Mengajarkan Berdoa untuk Kelas Kecil


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Tujuan pengajaran tentang doa pada kelas kecil adalah untuk membentuk pengertian dasar pada setiap anak sehingga mereka dapat memahami:

  1. Berdoa adalah saat di mana anak memohon "Bapanya yang di Surga" melindungi dia, menjaga dia dan memelihara dia, sehingga ia dapat hidup sehat, dalam keluarga yang sehat, dan ia dapat bertumbuh dengan baik.
  2. Berdoa itu mudah dan menyenangkan, sehingga anak tidak perlu takut berdoa.
  3. Bagaimana cara berdoa.

Jadi, guru mengajarkan hal-hal yang sifatnya sangat mendasar dan melatih keberanian anak dalam berdoa, sehingga anak suka berdoa. Untuk itu guru perlu melakukan beberapa hal berikut secara bertahap, dengan masing-masing tahap kurang lebih 3 - 6 bulan (sesuaikan dengan keadaan anak di kelas SM masing-masing). Tentu saja tahap- tahap yang diusulkan berikut ini boleh diubah (disesuaikan dengan kondisi masing-masing kelas/anak), tetapi tahap-tahap berikut sudah diuji oleh penulis dalam praktek, dan telah membawa hasil yang memuaskan.

TAHAP I:

1. Mengulangi/menirukan doa guru:
Anak mengulangi setiap kalimat doa yang diucapkan oleh guru. Dalam tahap pertama ini kita melatih keberanian anak untuk berdoa dan untuk memberi kesan dasar pada anak bahwa berdoa itu adalah sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Setiap kali hendak berdoa (pada acara SM, misalnya: doa pembukaan, doa persembahan, doa sebelum cerita, doa penutup, dan lainnya), mintalah semua anak untuk mengulangi setiap kalimat doa yang diucapkan oleh guru. Ketika meminta anak menirukan doa guru, yang harus diperhatikan adalah:

  1. Guru harus mengucapkan dengan sepotong-potong atau 1 - 2 kata (yang mudah diikuti anak) dan dengan agak lambat, sehingga mudah didengar dan ditirukan anak. Pilihlah kata- kata yang sangat sederhana yang dimengerti oleh anak.
  2. Keseluruhan doa hendaknya jangan terlalu panjang, cukup 1 - 2 kalimat saja, sehingga anak dapat memahami maksudnya.
Jangan lupa, "ringkasan isi" doa yang akan diucapkan guru harus dikatakan dulu kepada anak sebelumnya, sehingga anak-anak tahu mereka akan berdoa tentang apa. Dan akan lebih baik jika sesudah berdoa anak diminta mengulang lagi (seperti mengucapkan ayat hafalan) apa isi doa tadi. Karena hanya 1 - 2 kalimat saja, maka anak dapat mengulangnya dengan baik, tidak harus sama persis (tidak perlu dihafalkan), cukup anak memahami apa isi doa tersebut. Dengan cara ini guru dapat sedikit menjelaskan mengapa sebagai anak Tuhan kita harus berdoa. Perhatikan contoh berikut:
  1. Guru menjelaskan apa yang akan didoakan dan "ringkasan isi" doa tersebut. Misalnya guru mengatakan:
    "Adik-adik kita akan memulai Sekolah Minggu kita dengan berdoa. Kita akan memohon kepada Tuhan Yesus agar Ia menemani kita dalam acara Sekolah Minggu hari ini. Adik- adik silakan menirukan kata-kata yang akan kakak ucapkan."
  2. Guru mengucapkan 1 - 2 kalimat doa sepotong-potong dan ditirukan anak. Misalnya guru mengatakan:
    "Tuhan Yesus ..., kami anak-anak-Mu ..., ingin ber- Sekolah Minggu ..., temanilah kami Tuhan ..., agar kami bergembira hari ini ..., Amin."
    Selesai doa, guru bertanya, "Siapa yang masih ingat, apa isi doa kita tadi?"

2. Mengajarkan sikap doa: melipat tangan - menutup mata
Berilah contoh sikap yang baik dalam berdoa, yaitu dengan melipat tangan sambil menutup mata. Saya pribadi termasuk yang setuju, untuk membiarkan anak batita (1 - 3 tahun) berdoa dengan membuka mata saja, karena anak seusia itu biasanya masih takut pada kegelapan.

Guru dapat membimbing agar anak-anak berani berdoa dengan menutup mata secara pelan-pelan. Anak yang berani berdoa dengan menutup mata, perlu dipuji sebagai anak "pemberani", karena ini akan membuat anak suka berdoa dengan menutup mata. Pada awal doa Anda bisa mengajak anak-anak berdoa dengan mata terbuka. Kemudian ulanglah doa sekali lagi dengan mengatakan "Siapa yang berani berdoa dengar menutup mata?" (Tantangan ini akan disambut anak dengan antusias, karena anak suka dengan tantangan). Lalu katakan, "Ayo, bagi anak-anak yang berani berdoa dengan menutup mata, coba berdoa sekali lagi dengan menutup mata. Kakak mau lihat siapa anak yang berani?" Saat itulah guru memeriksa apakah semua anak sudah menutup mata atau belum, kemudian baru mulai berdoa. Jangan lupa berikan pujian kepada para anak "pemberani" tersebut. Hal ini akan membuat anak-anak suka berdoa dengan menutup mata.

3. Teknik simulasi suara dan gerakan:
Cara lain untuk mengajar anak-anak berdoa adalah melalui simulasi permainan suara yang dilakukan sebelum berdoa. Misalnya, dengan cara demikian:

  1. Semua anak diminta mengulangi satu kalimat doa yang diucapkan guru, misalnya: "Tuhan Yesus terima kasih karena Tuhan telah memberikan kepada kami makanan dan minuman setiap hari. Amin" (ulangilah kalimat itu beberapa kali, sampai anak-anak hafal).
  2. Semua anak diminta melipat tangannya dengan kedua tangan diangkat tinggi (di atas kepala), sambil mintalah semua anak bersuara seperti suara pesawat terbang "nnggenggg" yang sedang terbang, sambil menarik turun tangan mereka ke bawah (di depan dada mereka), dan kemudian dengan tetap bersuara seperti pesawat terbang mereka diajak menutupkan mata dan menundukkan kepala mereka
  3. Anak-anak kemudian mengucapkan bersama-sama kalimat yang sudah dihafal tersebut.
Penulis sering menggunakan teknik di atas untuk mengajak anak- anak kecil (mulai 1 tahun) berdoa, dan ternyata sangat disukai anak-anak, bahkan dalam satu KKR anak, lebih dari 500 anak kecil dapat berdoa dengan tertib.

TAHAP II

1. Mengajarkan berbagai macam doa yang dibutuhkan anak:
Guru perlu mengajarkan juga berbagai macam pokok-pokok doa yang dibutuhkan anak dalam keseharian hidup mereka. Saat yang tepat untuk memberitahukan pokok-pokok doa apa saja yang harus didoakan adalah pada bagian penerapan cerita/sesudah cerita. Dapat juga diajarkan di sela-sela acara puji-pujian. Cara mengajarkannya masih seperti contoh tahap 1, guru mengatakan potongan-potongan kalimat doa dan anak menirukannya bagian demi bagian dari doa yang diucapkan guru.

Anak-anak dapat diajarkan doa-doa seperti berikut:

  1. Doa saat anak takut karena di rumah sepi, atau suasana gelap: "Tuhan Yesus sahabat kami, temani dan jagailah kami saat ini. Amin."
  2. Doa memohon ampun karena sudah berbuat salah (misalnya anak berbuat nakal), mungkin bersalah kepada orangtua, saudara atau temannya:
    "Tuhan Yesus, ampunilah kenakalan saya, karena saya telah berbuat nakal kepada ayah. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Amin."
  3. Doa meminta sesuatu yang diperlukan:
    "Tuhan Yesus, yang Baik Hati, Jika Tuhan memperbolehkan, saya hendak meminta ... (sebutkan yang diminta)... Amin."
  4. Doa sebelum makan:
    "Tuhan Yesus, terima kasih atas makanan dan minuman pemberian-Mu, Amin" atau "Tuhan Yesus, terima kasih atas makanan hari ini. Ajarlah kami untuk tidak pelit dalam memberi orang lain apa yang kami miliki. Amin."
  5. Doa sebelum tidur:
    "Bapa pelindung kami, jagailah malam ini, agar kami sekeluarga dapat tidur nyenyak dan boleh bangun besok pagi dengan sehat. Amin."
  6. Doa untuk keluarga:
    "Tuhan yang Maha Kasih, jagailah: papa - mama, kakek-nenek, adik dan kakak, agar selalu sehat, dan dapat bergembira. Amin."

2. Alat peraga pengingat doa:
Gunakan kreasi dalam mengajarkan doa dengan menuliskan doa-doa tersebut pada alat peraga, misalnya: sebuah gambar, sebuah benda (simbol) berbentuk salib, hati atau berbentuk yang lainnya, slip Alkitab dan sebagainya. Misalnya, pengajaran doa makan dapat ditulis dalam bentuk gambar makanan-minuman dengan kalimat doa di bawahnya, pengajaran doa malam sebelum tidur dapat dibuat berupa kalung hati dengan tulisan doanya, pengajaran doa bangun pagi dapat dibuat gambar sebuah jam dan kalimat doanya, dan sebagainya. Tujuannya agar anak selalu ingat, suka/senang dan selalu berdoa.

TAHAP III

Guru membisikkan doa pada satu anak:
Tahap ini melatih anak bukan saja lebih berani berdoa, tetapi mulai berani "memimpin doa" diantara teman-temannya. Pada saat berdoa, guru meminta 1 (satu) anak maju ke depan (untuk memimpin doa), guru membisikkan setiap bagian doa kepada anak tersebut, dan anak tersebut mengatakan bagian doa (yang dibisikkan oleh gurunya tersebut) dengan suara keras (sehingga dapat di dengar oleh semua anak lainnya). Dan semua anak yang mendengar suara anak tersebut, menirukan dengan mengucapkan setiap bagian doa tersebut dengan suara keras sampai doa selesai.

Jangan lupa sebelum berdoa katakan "ringkasan doa tersebut" dan sesudah doa, ajaklah semua anak mengingat kembali apa yang telah dikatakan mereka?

Variasikan juga tema-tema isi doa. Latihlah hal ini selama 3-6 bulan sampai semua anak selalu "siap" bersedia untuk maju memimpin doa. Ini berarti anak sudah berani berdoa. Sesekali guru dapat menawarkan kepada anak yang maju di depan, beranikah berdoa sendiri (cukup 1 - 2 kalimat)?

TAHAP IV

Kreasi sikap berdoa:
Lakukan cara doa seperti tahap 2, namun dengan variasi sikap berdoa yang berbeda. Tujuannya adalah agar, anak memahami cara berdoa, tidaklah selalu harus melipat tangan dengan mata tertutup (sikap "resmi"), karena berdoa yang penting adalah kesungguhan hati anak tersebut untuk doa. Sehingga setiap saat di mana pun anak dapat juga berdoa, walaupun mungkin tidak berdoa dengan melipat tangan dan mata tertutup.

Beberapa sikap doa yang dapat diajarkan kepada anak kecil, yaitu:

  1. Berdoa dengan berlutut. Supaya menarik ambillah gambar anak yang sedang berdoa dengan cara demikian. Ada banyak gambar (di toko- toko buku Kristen) yang dapat dipakai, anak diminta menirukan sikap anak tersebut
  2. Variasi yang lain adalah, dengan mengajak semua anak bergandengan tangan dalam satu lingkaran sambil berdoa bersama, terutama untuk doa pembukaan atau penutup Sekolah Minggu, sehingga rasa kebersamaan semakin kuat.

Jelaskan juga:

  1. Bagaimana sikap berdoa saat anak mau tidur atau pada saat bangun pagi? Bolehkah ia berdoa di kasurnya (sikap sebaiknya bagaimana)? Bolehkah ia berlutut berdoa di sisi pembaringannya (sikapnya sebaiknya bagaimana)?
  2. Kapan ia boleh berdoa? Di mana saja ia boleh berdoa? Bagaimana sebaiknya sikap ia berdoa, jika sedang berada di jalan atau di pasar, atau di rumah saat ia kesepian? Jelaskan kepada anak, yang penting adalah isi hatinya yang sungguh-sungguh berdoa, jadi boleh berdoa saat sedang berjalan, naik sepeda, atau pada saat bermain.

Kategori Bahan PEPAK: Doa - Musik - Ibadah

Sumber
Judul Artikel: 
Kurikulum Mengajarkan Berdoa: Teknik Mengajar Berdoa Secara Bertahap dan Menarik
Judul Buku: 
Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajar Sekolah Minggu
Pengarang: 
Paulus Lie
Halaman: 
84 - 91
Penerbit: 
Yayasan Andi
Kota: 
Yogyakarta
Tahun: 
1999

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar