Tujuan pengajaran tentang doa pada kelas kecil adalah untuk membentuk pengertian dasar pada setiap anak sehingga mereka dapat memahami:
Jadi, guru mengajarkan hal-hal yang sifatnya sangat mendasar dan melatih keberanian anak dalam berdoa, sehingga anak suka berdoa. Untuk itu guru perlu melakukan beberapa hal berikut secara bertahap, dengan masing-masing tahap kurang lebih 3 - 6 bulan (sesuaikan dengan keadaan anak di kelas SM masing-masing). Tentu saja tahap- tahap yang diusulkan berikut ini boleh diubah (disesuaikan dengan kondisi masing-masing kelas/anak), tetapi tahap-tahap berikut sudah diuji oleh penulis dalam praktek, dan telah membawa hasil yang memuaskan.
TAHAP I:
1. Mengulangi/menirukan doa guru:
Anak mengulangi setiap kalimat doa yang diucapkan oleh guru.
Dalam tahap pertama ini kita melatih keberanian anak untuk berdoa
dan untuk memberi kesan dasar pada anak bahwa berdoa itu adalah
sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Setiap kali hendak berdoa
(pada acara SM, misalnya: doa pembukaan, doa persembahan, doa
sebelum cerita, doa penutup, dan lainnya), mintalah semua anak
untuk mengulangi setiap kalimat doa yang diucapkan oleh guru.
Ketika meminta anak menirukan doa guru, yang harus diperhatikan
adalah:
"Adik-adik kita akan memulai Sekolah Minggu kita dengan berdoa. Kita akan memohon kepada Tuhan Yesus agar Ia menemani kita dalam acara Sekolah Minggu hari ini. Adik- adik silakan menirukan kata-kata yang akan kakak ucapkan."
"Tuhan Yesus ..., kami anak-anak-Mu ..., ingin ber- Sekolah Minggu ..., temanilah kami Tuhan ..., agar kami bergembira hari ini ..., Amin."Selesai doa, guru bertanya, "Siapa yang masih ingat, apa isi doa kita tadi?"
2. Mengajarkan sikap doa: melipat tangan - menutup mata
Berilah contoh sikap yang baik dalam berdoa, yaitu dengan melipat
tangan sambil menutup mata. Saya pribadi termasuk yang setuju,
untuk membiarkan anak batita (1 - 3 tahun) berdoa dengan membuka
mata saja, karena anak seusia itu biasanya masih takut pada
kegelapan.
Guru dapat membimbing agar anak-anak berani berdoa dengan menutup mata secara pelan-pelan. Anak yang berani berdoa dengan menutup mata, perlu dipuji sebagai anak "pemberani", karena ini akan membuat anak suka berdoa dengan menutup mata. Pada awal doa Anda bisa mengajak anak-anak berdoa dengan mata terbuka. Kemudian ulanglah doa sekali lagi dengan mengatakan "Siapa yang berani berdoa dengar menutup mata?" (Tantangan ini akan disambut anak dengan antusias, karena anak suka dengan tantangan). Lalu katakan, "Ayo, bagi anak-anak yang berani berdoa dengan menutup mata, coba berdoa sekali lagi dengan menutup mata. Kakak mau lihat siapa anak yang berani?" Saat itulah guru memeriksa apakah semua anak sudah menutup mata atau belum, kemudian baru mulai berdoa. Jangan lupa berikan pujian kepada para anak "pemberani" tersebut. Hal ini akan membuat anak-anak suka berdoa dengan menutup mata.
3. Teknik simulasi suara dan gerakan:
Cara lain untuk mengajar anak-anak berdoa adalah melalui simulasi
permainan suara yang dilakukan sebelum berdoa. Misalnya, dengan
cara demikian:
TAHAP II
1. Mengajarkan berbagai macam doa yang dibutuhkan anak:
Guru perlu mengajarkan juga berbagai macam pokok-pokok doa yang
dibutuhkan anak dalam keseharian hidup mereka. Saat yang tepat
untuk memberitahukan pokok-pokok doa apa saja yang harus didoakan
adalah pada bagian penerapan cerita/sesudah cerita. Dapat juga
diajarkan di sela-sela acara puji-pujian. Cara mengajarkannya
masih seperti contoh tahap 1, guru mengatakan potongan-potongan
kalimat doa dan anak menirukannya bagian demi bagian dari doa
yang diucapkan guru.
Anak-anak dapat diajarkan doa-doa seperti berikut:
"Tuhan Yesus, ampunilah kenakalan saya, karena saya telah berbuat nakal kepada ayah. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Amin."
"Tuhan Yesus, yang Baik Hati, Jika Tuhan memperbolehkan, saya hendak meminta ... (sebutkan yang diminta)... Amin."
"Tuhan Yesus, terima kasih atas makanan dan minuman pemberian-Mu, Amin" atau "Tuhan Yesus, terima kasih atas makanan hari ini. Ajarlah kami untuk tidak pelit dalam memberi orang lain apa yang kami miliki. Amin."
"Bapa pelindung kami, jagailah malam ini, agar kami sekeluarga dapat tidur nyenyak dan boleh bangun besok pagi dengan sehat. Amin."
"Tuhan yang Maha Kasih, jagailah: papa - mama, kakek-nenek, adik dan kakak, agar selalu sehat, dan dapat bergembira. Amin."
2. Alat peraga pengingat doa:
Gunakan kreasi dalam mengajarkan doa dengan menuliskan doa-doa
tersebut pada alat peraga, misalnya: sebuah gambar, sebuah benda
(simbol) berbentuk salib, hati atau berbentuk yang lainnya, slip
Alkitab dan sebagainya. Misalnya, pengajaran doa makan dapat
ditulis dalam bentuk gambar makanan-minuman dengan kalimat doa di
bawahnya, pengajaran doa malam sebelum tidur dapat dibuat berupa
kalung hati dengan tulisan doanya, pengajaran doa bangun pagi
dapat dibuat gambar sebuah jam dan kalimat doanya, dan
sebagainya. Tujuannya agar anak selalu ingat, suka/senang dan
selalu berdoa.
TAHAP III
Guru membisikkan doa pada satu anak:
Tahap ini melatih anak bukan saja lebih berani berdoa, tetapi mulai
berani "memimpin doa" diantara teman-temannya. Pada saat berdoa,
guru meminta 1 (satu) anak maju ke depan (untuk memimpin doa), guru
membisikkan setiap bagian doa kepada anak tersebut, dan anak
tersebut mengatakan bagian doa (yang dibisikkan oleh gurunya
tersebut) dengan suara keras (sehingga dapat di dengar oleh semua
anak lainnya). Dan semua anak yang mendengar suara anak tersebut,
menirukan dengan mengucapkan setiap bagian doa tersebut dengan suara
keras sampai doa selesai.
Jangan lupa sebelum berdoa katakan "ringkasan doa tersebut" dan sesudah doa, ajaklah semua anak mengingat kembali apa yang telah dikatakan mereka?
Variasikan juga tema-tema isi doa. Latihlah hal ini selama 3-6 bulan sampai semua anak selalu "siap" bersedia untuk maju memimpin doa. Ini berarti anak sudah berani berdoa. Sesekali guru dapat menawarkan kepada anak yang maju di depan, beranikah berdoa sendiri (cukup 1 - 2 kalimat)?
TAHAP IV
Kreasi sikap berdoa:
Lakukan cara doa seperti tahap 2, namun dengan variasi sikap berdoa
yang berbeda. Tujuannya adalah agar, anak memahami cara berdoa,
tidaklah selalu harus melipat tangan dengan mata tertutup (sikap
"resmi"), karena berdoa yang penting adalah kesungguhan hati anak
tersebut untuk doa. Sehingga setiap saat di mana pun anak dapat juga
berdoa, walaupun mungkin tidak berdoa dengan melipat tangan dan mata
tertutup.
Beberapa sikap doa yang dapat diajarkan kepada anak kecil, yaitu:
Jelaskan juga:
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK