Sekalipun anak-anak belum belajar membaca, mereka dapat diberi
pengalaman yang menyenangkan dengan Alkitab. Maka pada saat mereka
mulai dapat membaca, mereka dapat mulai membaca Alkitab sendiri.
Ketrampilan dasar membaca Alkitab dapat diajarkan kepada setiap anak
yang mulai belajar membaca. Meskipun Alkitab merupakan buku yang
tebal, dan tampak menyeramkan, pembaca pemula perlu dimotivasi untuk
menguasai ketrampilan membaca Alkitab sehingga mereka akan
sepenuhnya menikmati kemungkinan-kemungkinan untuk "menemukan"
sendiri. Anak-anak yang lebih besar, yang memiliki kesukaran dalam
membaca juga memperoleh manfaat dari pengalaman ini, sejauh mereka
tidak tertekan atau merasa tidak mampu melakukannya. Untuk lebih
mendorong anak-anak mulai menggunakan Alkitab, simaklah petunjuk
berikut ini:
Melihat ayat-ayat bersama orang dewasa.
Ajaklah anak untuk sejenak membuka bagian Alkitab yang memuat
ayat-ayat atau kisah tersebut, bukan hanya membacakan kutipan
atau mengulang ayat-ayat itu dengan kata-kata sendiri. Tunjukkan
ayat atau paragraf sambil memberitahu anak itu, "Di sinilah
terdapat apa yang Alkitab katakan ..." Sebagian orangtua dan
guru merasakan manfaat menggarisbawahi atau mewarnai ayat-ayat
yang mereka rujuk. Jika anak tertarik pada huruf, kata dan nama,
tunjukkan beberapa kata kunci di halaman itu. "Ini nama Yesus.
Nama Yesus dimulai dengan sebuah huruf 'Y', seperti pada nama
Yanto dan Yanti. Lihat persis di bawah jari saya dan lihat
apakah kamu dapat menemukan nama Yesus lagi. Baik sekali!"
Temukan kata-kata yang akrab bagi anak.
Dengan mengacu pada satu perikop, kebanyakan pembaca pemula
dapat menemukan paling sedikit satu atau bahkan lebih kata yang
akrab baginya. Bahkan jika yang diketahui anak hanya "di," "ke"
atau "dari," ia tetap merasa berhasil berbuat sesuatu. Jika
perlu, beri sedikit petunjuk untuk menolongnya menemukan kata
atau nama yang lebih berarti: "Lihat pada nama Daud. Daud
dimulai dengan sebuah huruf besar 'D'."
Perhatikan judul kitab.
Sambil melihat sebuah perikop, perhatikan nama kitab pada bagian
atas halaman tersebut. Bahkan jika nama itu terlalu sukar untuk
dibaca anak, tunjuklah pada tulisan judul itu saat Anda
membacanya keras-keras. Hal ini membantunya membangun perasaan
akrab pada Alkitab, dan membiasakan anak mengacu pada nama-nama
kitab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat.
Perhatikan kitab-kitab yang mendahului dan mengikuti.
Biasakan untuk memperhatikan kitab-kitab yang berdekatan dengan
kitab yang sedang kita baca. Ini membantu anak memperoleh
pengertian mengenai urutan kitab dan pada saatnya amat
membantunya membaca dengan cepat halaman-halaman yang ada di
Alkitab.
Tentukan letak kitab itu.
Kebanyakan anak-anak usia enam tahun ke atas dapat belajar
memakai daftar isi di halaman depan Alkitab untuk menentukan
letak sebuah kitab. Akan lebih menolong jika Alkitab anak itu
memiliki daftar isi sesuai urutan halaman menurut abjad, tidak
hanya urutan standar seperti yang ada selama ini.
Sebuah jalan pintas.
Untuk menemukan kitab-kitab tertentu, pertama-tama mintalah anak
memegang Alkitab erat-erat, kemudian suruh ia membukanya sebisa
mungkin bagian tengah Alkitab. Pada kebanyakan Alkitab, anak
akan menemukan kitab Mazmur atau Amsal. (Alkitab yang memiliki
konkordansi pada bagian belakang dapat sedikit menolong.) Teknik
ini amat menolong, karena banyak ayat Alkitab yang akrab dengan
anak-anak dapat ditemukan dalam Mazmur atau Amsal. Berikutnya,
suruh anak itu memegang separuh bagian pertama dan membaginya
menjadi dua. Pada kebanyakan Alkitab, anak akan sampai pada
kitab 1Samuel atau didekatnya. Beberapa halaman di depannya akan
membawa anak pada cerita Hakim-hakim (Debora, Gideon, Samson dan
sebagainya) dan Rut. Dan dengan segera tampil kisah-kisah
Samuel, Saul dan Daud, diikuti cerita raja-raja dan nabi-nabi.
Akhirnya, suruh anak itu membagi paruh kedua Alkitab. Pada
kebanyakan Alkitab, anak akan sampai pada kitab Matius, dan ini
adalah cara yang paling mudah untuk mengetahui lokasi cerita-
cerita kehidupan Yesus.
Menentukan letak ayat.
Hanya perlu waktu sebentar untuk mengajarkan kepada anak
bagaimana kitab-kitab dibagi dalam pasal-pasl dan ayat-ayat
untuk mempermudah menemukan sebuah ayat atau kisah. Tunjukkan
pembagian pasal, dan juga nomor pasal, pada bagian atas halaman.
Dalam sebuah pasal, mintalah anak menemukan angka-angka yang
lebih kecil yang menandai permulaan ayat.
Temukan jawabannya.
Saat ketrampilan membaca meningkat, anak-anak dengan cepat mampu
membaca sebagian besar kata dalam ayat-ayat Alkitab. (Nama-nama
dan kata-kata berhuruf besar terkadang mendatangkan kesukaran
bagi mereka.) Tetapi bagi pembaca pemula mereka seringkali harus
memusatkan banyak energi hanya untuk "membaca" kata-kata,
sehingga jarang terjadi mereka dapat memahami arti kata-kata
itu. Bahkan bagi yang sudah pandai membaca, mereka tidak secara
otomatis membaca guna memperoleh informasi, khususnya ketika hal
itu ditugaskan oleh guru atau orangtua.
Untuk mendorong anak mencari arti dari apa yang ia baca, ajukan
pertanyaan, dan biarkan anak itu menemukan jawaban melalui ayat-
ayat yang dibaca. Respon anak mula-mula mungkin hanyalah membaca
ayat itu, kemudian mendongak ke atas dengan ekspresi yang
mengatakan, Saya kira jawabannya ada di situ. Ibu pasti tahu.
Dorongan lebih lanjut seringkali dibutuhkan untuk membuat anak
meneliti ayat itu lagi, kali ini untuk mencari kata atau kata-
kata yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Menceritakan kembali sebuah ayat.
Salah satu cara terbaik untuk menguji pemahaman anak akan sebuah
ayat atau pernyataan adalah meminta ia mengutarakannya kembali
dengan kata-katanya sendiri. Cara yang baik untuk meminta mereka
melakukan hal ini adalah dengan bertanya, "bagaimana kamu
menyampaikan arti ayat ini kepada anak yang lebih kecil?" atau
"Bagaimana kamu menjelaskan kisah ini kepada seorang teman yang
belum pernah mendengarnya?"
Terapkan pokok pikirannya.
Terlepas dari anak itu belum dapat membaca, baru belajar membaca
atau sudah pandai membaca, sediakanlah selalu waktu untuk
memikirkan bersama bagaimana isi Alkitab itu dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak akan pernah cukup hanya
belajar apa yang dikatakan Alkitab atau bahkan apa maknanya.
Kita harus terus-menerus mendorong anak untuk mencari apa yang
harus kita lakukan berkaitan dengan apa yang kita baca.
Mengajukan pertanyaan merupakan cara efektif untuk merangsang
pemikiran tentang implikasi yang telah didengar atau dibaca:
"Menurutmu apa pentingnya kita mengetahui ayat/kisah ini?"
"Apa yang dapat kita lakukan agar dapat menunjukkan bahwa
kita sudah belajar hidup sesuai dengan yang diajarkan
ayat/kisah ini?"
"Siapa yang kamu kenal yang dapat menjadi contoh yang baik
bagi ayat/kisah yang tadi diajarkan?"