Mengajar Anak Untuk Berbagi

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Sejak lahir, anak memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri. Sebagai orang tua dan guru, diharapkan kita dapat melatih anak-anak menjadi orang yang murah hati dan mau berbagi dengan orang lain. Untuk melakukannya memang dibutuhkan usaha yang tidak sedikit, namun beberapa prinsip berikut ini dapat kita terapkan untuk memulainya. Kepemilikan adalah konsep yang alkitabiah. Memaksa orang untuk membagikan segala sesuatu yang menjadi miliknya merupakan paham sosialisme. Allah mengakui dan

Sejak lahir, anak memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri. Sebagai orang tua dan guru, diharapkan kita dapat melatih anak-anak menjadi orang yang murah hati dan mau berbagi dengan orang lain. Untuk melakukannya memang dibutuhkan usaha yang tidak sedikit, namun beberapa prinsip berikut ini dapat kita terapkan untuk memulainya.

  1. Kepemilikan adalah konsep yang alkitabiah.

    Memaksa orang untuk membagikan segala sesuatu yang menjadi miliknya merupakan paham sosialisme. Allah mengakui dan memberikan arahan yang jelas dalam Alkitab (terutama dalam Perjanjian Lama) mengenai milik dan hak kepemilikan. "Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?" (Matius 20:15)

    Jika kita memberikan hadiah kepada seorang anak, mereka tidak harus membagikannya kepada orang lain, kecuali jika mereka memang mau membagikannya. Dengan cara ini, anak dapat berlaku sama sesuai dengan apa yang Anda harapkan ketika mereka mengunjungi rumah orang lain. Ketika melihat sesuatu yang bagus menurutnya, anak kecil berpikir bahwa mereka memiliki hak untuk mengambil dan memiliki barang tersebut. Namun, mereka harus belajar untuk mengendalikan diri dan menghargai rumah maupun barang-barang milik orang lain. Ini merupakan cara yang mudah untuk mengajarkan jika anak memiliki milik pribadi, itu berarti mereka juga harus menghargai milik orang lain.

  2. Memberi merupakan salah satu aspek dari berbagi yang hanya akan memiliki makna jika dilakukan dengan sukacita.

    Pada awalnya, anak tidak akan memiliki kecenderungan tersebut. Untuk mengembangkannya, sangat menolong jika anak-anak diperhadapkan kepada atau diperdengarkan mengenai anak-anak lain yang hidup dalam kekurangan. Ceritakan kepada mereka beberapa cerita dengan teladan-teladan yang baik dalam hal memberi. Yang terutama, ceritakan kepada mereka mengenai pemberian Tuhan yang terbesar, yaitu Ia telah mengutus Anak-Nya yang Tunggal, Yesus, untuk menyelamatkan manusia.

    Daripada membelikan anak-anak hadiah untuk diberikan kepada orang lain, lebih baik Anda mengizinkan anak-anak melakukan suatu aktivitas yang dapat mereka gunakan untuk mengumpulkan dana. Dengan dana yang sudah terkumpul, mereka dapat membeli sebuah hadiah bagi orang lain. Atau, dengan bantuan orang dewasa, anak-anak dapat membuat kue untuk diberikan kepada seseorang yang tinggal sendirian. Bawa anak-anak untuk melihat bagaimana reaksi sukacita mereka atas hadiah-hadiahnya! Jika seorang anak egois dan tidak mau memberi apa pun, biarkan mereka mengalami rasanya dikucilkan saat yang lain memiliki sesuatu untuk diberikan, sedang mereka tidak. Hal tersebut dapat menjelaskan dengan baik pelajaran mengenai mengumpulkan harta di surga, sesuatu harus kita persembahkan kepada Yesus saat kita bertemu dengan-Nya.

  3. Ajarkan bahwa memberikan apresiasi terhadap suatu pemberian itu penting!

    Buatlah sebuah surat ucapan terima kasih bersama anak, bicarakan dengan mereka bagaimana perasaan mereka pada waktu pemberian mereka dihargai atau diabaikan, jadilah contoh mengenai ucapan terima kasih dan berikanlah apresiasi kepada diri Anda sendiri. Juga, ajarlah mereka untuk memberikan penghargaan kepada orang lain, seperti memberikan balasan jasa, mengucapkan pujian, atau dengan memberikan waktu dan perhatian khusus. Anak yang memiliki terlalu banyak barang akan lebih sulit menghargai pemberian orang lain dengan mudah. Adalah baik untuk membanjiri anak dengan hadiah, tetapi memilih saat-saat yang berharga untuk memberikan sebuah kado istimewa dan berarti bagi mereka.

  4. Setiap rumah tangga harus memiliki mainan untuk semua anggota keluarga dan mengatur jadwal untuk menggunakan mainan tersebut.

    Ini merupakan pengalaman praktis untuk belajar berbagi tanpa menyebabkan perpecahan dalam keluarga.

  5. Alkitab mengajarkan untuk memberi tanpa mengharapkan imbalan jasa dan memberikan pinjaman tanpa mengharapkan kembali.

    Ada harga yang harus dibayar dalam memberi maupun berbagi. Anak-anak harus menyadari bahwa mainan mereka bisa saja hilang atau rusak. Anak-anak yang lain mungkin tidak ingin mengembalikannya ketika mereka selesai bermain. Ini adalah saat yang tepat untuk belajar mengenai kotak mainan keluarga. Kerelaan hati dan pengampunan dapat dipraktikkan pada level ini. Mengasihi sesama dan penyangkalan diri adalah hal-hal yang muncul bersama kedewasaan. Langkah sederhana dengan memberikan penghargaan dan pujian terhadap kelembutan hati mereka akan menjadi proses penting dalam mengembangkan sifat mau berbagi dalam diri anak-anak. Sungguh, Allah sangat senang ketika anak-anak memberi. Karena mereka tidak dapat melihat wajah-Nya, anak-anak membutuhkan respons dari Anda sebagai penguatan bagi mereka. Kasih yang dipaksakan bukanlah mengasihi. Berbagi dengan terpaksa tidak akan mendapat penghargaan di surga, dan dapat menimbulkan kebencian terhadap orang yang kepadanya ia be rbagi. Yesus berkata, "Lakukanlah apa yang kamu ingin orang lain lakukan terhadapmu." Hal tersebut sering disebut dengan "aturan emas". Jika Anda tidak mau dipaksa untuk memberikan barang Anda kepada orang lain, sama halnya dengan anak Anda. Tuhan menyukai orang-orang yang memberi dengan sukacita. Berikan kepada mereka kesempatan untuk memberikan dengan sukarela dan biarkan mereka menerima penghargaan maupun kekecewaan dari sikap mereka. Mereka pun akan belajar! (t/Davida)

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Artikel: 
Teaching Children to Share
Situs: 

http://www.hearth.org/id164.htm (H.E.A.R.T.H Inc.)