Bacaan: Lukas 2:1-7
Sebuah cerita tentang kesederhanaan.
Tidak seorang pun suka membayar pajak. Hampir setiap orang menggerutu tentang hal itu. Akan tetapi, Maria dan Yusuf memiliki masalah lain. Mereka harus pergi jauh-jauh dari rumah mereka di Nazaret ke Betlehem untuk mengajukan nama mereka dalam daftar pajak. Pada masa itu, tidak ada mobil, kereta api, atau pesawat. Banyak orang harus berjalan atau naik keledai. Akan tetapi, pemerintah Roma dengan aturan tanah pada saat itu mengatakan kepada mereka untuk pergi. Lalu, mereka pergi. Yusuf berjalan. Maria naik ke atas seekor keledai. Sebab, ia akan memiliki seorang bayi. Seorang bayi bisa lahir kapan saja.
Bayi Maria adalah bayi yang sangat istimewa. Ia bukan bayi Yusuf. Ia adalah anak Allah. Allah adalah Bapa-Nya.
Perjalanan dari Nazaret ke Betlehem lama dan berat. Berjalan tidaklah mudah. Akan tetapi, naik seekor keledai itu juga tidak mudah. Keledai itu lari dengan cepat di atas jalan bebatuan. Maria berguncang ke atas dan bawah di atas keledai selama berjam-jam. Akhirnya, mereka tiba di Betlehem. Sekarang, mereka harus menemukan sebuah tempat untuk tinggal. Akan tetapi, hanya ada satu penginapan di Betlehem.
"Kami tidak memiliki kamar lebih," kata pemilik penginapan. "Maaf." Lalu, ia melihat Maria. Ia melihat bahwa dia akan memiliki bayi. "Engkau boleh tinggal di kandang kami bersama dengan binatang-binatang," katanya. "Hanya itu yang aku miliki."
Malam itu, binatang-binatang mengantuk sembari menyaksikan seorang bayi laki-laki lahir. Maria membersihkan bayi itu dan membungkusnya dalam secarik kain. Akan tetapi, di mana ia dapat membaringkannya? Apa yang dapat menjadi tempat tidurnya? Tidak terdapat apa pun di kandang tersebut, kecuali palungan, tempat makanan ditempatkan untuk binatang. Maria membaringkan bayinya di dalam palungan. Itulah tempat tidurnya.
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia malam itu. Ia tidak datang ke dalam istana dengan pakaian kerajaan. Ia tidak datang ke dalam rumah orang kaya atau orang yang berkuasa, dengan makanan enak dan kamar yang indah. Bayi Yesus, Anak Allah, datang ke dalam dunia di sebuah kandang. Tempat tidur pertama-Nya adalah sebuah palungan, tempat makanan binatang. Ibu dan ayahnya di dunia adalah orang-orang miskin, yang hidup dengan bekerja sebagai tukang kayu. Bayi Yesus bahkan tidak lahir di kota asalnya, tetapi jauh dari rumah di sebuah tempat terpencil. Ia terlahir sebagai tunawisma.
Mengapa Allah mengutus Anak-Nya dengan cara ini? Mengapa Ia tidak mengutus Anak-Nya dengan kekuatan yang besar? Yesus, Anak Allah, datang ke bumi dalam kesederhanaan. Ia akan hidup dan mati di bumi ini dalam kesederhanaan. Itulah sebabnya, Ia menginginkan kita semua yang mengasihi-Nya mengikuti-Nya dengan kerendahan hati. Allah menginginkan umat-Nya untuk melayani, taat, untuk menolong, dan menjadi seperti Anak-Nya yang rendah hati.
Untuk para orangtua dan guru: Bantulah anakmu menjadi lebih rendah hati.
Langkah 1. Percaya
Kebenaran Alkitab yang dipelajari dari cerita ini: Yesus datang ke bumi dengan kesederhanaan. Ia hidup dan mati dengan sederhana di bumi ini.
Anak Allah, bayi Yesus, datang ke bumi sebagai seorang bayi, bukan seorang raja yang mulia atau orang kaya. Ia lahir di sebuah kandang, dengan sebuah palungan sebagai tempat tidur pertama-Nya. Ia turun dari surga dalam kesederhanaan, hidup di bumi dalam kesederhanaan, dan bahkan mati dalam kesederhanaan. Filipi 2:7-8 mengatakan tentang Yesus, "Ia menjadikan diri-Nya bukan siapa-siapa; Ia mengambil posisi budak yang rendah dan muncul dalam rupa manusia. Dan, dalam bentuk manusia, Ia dengan taat merendahkan diri-Nya bahkan sampai mati di atas kayu salib seperti seorang penjahat."
Langkah 2. Mengikuti
Nilai karakter yang dipelajari dalam cerita ini: Kerendahan hati. Kita seharusnya melayani Allah dan orang lain dengan kesederhanaan.
Ketika kita mengikut Yesus, kita perlu menjadi rendah hati juga. Kebanggaan menyebabkan kita berpikir lebih tinggi daripada yang seharusnya, dan itu salah. Kebanggaan membuat kamu ingin terlihat baik, bahkan ketika kamu tidak pantas menerimanya. Ketika kamu rendah hati, kamu menempatkan orang lain lebih penting daripada dirimu sendiri. Allah ingin kita melayani Dia dan orang lain dengan rendah hati.
Langkah 3. Bersikap
Lakukan sesuatu hari ini untuk menempatkan seseorang menjadi lebih penting daripada dirimu.
Periksalah dirimu sendiri sekarang. Apakah kamu lebih bangga daripada yang seharusnya? Apakah kamu mencoba untuk menempatkan dirimu sendiri sebagai yang lebih penting dari yang lainnya? Hari ini, lakukanlah sesuatu yang istimewa untuk seorang teman dengan memperlakukannya secara lebih penting daripada dirimu. (t/Santi T.)
Diterjemahkan dari:
Judul buku | : | I Want to be Like Jesus |
Judul asli artikel | : | Jesus is Born |
Penulis | : | V. Gilbert Beers |
Halaman | : | 12 -- 15 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK