Artikel oleh: Kathi Mills
Dalam enam bulan setelah kelahiran anak bungsuku, Chris, aku mendengar berita tentang dua pasangan di gereja kami yang akan bercerai. Aku tidak dapat memercayainya! Orang Kristen tidak boleh bercerai! Bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana dengan kesaksian kristiani mereka? Kira-kira apa yang dipikirkan oleh mereka?
Lalu beberapa waktu kemudian, perceraian itu terjadi padaku. Tiba- tiba aku menjadi ibu tunggal dari tiga anak, pencari nafkah tunggal untuk kebutuhan rumah tangga kami, orang yang bertanggung jawab atas semua anak secara fisik, emosi, dan rohani. Bahkan sebagai orang Kristen, semuanya ini hampir melebihi dari yang dapat aku tanggung.
Setelah berpindah tempat tinggal, anak-anakku dan aku memutuskan untuk bergabung di sebuah gereja besar di mana hanya sedikit orang yang kami kenal. Hampir tak seorang pun yang memerhatikan situasi kami dan aku pun segan untuk menceritakannya kepada mereka. Namun, seorang guru sekolah minggu yang bijaksana dan cerdas mengetahui bahwa Chris memiliki beberapa masalah di dalam kelas, masalah yang sebelumnya dia lihat banyak terjadi pada anak-anak yang mengalami stres karena perceraian.
Ia meneleponku dan itu merupakan awal dari segalanya, tidak hanya untukku sendiri, namun juga untuk anak-anakku. Karena ketajaman dan kemauannya untuk terlibat, anak-anakku dan aku belajar menjadi kelompok yang saling mendukung untuk keluarga-keluarga yang mengalami perpisahan dan perceraian. Kelompok ini bertemu seminggu sekali di gereja untuk memberikan kestabilan emosi dan pengarahan yang kami perlukan guna memulai perjalanan kami kembali seperti sediakala. Dan kegiatan ini membuka mata kami terhadap kenyataan bahwa kami tidak sendiri dalam situasi yang menyakitkan ini. Ada banyak keluarga Kristen yang hancur akibat perceraian.
Apa yang membuat guru sekolah minggu yang perhatian ini mengetahui masalah kami? Dia telah memerhatikan pola perilaku yang umum terjadi pada anak-anak yang menghadapi perceraian.
Meskipun tanda-tanda ini tidak selalu muncul pada anak-anak yang mengalami perceraian (kalaupun muncul, bisa disebabkan oleh masalah lain), perilaku mereka sangat perlu diperhatikan.
Jika menurut Anda salah satu anak di kelas Anda mengalami perceraian, apa yang dapat Anda lakukan?
Anda tidak dapat berharap akan bisa menyelesaikan semua masalah dan menyembuhkan luka anak-anak yang ada di kelas Anda, namun Anda dapat peka terhadap masalah dan luka itu. Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa perceraian bukanlah masalah yang terbatas pada dunia sekuler saja, namun juga terjadi di gereja. Anda dapat mendoakan anak-anak ini dan keluarganya, meminta Tuhan untuk menunjukkan kepada Anda apa yang dapat Anda lakukan untuk anak-anak korban perceraian ini.
[Kathi Mills adalah seorang pengarang dan editor yang tinggal di Santa Paula, California bersama dengan suaminya, Larry, dan anak bungsunya, Chris.] (t/ratri)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK