Apakah Empati?
Empati adalah kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan kesenangan orang lain, turut merasa sakit dengan penderitaan orang lain, dan turut berduka dengan kedukaan orang lain.
Hubungan Antara Empati, Belas Kasihan, Kepedulian
Rasa empati dekat sekali hubungannya dengan rasa belas kasihan. Karena seseorang berempati dengan orang lain, maka ia dapat merasa belas kasihan pada orang lain, dan dari rasa belas kasihan, dapat tumbuh rasa peduli yang dalam.
Empati Bersifat "Bumerang"
Pada sisi lain, empati bersifat seperti "bumerang". Perbuatan yang kita lakukan terhadap orang lain memunyai efek emosional terhadap diri kita sendiri. Jika karena perbuatan kita seseorang menjadi senang atau menjadi menderita, perbuatan itu seakan-akan berbalik kepada kita. Kita merasa senang jika kita berbuat yang menyenangkan, dan merasa bersalah (guilty feeling) jika kita membuat orang menderita.
Hati nurani yang mulai tumbuh pada anak yang peka pada usia sekitar lima tahun adalah kesadaran yang membantu seseorang membedakan apakah sebuah perbuatan baik atau buruk. Pada anak di bawah usia lima tahun, ukuran apakah sebuah perbuatan baik atau buruk tergantung oleh akibat yang ditimbulkan perbuatan tersebut -- apakah ia mendapat pujian atau hukuman karena melaksanakan hal tersebut. Tetapi pada waktu usia kira-kira 7 -- 11 tahun, mulai tumbuh kesanggupan pada anak untuk belajar menilai sendiri moral sebuah perbuatan. Maka usia anak SD adalah masa yang amat penting untuk pembentukan hati nurani seseorang, karena mereka sudah bisa melihat dari sudut pandang orang lain dan dapat membayangkan akibat perbuatannya terhadap perasaan orang lain. Anak-anak perlu merasa hatinya tertusuk dan merasa bersalah ketika menyadari bahwa ia telah melukai orang, baik secara fisik atau perasaan. Dari peristiwa ini akan tumbuh kepedulian yang sejati. Karena itu, empati mendo rong kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.
Simpati-Empati
Perbedaan dengan simpati adalah saat kita bersimpati, itu berarti kita senang dan peduli akan orang tersebut (simpathy: you care about the other person). Tetapi kalau kita berempati, kita seakan-akan masuk ke dalam orang tersebut dan menjadi seperti orang tersebut (empathy: you are the other person).
Empati; Kesediaan Berbuat Baik (Altruisme)
Kalau kita merasakan apa yang dirasakan orang lain, kita ingin melakukan sesuatu untuk orang itu. Hubungan antara empati dan kesediaan berbuat baik (altruisme) telah dicatat oleh banyak hasil penyelidikan psikolog. Empati yang tinggi memerbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi, dan untuk berkorban demi kesejahteraan orang lain.
Kesanggupan untuk berempati adalah kesanggupan bawaan yang ada pada tiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda. Ada anak yang dilahirkan dengan lebih banyak kesanggupan untuk turut merasakan ada yang kurang. Psikolog anak telah menemukan kesanggupan empati pada anak yang berusia satu setengah tahun, ketika ia melihat seorang anak sedih, ia menawarkan bonekanya untuk menghibur anak tersebut.
Dengan perkembangan kesanggupan berbahasa, berkembang juga kesanggupan untuk berempati.
Usaha untuk Menumbuhkan Empati
Latihan untuk Mengembangkan Anak Bersikap Empati
Prinsip-Prinsip untuk Melatih Empati dalam Kehidupan Sehari-Hari
Kesanggupan untuk Menyatakan Kepedulian dalam Tindakan Nyata
Kesanggupan untuk mengobservasi, untuk merasakan dengan orang lain (empati), baru ada gunanya kalau kesanggupan itu ditindaklanjuti dengan perbuatan nyata.
Perbuatan tersebut bukan hanya akan menyenangkan orang yang ditolong, tetapi terutama akan menyenangkan diri si pemberi bantuan tersebut. Yang paling kita ingat dari pengalaman hidup kita ialah kejadian atau peristiwa di mana kita telah melakukan sesuatu untuk orang lain.
Salah satu faktor penting untuk membangun kesanggupan menyatakan kepedulian dalam tindakan nyata ialah latihan bertanggung jawab. Sebuah studi di Universitas Harvard menunjukkan hubungan yang jelas antara besarnya tanggung jawab yang diberikan kepada anak dan kecenderungan untuk bersedia mementingkan orang lain.
Tampaknya anak-anak yang diberikan segala sesuatu kecuali tanggung jawab, tidak hanya menjadi anak yang manja, tetapi juga cenderung kehilangan perasaan dan kepedulian mereka kepada orang lain.
Cara yang paling efektif untuk memberikan bantuan atau pelayanan ialah dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh orang tersebut. Kita harus berpikir dengan keras untuk merumuskan apa sebetulnya kebutuhannya yang sungguh-sungguh, dan memertimbangkan apa jalan keluar yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Kita harus berusaha memberikan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diingini orang. Kita dapat membedakan keduanya, kalau secara objektif kita bertanya pada diri sendiri, apa akibat dari pemberian kita itu.
Kadang-kadang, apa yang kita inginilah yang menjadi penghalang untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Karena yang kita ingini untuk orang lain bisa jadi tidak sesuai dengan yang dibutuhkannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan menanyakan apa yang dibutuhkan orang itu.
Di samping bantuan atau pelayanan yang telah dipikirkan dan direncanakan dengan masak-masak, ada jenis bantuan yang diberikan dengan mendadak spontan. Misalnya, membantu seorang ibu memunguti belanjaannya yang jatuh.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK