihat
kelemahan-kelemahan yang terjadi. Kegagalan untuk mencapai tujuan
merupakan hal yang biasa dialami setiap orang, tetapi juga
penting untuk mengetahui mengapa kegagalan itu bisa terjadi.
Misalnya kita telah menentukan tujuan yang ingin dicapai untuk
hari Minggu, tetapi kita gagal mencapai tujuan tersebut. Jika ada
hujan lebat di malam sebelumnya dan terjadi banjir, kita dapat
cepat menerima bila tujuan tersebut tidak tercapai. Namun berbeda
halnya jika saat itu cuaca bagus dan tidak ada konflik lain yang
mungkin bisa menghambat tercapainya tujuan tersebut. Jika
demikian, kita perlu meneliti lebih dalam untuk menemukan alasan-
alasan sehingga kita gagal mencapai tujuan tersebut. Pada saat
kita bisa menemukan alasan yang menyebabkan kegagalan tersebut,
maka kita akan dapat mengambil tindakan yang tepat agar tidak
melakukan kegagalan-kegagalan yang sama di masa mendatang.
5. Untuk menemukan kelebihan.
Walaupun kita pada umumnya cenderung memikirkan aspek-aspek
negatif dari evaluasi, namun aspek-aspek positif dari evaluasi
juga sama penting untuk dipikirkan. Ketika suatu program berhasil
dilaksanakan, kita perlu memperhatikan fakta dari kedua aspek
tersebut. Kita perlu tahu mengapa program itu bisa berhasil
sehingga kita bisa menggunakan ide-idenya untuk membantu dalam
menyukseskan program-program di masa mendatang. Alasan-alasan
berhasilnya suatu program biasanya tidak selalu tampak jelas,
jadi kita harus berusaha untuk untuk menemukannya.
6. Untuk menstimulasi pertumbuhan dan pembelajaran.
Kebanyakan dari kita bekerja lebih baik jika kita mengetahui
untuk apa kita bekerja. Kita juga akan bekerja lebih baik ketika
mengetahui seberapa baiknya kita bekerja untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah kita tetapkan. Contohnya, murid yang lamban
mungkin perlu dimotivasi untuk belajar lebih keras lagi melalui
nilai rendah yang diterimanya dalam ujian. Evaluasi ini
memberikan dasar baginya untuk mengetahui apa yang diharapkan
oleh guru darinya dan seberapa baik ia mengukur besarnya harapan-
harapan itu. Namun dalam cara yang sama, nilai tinggi dapat
membuat seorang anak belajar lebih keras lagi untuk
mempertahankan nilainya. Demikian pula ketika seseorang
mengevaluasi kehidupan doanya atau pelayanannya, dia mungkin
terstimulasi untuk berusaha meningkatkannya.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK