Lupakan perdebatan sengit dan penjelasan yang berapi-api. Saatnya untuk menguji kembali apologetika untuk generasi anak-anak yang baru.
Beberapa minggu yang lalu, anak saya yang berusia 10 tahun pulang dari sekolah dengan senyuman lebar di wajahnya. "John adalah seorang Kristen sekarang!"
"Wow! Itu keren sekali! Ceritakan kepada saya tentang hal itu." Saya tidak yakin apa yang ingin saya dengarkan. Mungkin bahwa Jeremiah telah belajar Empat Hukum Rohani dalam kelompok kecilnya di gereja dan memberi tahu temannya tentang hal-hal itu. Atau, mungkin ia hafal ayat-ayat dalam Roman Road (serangkaian ayat dari kitab Roma yang menjelaskan mengenai rancangan keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus - Red.) dan mengatakannya kepada John. Bukankah itu yang seharusnya Anda lakukan ketika Anda meletakkan dasar pada iman Anda dan memberitakan Injil?
Namun, apa yang dikatakan Jeremiah kepada saya, tidak ada hubungannya dengan hukum atau jalan. Ia mengatakan bahwa ia hanya memberi tahu kepada John sebuah kisah, yaitu kisah tentang Allah. Allah telah menciptakan dunia sempurna yang kemudian menjadi rusak, dan manusia memilih untuk tidak menaati Allah. Saat ini, dosa menghalangi kita untuk berteman dengan Allah. Ia mengatakan kepada John tentang Allah yang mengutus Yesus untuk memperbaiki apa yang sudah dirusak oleh manusia dengan menerima hukuman untuk dosa sehingga kita bisa berteman dengan Allah selamanya. John tidak meminta bukti kepada anak saya. Dia bahkan tidak berdebat tentang keabsahan apa yang anak saya ceritakan kepada dia. Mereka berteman; John kenal Jeremiah dan percaya padanya. Setelah menanyakan beberapa pertanyaan klarifikasi, John menyatakan, "Yah, kalau begitu, aku ingin menjadi orang Kristen." Ya, saya cukup bangga dengan anak saya.
Sebuah Tampilan Baru
The Premise of Diary, sebuah reality show di MTV yang mengikuti kehidupan selebritas melalui apa yang disebut "kehidupan sehari-hari", adalah acara yang menunjukkan bahwa kita membuat asumsi tentang bagaimana selebritas ini menjalani hidup -- hanya untuk mengetahui betapa salahnya kita. Slogan acara itu adalah "Anda pikir Anda tahu ... tetapi Anda TIDAK tahu". Saya pikir prinsip yang sama berlaku untuk bagaimana kita menganggap anak-anak mengomunikasikan iman mereka satu sama lain. Ironisnya, kita lupa bagaimana rasanya menjadi seorang anak.
Dalam keinginan kita untuk memastikan bahwa anak-anak yang kita layani akan memiliki dan memegang iman mereka di tengah-tengah budaya pluralisme spiritual, kita beralih ke dunia apologetika. Ketika diterapkan pada pelayanan anak, apologetika secara tradisional adalah tentang memastikan anak-anak belajar informasi yang tepat di sekolah minggu sehingga mereka secara memadai dapat mempertahankan iman mereka terhadap oposisi tak terelakkan oleh dunia yang belum bergereja. Kita juga memastikan anak-anak belajar teknik yang telah terbukti untuk menceritakan iman mereka, yang meliputi lebih banyak informasi yang hanya dapat dihafalkan dan digunakan pada saat itu.
Kita semua juga sudah membaca statistik. Semakin banyak anak-anak yang berjalan menjauh dari gereja ketika mereka mencapai usia 20-an ... bertahun-tahun kita mencoba mati-matian untuk mempersiapkan mereka dan melengkapi mereka dengan suatu apologetika informasi yang defensif.
Mungkin sudah waktunya untuk membayangkan kembali apologetika untuk generasi anak-anak yang baru dengan melihat proses pembentukan spiritual pada anak-anak secara baru, yaitu melalui lensa budaya saat ini. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Children's Ministry |
Alamat situs | : | http://childrensministry.com/articles/childsize-apologetics-a-new-approach/ |
Judul asli artikel | : | Childsize Apologetics: A New Approach |
Penulis artikel | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 4 Januari 2017 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK