Setiap tahun ribuan buku diterbitkan untuk pasaran anak-anak di Amerika, tetapi hanya sedikit yang ditulis oleh penulis Kristen. Bahkan dari prosentase yang kecil tersebut lebih sedikit lagi buku yang dapat dikategorikan sebagai buku bagus. Bagaimana para orangtua dan guru bisa memilih buku-buku yang baik yang ditulis sesuai dengan perspektif Kristen?
Majalah-majalah untuk keluarga Kristen seringkali menyertakan ulasan buku. Orangtua yang tidak memiliki waktu untuk memilih terlebih dahulu bacaan anak dapat mengandalkan penerbit buku-buku Kristen yang telah membuktikan diri sebagai penghasil buku-buku yang baik bagi pembacanya, atau kepada penerbit yang terkenal yang dapat dipercaya.
Banyak orangtua yang bertanya-tanya apakah mereka harus mengajarkan anak-anak untuk memilih buku berdasar isinya atau cukup hanya dengan menganjurkan mereka memilih buku-buku yang disebut sebagai buku karangan penulis Kristen. Di satu sisi, ada banyak penulis Kristen yang hebat yang karyanya dengan sangat halus mencerminkan pandangan Kristen sehingga tulisan mereka tidak terlihat terlalu rohani. Di sisi yang lain, ada penulis Kristen yang karyanya tidak mencerminkan sama sekali penerapan kebenaran Alkitab dalam kehidupan nyata. Masih di sisi yang lain, ada penulis-penulis sekuler yang buku-bukunya berhasil menyampaikan nilai-nilai kebaikan atau hanya menceritakan sebuah cerita yang menghibur dan tidak berbahaya. Buku-buku seperti itu juga tidak ada salahnya.
Apapun buku yang diberikan kepada anak untuk dibaca, para orangtua harus mendiskusikan isinya dengan anak-anak mereka. Apa saja motivasi dari para tokohnya? Apakah mereka menunjukkan perbuatan- perbuatan Kristiani? Di saat orangtua dan anak membicarakan tentang isi buku dan mendiskusikan nilai-nilai di dalamnya, dampak bagi perkembangan moral mereka akan berlipat ganda. Namun orangtua juga harus berhati-hati, jangan memaksakan adanya suatu pesan moral dalam setiap halaman buku tersebut. Beberapa karya memang bertujuan untuk kesenangan saja, dan memang haruslah tetap demikian.
Buku-buku yang baik, jenis ceritanya harus disesuaikan dengan usia pembacanya yang masih anak-anak. Misteri, petualangan, biografi, drama, puisi, dan fantasi harus ada di rak buku anak. Namun seringkali beberapa orangtua dan guru agak kuatir dengan cerita yang berbau fantasi. Sekalipun sebenarnya "fantasi" dan "supranatural" hampir memiliki arti yang mirip, orang-orang Kristen biasanya menghubungkan fantasi dengan dongeng-dongeng, khayalan, dan binatang yang dapat berbicara, sedangkan supranatural dihubungkan dengan sihir, mantera, dan hantu. Banyak orang salah pendapat dengan menghindari buku seram tentang penyihir yang jahat, tetapi cerita sejenis yang menceritakan seekor ulat yang menyembah berhala lalu kemudian berubah menjadi seekor kupu-kupu Kristen dianggap tidak apa-apa. Tolaklah buku-buku yang hanya menampilkan kejahatan dan cerita-cerita yang hanya menakut-nakuti pembacanya. Bacakan anak- anak Anda sebuah buku yang membuat mereka mengerti tentang kekuatan jahat daripada buku yang menceritakan seekor binatang yang diberkati dengan suatu sifat rohani. Seorang anak dapat diyakinkan bahwa Yesus suatu hari nanti akan menghancurkan si jahat, tetapi anak tersebut hendaknya juga "tidak diajari" fiksi tentang adanya seekor binatang surga.
Seorang anak membentuk imajinasinya di awal masa kanak-kanaknya. Di saat anak mencapai usia lima atau enam tahun, ia sudah dapat memisahkan kenyataan dari khayalan dan mengetahui ketika sesuatu itu "bohong-bohongan". Dalam tahap perkembangan anak, fantasi atau dongeng-dongeng seharusnya jangan dilarang untuk dibaca. Buku-buku adalah bahan bakar untuk membakar imajinasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah fiksi yang dikombinasikan dengan sebuah cerita dari Alkitab. Kebanyakan tujuan dari penulis adalah untuk membawa pembaca serta menghubungkan mereka dengan tokoh-tokoh tersebut dengan peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam Alkitab. Namun, di beberapa kasus, kebebasan penulis tersebut harus tetap dibatasi karena kecerobohan mereka sendiri! (Cerita Alkitab bagi anak-anak seringkali diceritakan dengan sudut pandang seekor keledai, merpati atau domba. Anda dapat bercerita tentang binatang yang dapat berbicara, menyanyi, atau menari tetapi Anda harus segera menarik garis tegas ketika binatang tersebut mulai berdoa atau menyembah!)Di rak buku anak juga harus terdapat buku-buku yang memberikan pengetahuan tentang kehidupan anak-anak dari berbagai macam latar belakang kebudayaan. Tokoh-tokohnya memiliki beragam perilaku dan mempunyai kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Anak yang masih mudah terpengaruh jangan diberi buku yang berisi pandangan- pandangan stereotype terhadap suatu suku atau budaya kecuali hal itu dapat membantu mereka mengenalinya. Cerita-cerita misi harus dapat secara simpatik menunjukkan pemahaman budaya yang belum dikenal pembacanya.
Biografi orang-orang yang masih hidup misalnya tokoh olahraga, pemimpin pemerintahan, dan ilmuwan merupakan alat mengajar yang bermanfaat. Ketika tokoh terkenal atau penting tersebut adalah orang Kristen yang benar-benar berani menunjukkan kekristenannya, cerita mereka dapat menjadi pendorong bagi para pembaca muda tersebut. Kata-kata dan tindakan dari orang yang diidolakan seorang anak bagaimanapun juga dapat membuat anak meniru pengakuan iman sang idolanya tersebut. Di saat seperti itu, pembaca yang masih anak-anak membutuhkan bimbingan orang dewasa.
Orang dewasa juga harus memperhatikan apakah konsep buku tersebut sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Banyak cerita yang ditulis dengan bagus sehingga cerita tersebut dapat dinikmati oleh beberapa tingkatan usia, misalnya seri fantasi The Cronicle of Narnia karya C.S Lewis. Di satu tingkat, cerita ini adalah cerita fantasi yang ditulis sederhana dan menarik. Di tingkat yang lain, cerita ini merupakan suatu referensi tentang kematian dan kebangkitan Kristus. Seorang anak jangan diharapkan mampu memahami penyimbolan tersebut, dan orang dewasa jangan menghancurkan cerita yang baik dengan memaksakan penjelasan makna tingkat tinggi yang ada di setiap bagian cerita. Menemukan makna-makna baru saat membaca ulang buku-buku anak di kemudian hari merupakan satu kenikmatan tersendiri .
Orangtua juga harus bertanya apakah kosakata di dalamnya sesuai dengan tingkat usia pembaca. Setiap buku anak harus menyertakan sedikit kata-kata yang menantang yang mengarahkan pembaca untuk membuka kamus untuk menambah kosakata mereka, namun terlalu banyak kata-kata yang demikian justru akan menimbulkan frustasi.
Adakah referensi akan tempat lain atau waktu lain? Anak-anak mulai dapat memahami konsep waktu dan tempat kira-kira pada waktu kelas tiga. Sampai pada usia tersebut, frasa "pada zaman dahulu kala" dan "nun jauh di sana" sudah cukup.
Apakah bukunya terlalu panjang? Banyak anak yang susah untuk terus tertarik pada sebuah buku yang harus dibaca lebih dari sekali duduk. Cerita yang dapat dibaca satu bab pada satu kesempatan merupakan cara yang terbaik untuk anak-anak yang lebih besar karena mereka sudah dapat mengingat para tokoh dan peristiwa.
Apakah buku tersebut (dan juga ceritanya) menarik dan atraktif? Ilustrasi yang berwarna menambah daya tarik, khususnya bagi pembaca yang masih anak-anak yang tergantung pada gambar-gambar untuk menjelaskan kata-katanya.
Setelah memperhatikan kriteria-kriteria ini, masih tersisa satu rintangan, yaitu bagaimana supaya anak-anak dapat membaca buku-buku tersebut! Umumnya, namun merupakan rintangan yang dapat dihindari, adalah kurangnya kenyamanan, kurang adanya tempat yang nyaman untuk anak membaca. Orangtua yang ingin supaya anak-anak dapat membaca harus mengatur tempat untuk menciptakan suasana yang mendorong semangat anak untuk membaca. Anak-anak harus memiliki rak buku mereka sendiri (lengkap dengan sebuah kamus kecil).
Segera ketika seorang anak berada pada level buku bergambar, dia dapat diajak ke perpustakaan umum atau perpustakaan gereja. Menerima kartu anggota perpustakaan untuk yang pertama kalinya dapat menjadi saat yang istimewa baginya. Beberapa perpustakaan umum memiliki program yang dapat pula digunakan oleh gereja, misalnya jam bercerita, nonton film, pertunjukkan boneka, pentas seni, dan bahkan mengunjungi binatang tamu. Bantal-bantal lantai yang nyaman, sudut dan tempat membaca yang menarik membuat anak-anak tertarik untuk duduk dan membaca. Pajangan buku dan poster-poster yang berwarna- warni, alat-alat permainan, dan perabot rumah mainan semuanya mengatakan kepada anak-anak tersebut bahwa mereka diterima di perpustakaan itu.
Kita diajarkan di sekolah bahwa nenek moyang kita belajar membaca dengan membaca Alkitab, berkumpul mengelilingi lilin dalam ruangan yang berangin. Kenyataannya adalah kebanyakan para pendahulu kita buta huruf saat mereka beranjak dewasa. Pembaca yang masih anak-anak tetap dapat melakukan firman Tuhan, tetapi mereka dapat memulainya dengan membaca "buku cerita" Alkitab yang berilustrasi khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. "Alkitab Anak-anak" yang diperuntukkan bagi pembaca yang masih anak-anak harus ditulis dengan kata-kata yang bisa dipahami oleh anak-anak, bukan yang dengan menggunakan versi sederhana bagi orang dewasa yang kemudian diberi sampul merah muda atau biru. Anak-anak harus bisa melihat bahwa firman Tuhan memiliki arti bagi hidup mereka dan mereka harus didorong untuk memahami tiap halamannya setiap hari. (T/Rat)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK