Pascal pernah mengatakan bahwa dalam diri setiap individu ada suatu
kekosongan yang berwujud Allah. Kita merasa bahwa Dia ada. Tetapi,
kita perlu mengenal Dia lebih daripada hanya sebagai seorang
Pencipta. Kita perlu mengenal Dia secara akrab -- seperti apa Dia
itu, apa yang dapat kita lakukan untuk menyenangkan Dia. Bilamana
kita mulai menyadari siapa Tuhan itu, maka kita akan mendapatkan
bahwa kita ingin menjadi lebih menyerupai Dia, ingin mempunyai sifat
seperti sifat-Nya. Mengapa kita perlu mengenal Allah dengan lebih
baik? Sebab Ia adalah terang, Ia adalah kasih, dan Ia adalah Roh.
Allah adalah terang (1Yohanes 1:5) -- Ia memberikan saya petunjuk.
Saya perlu mengenal Dia dengan lebih baik, sebab jika sifat saya
menjadi lebih menyerupai sifat-Nya, maka saya akan mendapat petunjuk
dalam hidup saya. Hal ini, laksana pemuda yang menjelajahi gua.
Dengan lampu senter, ia dapat menemukan jalannya; tetapi jikalau ia
menjatuhkan lampu senterya, maka ia kehilangan arah. Ia akan
terpontang-panting berkeliling dan berteriak minta tolong. Seseorang
mendengar teriakannya, menyorotkan cahaya kepadanya, dan ini
menolong dia untuk selamat. Itulah terang. Dia adalah petunjuk.
Allah juga disebut kasih (1Yohanes 4:8). Saya perlu mengenal Allah
dengan lebih baik agar saya memiliki kekuatan lebih besar untuk
mengasihi, untuk mengulurkan tangan, dan menjadi orang yang bisa
diharapkan orang lain. Pada waktu saya mulai menyesuaikan diri, saya
dengan tujuan, seperti tujuan kedatangan Kristus -- yang adalah
untuk melayani, bukan untuk dilayani, untuk menolong, bukan untuk
ditolong -- saya menyadari bahwa waktu saya mencoba untuk menyamakan
diri saya dengan Dia, maka saya dapat ´menyumbang´ secara lebih
efektif dalam berbagai hubungan dalam keluarga dan masyarakat. Waktu
saya belajar tentang ´sifat´ kasih- Nya, saya belajar bagaimana
mengasihi. "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13).
Contoh kasih yang paling agung adalah pada waktu Kristus dengan
tergantung di kayu salib setelah dicambuk dan dilukai, serta
dicemoohkan, berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Ketika saya mengenal
Allah secara lebih akrab dan lebih berarti, Dia memberi saya
kemampuan melebihi kemampuan diri saya sendiri untuk mengasihi
orang-orang yang memperlakukan saya dengan tidak benar, tidak
sepatutnya, atau bahkan secara tidak menyenangkan.
Waktu saya mengenal Allah dengan lebih baik, saya mengetahui bahwa
Ia adalah Roh (Yohanes 4:24). Ia bukan seperti guru meditasi yang
sukar dipahami, tetapi Ia adalah Roh, dalam arti bahwa Ia tidak bisa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia ada bersama saya untuk menolong,
menghibur, mengasihi, dan menyediakan damai sejahtera.
Saya ini makhluk yang diciptakan, dan Ia adalah Pencipta. Saya perlu
mengenal Allah dengan lebih baik, sebab tanpa Dia menjadi bagian
hidup saya, saya akan jatuh tertelungkup bersama semua rencana dan
tujuan saya. Saya tidak bisa berfungsi tanpa petunjuk, bimbingan,
dan keahlian Pencipta saya.
Saudara mungkin merasa seolah-olah dalam keadaan baik-baik saja
sampai Saudara menyadari bahwa Saudara adalah suatu ciptaan utuh dan
rumit yang perlu dikembangkan secara mental, sosial, fisik, dan
rohani. Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan tanpa mengenal Sang
Pencipta.
Saya perlu mengenal Allah dengan lebih baik, sebab saya menyadari
siapa diri saya, saya menyadari siapa Dia, dan saya menyadari bahwa
untuk mencapai kepenuhan, damai sejahtera, dan pengharapan saya
perlu mengenal Dia.