Dia adalah seorang teolog besar, kadang-kadang malah dipandang sebagai pendiri kekristenan, yang surat-suratnya menjadi bagian utama dari PB. Tidak ada keraguan berarti mengenai keaslian surat-surat Paulus kepada jemaat-jemaat di Roma, Korintus, Galatia, Filipi, dan kepada Filemon; dan banyak ahli juga menerima keaslian 1 Tesalonika dan Kolose. Surat Efesus biasa dipandang sebagai suatu ikhtisar teologi Paulus daripada surat tulisan Paulus. Dan, surat-surat pastoral tidak lazim digunakan sebagai bukti pemikiran Paulus atau bukti dari penahanan Paulus setelah Kisah Para Rasul 28.
Surat-surat Paulus dituliskan untuk keadaan khusus dan didiktekan kepada seorang penulis, seperti Tertius (Roma 16:22) sehingga menjadi kesaksian langsung dari kehidupan dan ketegangan-ketegangan gereja awal, serta memberi informasi autobiografis mengenai Paulus. Sedangkan, kitab Kisah Para Rasul, misalnya, merupakan suatu tulisan historis sekunder. Tetapi, surat-surat Paulus, maupun kitab Kisah Para Rasul, tidak ada yang menggambarkan bagaimana rupa Paulus secara lahiriah. Tetapi, suatu tulisan yang tidak tepercaya dari abad kedua M (Akta Paulus dan Thecla), menggambarkan Paulus itu pendek, botak, berkaki bengkok; berpenampilan penuh semangat, dengan alis mata yang menyatu dan berhidung sedikit melengkung. Dari surat-surat Paulus sendiri, terutama 2 Korintus, dapat disimpulkan bahwa Paulus adalah seorang guru yang cakap dan membanggakan, tetapi juga rendah hati, cermat, dan mudah marah, sekalipun juga mudah mengampuni dan bermurah hati. Ia memenangkan kesetiaan, bahkan cinta kasih dari murid-muridnya (Galatia 4:15) dan ia mempunyai perhatian pastoral yang mendalam untuk jemaat-jemaatnya; ia juga ingin sekali menumbuhkan damai di antara mereka yang tidak senang. Namun, ia dibenci oleh orang Yahudi karena dianggap murtad. Kalaupun surat-surat itu bukan susastra karena tidak dimaksudkan untuk dipublikasikan atau diturunkan kepada angkatan selanjutnya, Paulus bukannya tidak berpendidikan.
Paulus dilahirkan sekitar tahun 10 M dalam keluarga Yahudi ortodoks (Filipi 3:5-6) di Tarsus. Pada usia muda, ia meninggalkan rumah dan pergi ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 22:3) dan dilatih oleh orang-orang Farisi. Ia menjadi penganiaya orang Kristen dan sebagai penganiaya itu, ia pergi ke Damaskus (pada 34 atau 35 M), lalu menerima panggilan (Galatia 1:23) untuk mengikut Yesus sebagai Mesias dan memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Paulus dilengkapi untuk tugas seperti itu, dengan penguasaan bahasa Yunani, kalaupun dalam pemikirannya ia sangat Ibrani. Paulus adalah orang yang mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat, sebagai warga kota Yunani, yaitu Tarsus, dan sebagai warga Roma (menurut Kisah Para Rasul, kewarganegaraan Roma itu tidak pernah disebutkan dalam surat-surat Paulus sendiri). Kewarganegaraan Roma memberi hal-hal istimewa, seperti kebebasan dari hukuman yang merendahkan diri, hak naik banding kepada Kaisar atas tuduhan dengan ancaman hukuman mati. Kewarganegaraan Roma dari Paulus didapatnya sejak lahir dan mungkin merupakan pengakuan penghargaan kerajaan kepada ayahnya, yang menurun kepada anaknya. Menurut Josephus, banyak orang Yahudi yang mempunyai kewarganegaraan Romawi. Tidak mengherankan jika Paulus menganggap kuasa pemerintah (Roma) adalah pemberian Allah (Roma 13:1-7). Ada kemungkinan bahwa suatu daftar warga negara disimpan di Roma. Status perkawinan Paulus tidak jelas. Ada berbagai dugaan dikemukakan, yaitu ia memang bujangan yang tidak menikah, ia seorang duda, atau seorang yang resmi bercerai dari istrinya.
Paulus mempunyai dua nama. Nama Ibraninya adalah Saulus, menurut nama raja Ibrani pertama; dan nama Latinnya adalah Paulus (si kecil), yang mungkin karena bunyinya berdekatan dengan Saulus. Paulus digambarkan sebagai orang yang mampu. Ia mampu membayar biaya sumpah kaul nazar (Kisah Para Rasul 21:24) dan Felix juga berharap bisa mendapatkan uang suap dari Paulus. Paulus jenius mendapatkan perlakuan istimewa dan penulis kitab Kisah Para Rasul agaknya suka menciptakan kesan bahwa iman Kristen dan kedudukan terhormat di masyarakat adalah cocok. Kenyataan bahwa Paulus melakukan kerja tangan, membuat tenda, tidak menurunkannya ke kelas tukang-tukang karena para rabi biasa mengajar tanpa memungut bayaran dan biasa mempunyai keahlian untuk menunjang hidupnya. Jelas bahwa berbeda dari Yesus, Paulus adalah orang kota, yang merujuk pada panggung pertunjukan (1 Korintus 4:9), pada tata perniagaan (2 Korintus 1:22), pada pasar (1 Korintus 10:25), dan pertandingan (1 Korintus 9:24).
Sesudah Paulus, gereja melanjutkan pertumbuhannya di kota-kota sementara penyembahan berhala berkembang di pedesaan. Pandangan bahwa Paulus lebih daripada Yesus dalam mendirikan kekristenan sebagai suatu agama, lepas dari keyahudian, didasarkan pada perbedaan antara pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah dan keagamaan penebusan dari Paulus, di mana kematian dan kebangkitan Kristus merupakan pusat dari suatu peribadahan misteri baru. Baptisan menjadi jalan masuk calon anggota, dan pengotoran karena dosa manusia dihapus pada saat calon anggota itu mendapat persekutuan dalam tindakan penyelamatan Kristus. Pesan Yesus mengenai sang Bapa diubah menjadi keagamaan yang cocok untuk dunia Yunani, Romawi, di mana Bapa Surgawi itu hanya sedikit saja berperan. Dan, dalam keagamaan Paulus ini, keyahudian Yesus dilepaskan dari dasarnya, yaitu Torah. Sebagian dari alasan pandangan bahwa Paulus adalah otak penggagas, yang bermaksud menawarkan suatu keagamaan misteri baru di sekitar kematian dan kebangkitan Yesus kepada dunia Laut Tengah, terletak pada jarangnya Paulus menunjuk pada hidup dan ajaran Yesus.
Tetapi, sebenarnya ada petunjuk pada kelahiran Yesus (Galatia 4:4), pada keadaan Yesus yang tidak dikenal dan pada kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9; Filipi 2:7), juga pada pengajaran Yesus tentang perkawinan (1 Korintus 7:10), kemudaan pada perilaku kuno yang dibenarkan Yesus, bahwa pelayan-pelayan suatu keagamaan kaum ditunjang secara keuangan oleh sesama anggota keagamaan itu (1 Korintus 11:23, dst.), lalu pada anjuran untuk meneladani Yesus (1 Tesalonika 1:6), pada kelembutan dan kehalusan Kristus (Roma 15:2-3). Memang, perhatian utama Paulus adalah pada penyaliban dan pembangkitan Yesus oleh Allah pada hari ketiga (tidak ada petunjuk pada kubur kosong). Paulus mengajar sebagai orang yang percaya bahwa Allah sudah bertindak menentukan mutlak pada salib dan kebangkitan. Paulus mengartikan keadaan sekarang dalam terang peristiwa eskatologis itu. Yesus dan Paulus mempunyai harapan yang sama tentang keselamatan akhir, tetapi masing-masing melihatnya dari sudut pandangnya. Yesus adalah pembawa keselamatan itu dan Paulus adalah pemberita dari apa yang terjadi itu. Pada waktu Paulus menyingkir ke Arab (Galatia 1:17), mungkin ia perlu memikirkan arti dari pengalaman yang mengubah segala sesuatu pada perjalanan ke Damaskus itu. Ia mengenali dirinya sebagai hamba Yesus Kristus (Roma 1:1). Salib dengan kuasa menyelamatkannya itu adalah sentral. Paulus menjadi penganiaya orang Kristen karena ia melihat mereka sebagai penganut Mesias palsu (Galatia 1:13) yang dikutuk oleh Allah (Galatia 3:13). Setelah pengalaman itu, Paulus menjadi percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang ditinggikan dalam kemuliaan. Perubahan yang sedramatis itu menjadikan Paulus lebih menyadari kemurahan Allah (1 Korintus 15:9-10), ia telah dipilih, ia telah dituntun pada suatu pengertian baru mengenai pemilihan itu dan dalam Roma 9-11, ia menjelaskan bahwa pemilihan itu tidak mungkin mengikuti keturunan secara lahiriah dari Abraham (Roma 9:7) dan ukuran perbuatan baik.
Dalam Roma 8:38, ia menjelaskan bahwa Allah bahkan dapat membalikkan kejahatan dan dosa untuk melayani tujuan Allah sendiri. Kesadaran Paulus bahwa ia gagal terhadap Allah, justru pada waktu ia mengira telah bekerja untuk Allah, menjadikan dia sebagai seorang Kristen. Ia sangat sadar akan kesalahannya. Paulus menanggalkan legalisme yang menetapkan apa yang benar dan apa yang salah dalam rumusan-rumusan yang pasti. Maka, semua nilai kehidupannya yang lampau, dengan penumpukan pahala dan kesombongannya akan keselamatan karena kelahirannya sebagai umat perjanjian itu, ia anggap lenyap. Ia telah menyesatkan dirinya ke dalam kepercayaan diri yang salah. Dari kesadaran itulah, lahir permusuhan Paulus terhadap anjuran orang Kristen Yahudi tertentu yang yakin bahwa ketaatan kepada Taurat dapat digabungkan dengan iman kepada Kristus. Bagi Paulus, kedua pembenaran itu tidak dapat didamaikan, dan Paulus tidak dapat menerima tuntutan Taurat Yahudi (dengan disunat dan mematuhi peraturan makanan) sebelum seseorang dibaptiskan (Galatia 2:21). Kepercayaan Paulus bahwa Allah telah mengutus Kristus untuk menyelamatkan dunia dan keyakinannya bahwa ia telah dipanggil untuk memberitakan Injil ini ke mana-mana, menjadikan dia begitu pasti menyatakan bahwa peristiwa Kristus itu tidak perlu sekiranya jalan keselamatan itu sudah tersedia dalam keagamaan Yahudi. Jika orang-orang bukan Yahudi yang percaya itu harus menerima tuntutan orang Kristen Yahudi, itu sama artinya dengan meniadakan Kristus. Pemberlakuan persyaratan seperti sunat dan Sabat sebelum dapat bergabung dengan jemaat Kristen berarti berakhirnya misi Paulus.
Paulus menganjurkan orang mantan Yahudi di gereja Roma untuk bersekutu dengan para mantan bukan Yahudi. Ikatan emosional dan legal dengan Yudaisme harus ditanggalkan dalam persekutuan yang besar (Roma 15:7). Tetapi, orang Kristen yang dibebaskan dari tuntutan Taurat dan dari peraturan-peraturan keagamaan Yahudi, tidak dibebaskan dari pengendalian moral: menjadi satu dalam Kristus, menghasilkan buah-buah Roh Kristus. Mati bersama Kristus membawa orang mendapat bagian dalam hidup kebangkitan-Nya dan menjadi baru. Keinginan Paulus untuk memelihara kesatuan gereja adalah salah satu alasan baginya untuk mengumpulkan dana dari gereja-gereja bukan Yahudi bagi orang Kristen di Yerusalem. Paulus mau supaya para pemimpin gereja di Yerusalem menerima keabsahan misinya di antara orang bukan Yahudi, yang dibaptiskan tanpa ditundukkan pada hukum Taurat Yahudi. Pasti, ia juga berpendapat bahwa bantuan finansial itu akan mendukung cita-citanya. Pertemuan Paulus dengan Galio di Korintus (Kisah Para Rasul 18:12-17) mungkin terjadi sekitar tahun 50-51 M, dan penghukuman matinya di Roma mungkin terjadi pada tahun 62 M, mungkin juga tahun 64 M. Lihat artikel Nero. Berkali-kali dalam sejarah gereja, pikiran Paulus, khususnya dalam suratnya kepada jemaat Roma, telah membangkitkan gerakan baru yang kreatif: Augustinus, Luther, Wesley, Barth.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | Alkitab SABDA |
Alamat URL | : | http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=PAULUS,%20RASUL#browning_1 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 6 November 2013 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK