Maria Magdalena bergegas pulang ke kota. Pikirannya tak tentu lagi. Aduh, mayat Yesus yang sangat dikasihinya itu sudah dicuri. Entah siapa yang mencurinya. Meterai kubur itu sudah rusak. Baru saja sampai kepada Petrus dan Yohanes, Maria berseru sambil menangis tersedu-sedu, "Orang sudah membawa Tuhan dari dalam kubur, kami tak tahu di mana mereka menaruh-Nya."
Kedua murid itu terperanjat. Astaga, terlalu! Mereka langsung berangkat ke taman itu. Maria mengikut dari belakang. Mereka melalui jalan lain. Bukan jalan yang ditempuh oleh perempuan-perempuan yang pulang dari taman itu. Karena itu mereka berselisih jalan, tidak bertemu.
Makin dekat mereka ke taman Yusuf dari Arimatea itu, makin cepat mereka berjalan dan makin gelisah. Karena Yohanes yang termuda dari yang kedua orang itu, ia lebih cepat berjalan dan sudah lebih dulu masuk ke dalam liang itu. Ia menjenguk ke dalam. Matahari sudah tinggi. Dalam liang itu agak terang sekarang. Yohanes dapat melihat kain kafan yang dipakai membungkus mayat Tuhan Yesus itu. Dia menjadi ragu, masuk atau tidak.
Tetapi Petrus, yang juga sudah sampai di situ dengan terengah-engah, tak pernah ragu-ragu. Ia langsung masuk ke dalam liang kubur itu, diikuti oleh Yohanes. Bersama-sama, mereka berdiri di tempat Tuhan Yesus berbaring dulu. Kain kafan itu masih ada. Tidak mungkin pencuri yang telah melakukannya. Tak mungkin pencuri dengan teliti membuka kain-kain pembalut itu dulu sebelum pergi! Dan menggulung kain-kain itu pula dengan demikian rapi!
Petrus keheranan. Ia menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dengan hati yang amat cemas ia berlari kembali ke kota. Tetapi Yohanes yang mengikuti Petrus dengan matanya, sambil termenung, tiba-tiba mendapat ilham.
Ia menengadah ke atas dengan hati yang penuh bahagia karena ia mulai mengerti. Dalam hatinya lahir suatu keyakinan bahwa perkiraannya ini benar. Dan keyakinannya kian lama kian kuat.
Tiba-tiba ia mengingat perkataan Tuhan Yesus tentang kebangkitan- Nya. Sekarang ia percaya bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit! Dalam hatinya timbul sukacita yang tak terhingga. Mayat Tuhan Yesus bukan dicuri orang, melainkan Ia sudah bangkit dari kematian!
Tiba-tiba ia lari mengejar Petrus untuk memberitakan kabar yang amat menyenangkan itu.
Maria Magdalena termangu-mangu di taman itu. Ia tinggal seorang diri. Apa daya? Ia tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Entahlah. Ia sudah pusing sekali. Kehabisan akal karena terlalu sedih. Hanya ini yang diketahuinya, Tuhannya yang amat dicintainya tak ada lagi, entah di mana Ia.
Sambil menangis tersedu-sedu ia sampai di kubur itu. Ia membungkuk hendak masuk. Air matanya terus mengalir. Dilihatnya dua orang laki- laki, seorang duduk di ujung pada bekas kepala-Nya ditaruh, yang seorang lagi pada bekas kaki-Nya. Dia tidak memikirkan apa yang dikerjakan kedua orang itu di situ. Ia tak dapat berpikir lagi, kepalanya seakan-akan kosong sehingga tak dilihatnya bahwa makhluk- makhluk itu adalah malaikat Allah.
Salah satu dari malaikat itu bertanya padanya, "Perempuan, mengapa engkau menangis?"
Sambil menangis tersedu-sedu dijawabnya dengan suara yang terputus- putus, "Seseorang sudah mengambil Tuhanku dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."
Saat dia mangatakan hal itu dia menoleh ke belakang. Ada seorang Laki-laki lagi yang berdiri di situ. Orang itu adalah Tuhan Yesus sendiri, tetapi Maria Magdalena tidak mengetahuinya. Karena air mata yang terus menerus mengalir ke pipinya, tak dilihatnya bahwa yang berdiri di mukanya itu ialah Tuhan Yesus.
Kata Tuhan Yesus, "Perempuan, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?"
Karena hatinya teramat hancur, tak dikenalinya suara Tuhan Yesus itu. Ia teramat putus asa. Dia mengira orang itu adalah penjaga taman.
Sambil menangis tersedu-sedu ia mengadu kepada orang yang di sangkanya penjaga taman itu, "Tuan, jika engkau yang telah membawa- Nya, katakanlah kepadaku, di mana engkau meletakkan Dia, maka aku akan pergi mengambil Dia."
Begitu kata itu diucapkannya, ia memalingkan mukanya ke tempat yang lain, seolah-olah ia tak berharap pertanyaannya itu dapat dijawab orang.
Ketika itu Tuhan Yesus mengucapkan sepatah kata saja. Tetapi ini diucapkannya dengan penuh kasih seperti yang hanya Tuhan Yesus dapat mengucapkannya, "Maria!"
Barulah Maria Magdalena sadar kembali seperti orang yang bangun dari tidurnya. Seluruh badannya gemetar. Ia berbalik secepat mungkin sambil menangis dan tertawa. "Rabbuni!" ia berseru, "Tuhan! Tuhan yang baik hati." Ia berlari mendapatkan Tuhan Yesus. Ia ingin memeluk-Nya dengan kedua belah tangannya dan memegang-Nya erat-erat, supaya Ia jangan pergi ke mana-mana lagi.
Tetapi itu tidak boleh. Karena sekarang Ia bukan lagi seperti dulu. Ia bangkit dari kubur dengan badan yang bukan lagi dari dunia ini dan surga menunggu Dia. Suara-Nya lemah lembut, waktu Ia berkata, "Janganlah pegang Aku, sebab Aku belum naik mendapatkan Sang Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku. Katakan kepada mereka, Aku naik mendapatkan Bapa-Ku dan Bapamu itu, mendapatkan Allah-Ku dan Allahmu itu." Setelah perkataan itu diucapkan-Nya, Tuhan Yesus menghilang lagi. Maria kembali seorang diri.
Tetapi mukanya berseri-seri. Dengan penuh sukacita dan rasa bahagia yang tak terperikan ia berlari mendapatkan para murid hendak memberitakan kabar yang baik itu.
"Sesungguhnya Ia hidup!" ia berseru, "Aku telah melihat Tuhan!" Semua yang terjadi tadi dikabarkan kepada murid-murid itu, juga semua yang dikatakan Yesus kepadanya.
Tetapi dengan sedih mereka mengangkat bahu. Digelengkannya kepalanya. Hatinya tetap sedih karena tak percaya kepada Maria itu. Mereka ingin percaya, tetapi tak berani. Takut kalau-kalau kabar itu tidak benar dan mereka akan kecewa.
Tetapi pada hari itu juga Tuhan Yesus sekali lagi memperlihatkan diri-Nya kepada seorang dari kesebelas murid-Nya. Yakni kepada murid yang dari mula-mula sekali sudah mengikut Yesus. Kepada siapa gerangan diberi kehormatan yang amat besar itu? Kepada murid yang merasa dirinya yang terlebih hina, yang terlebih banyak dosanya daripada yang lain. Petrus yang pernah menyangkal Tuhannya sampai tiga kali. Kadang-kadang dipikirnya, masih bolehkah ia menganggap dirinya murid Yesus lagi.
Entahlah, apa yang dibicarakan ketika itu antara Yesus dan Petrus. Seorang pun tak hadir pada waktu itu. Yang pasti ialah hanya satu hal bahwa Tuhan Yesus menerima kembali murid-Nya yang tidak setia itu; bahwa sudah diampuni-Nya segala dosa Petrus itu. Mereka sudah berdamai lagi. Karena, ketika Petrus kembali kepada teman-temannya yang lain dan menceritakan bahwa ia sudah melihat Tuhan Yesus itu, seorang pun tak ada yang ragu. Semua terus percaya karena Petrus mengatakannya itu dengan amat terharu dan dengan muka yang amat berseri-seri. Karena Petrus yang mengatakan, "Sesungguhnya Tuhan Yesus sudah bangkit," barulah mereka percaya, barulah mereka tak sedih lagi. Semalam-malaman mereka berkumpul disalah satu rumah di Yerusalem. Tak jemu-jemunya mereka membicarakan mujizat yang amat mengagumkan itu. Tuhannya sudah bangkit dari mati dan kembali kepada mereka!
Alangkah rindunya mereka melihat Juruselamatnya dengan mata sendiri.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK