Dapat dikatakan bahwa ada dua macam Sekolah Minggu (SM), yaitu integral dan cabang. "SM Integral" diadakan dalam sebuah gedung gereja, sebelum atau setelah kebaktian umum dan melayani anggota- anggota gereja itu serta anak-anak mereka. "SM Cabang" sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, sebenarnya adalah cabang dari suatu SM yang lebih besar dari suatu gereja. Biasanya SM itu diselenggarakan sebagai satu usaha Pekabaran Injil dengan tujuan mencapai anak atau orang dewasa yang tidak akan atau tak dapat datang ke SM induk.
Gembala gereja dan pekerja-pekerja SM yang telah membuka dan menyelenggarakan SM Cabang, hendaknya jangan heran dan kecewa, jika SM cabang yang kecil itu kemudian mempunyai cita-cita untuk mengadakan kebaktian-kebaktian umumnya sendiri (dewasa). Hal ini normal dan seharusnya demikian.
Hingga sekarang sebagian besar dari semua SM bersifat integral. Hubungan SM demikian dengan gereja yang telah melahirkan dan memberi hidup kepadanya, dapatlah dengan singkat dilukiskan dengan kata-kata "bersesuaian", "terjalin", dan "saling bergantung". Marilah kita menelaah arti kata-kata itu dalam hubungan ini.
1. Penyesuaian SM dengan Departemen Lainnya dalam Gereja
Pada umumnya departemen-departemen lahir dalam sebuah gereja sama
seperti anak-anak dilahirkan dalam sebuah rumah tangga, satu demi
satu dengan jangka waktu yang cukup lama. Untuk sementara waktu
kelompok-kelompok ini dengan kegiatan dan kepentingannya yang
berbeda-beda mengabaikan satu sama lain, tentu saja tidak dengan
maksud untuk tidak menghormati, tetapi demikianlah keadaannya.
Karena kurangnya hubungan antara satu dengan yang lain, maka tiap
departemen itu mengikuti jalannya sendiri serta merencanakan
pertemuan dan pekerjaannya selama setahun tanpa mengiraukan sama
sekali apa yang direncanakan atau dibuat oleh kelompok-kelompok
yang lain.
Gembala gereja serta pimpinan kegiatan itu hendaknya mengatur agar kegiatan dan acara perbagai kelompok itu saling bersesuaian sehingga tidak terjadi pertentangan, tumpang tindih atau mengalami kelalaian dalam hal melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, ibadah, dan pengungkapan yang seharusnya dilakukan.
2. Penyesuaian SM dengan Seluruh Program Gereja
Pengurus SM hendaknya jangan lupa bahwa hampir semua anggota SM
itu menjadi anggota gereja juga. Mereka mempunyai kewajiban,
bukan saja terhadap SM, tetapi juga terhadap gereja. SM hendaknya
jangan merencanakan hal-hal seperti kunjungan dari rumah ke
rumah, kursus pendidikan guru-guru atau kebaktian istimewa di
cabang pada waktu yang bersamaan, di mana gembala dan majelis
gereja merencanakan suatu kebaktian kebangunan rohani untuk
seluruh gereja. Tenggangrasa serta kerjasama harus menjadi
semboyan bagi gembala dan pimpinan SM dalam merencanakan
kegiatan-kegiatan jemaat maupun SM.
3. Hubungan Gembala dengan SM
Satu-satunya pengurus gereja yang akhirnya bertanggung jawab atas
hubungan yang harmonis serta sehat antara gereja dan SM, ialah
gembala. Gembala hendaknya melakukan pengawasan umum atas SM dan
mengetahui seluk beluk cara bekerjanya. Jika pada saat memulai
tugasnya sebagai gembala, ia dapati bahwa SM-nya lemah, maka
wajiblah ia dengan hati-hati mencari apa yang menyebabkan keadaan
itu, kemudian dengan bijaksana mereorganisir seluruh SM itu,
dengan memberikan dasar yang sehat untuk berkembang sendiri.
Gembala jangan tak hadir pada kebaktian dan rapat-rapat SM atau
rapat pengurusnya. Kepentingan dan tanggung jawabnya menuntut
kehadirannya serta sumbangan kebijaksanaan dan pikirannya.
Tanggung jawabnya yang terutama ialah memelihara asas pengajaran
SM agar tetap murni, penuh hidup dan kuasa. Hal ini dilakukannya
dengan mengangkat guru-guru yang terdidik dalam pengetahuan
Alkitab.
Satu-satunya cara yang baik agar gembala dapat menambah keberhasilan SM-nya ialah membantu dengan segenap hati dan bersemangat pada segala waktu. Ia dapat mengabaikan Sekolah Minggu dan dengan demikian secara tidak sadar menyebabkan banyak anggotanya berbuat seperti itu pula, atau ia dapat senantiasa menekankan pentingnya SM dan perlunya tiap orang menghadiri serta menyokongnya. Gembala yang bijaksana akan senantiasa merencanakan pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi SM-nya. Janganlah ia menunggu saran-saran dan rencana-rencana ini datang dari pemimpin SM atau pembantunya. Juga ia tak boleh mencoba melaksanakan rencana-rencana dan saran-saran tanpa berunding lebih dulu dengan pekerja-pekerja SM yang sudah ditetapkan.
4. Hubungan Timbal Balik antara SM dengan Gereja
Perlengkapan sebuah SM yang terorganisir dan terselenggara dengan
baik serta benar-benar rohani, memberikan kesempatan yang begitu
indah untuk pendidikan dan pelayanan Kristen, sehingga akan
menjadi kerugian besar bagi seseorang anak/anggota gereja apabila
ia tidak mengikuti SM-nya pula. Clarence H. Benson menulis bahwa:
"Dalam jemaat yang biasa, tidak lebih dari 10% dari tenaga, usaha dan keuangannya dipakai untuk SM, namun SM itu menghasilkan 90% dari anggota baru, pekerja dan hubungan dengan rumah tangga baru."
Selain reaksi yang wajar, yang dapat kita harapkan, Roh Kristus dalam diri para pengurus, guru dan murid, senantiasa akan menyebabkan mereka sungguh-sungguh setia kepada jemaat dan aliran gereja mereka. Kesetiaan ini bukan sekedar perasaan saja sebab akan terlihat dalam semangat yang tetap dari seluruh SM itu untuk menghadiri kebaktian-kebaktian gereja dan juga dalam kerjasama yang setia dari SM itu dengan segala kegiatan lainnya dalam jemaat.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK