Gideon (Ibrani gide'on, penebang, pemukul). Putra Yoas, dari kaum Abiezer, dari suku Manasye (Hak. 6:11, 15), juga disebut Yerubaal. Hakim yang melepaskan Israel dari tangan orang Midian, suatu bangsa Beduin yang menguasai wilayah tengah Palestina (Hak. 6-8).
Sewaktu Gideon sembunyi mengirik gandum karena takut terhadap orang Midian, malaikat Tuhan mendatangi dia dan menugasinya melepaskan bangsanya. Penugasan itu dikukuhkan dengan tanda ajaib (Hak. 6:25-32). Tugas pertama yang dilakukan Gideon adalah memusnahkan mazbah Baal dan Asyera; sebagai akibatnya ia terancam, tapi selamat dari hukuman karena kelihaian ayahnya (Hak. 6:25-32). Tantangan tugas Gideon adalah protes terhadap pembauran ibadah kapada Yahweh dan pemujaan terhadap Baal. Tindakan ini dikaitkan dengan pemberian nama Yerubaal (yerubba'al) kepada Gideon, yang mengandung makna jamak seperti "Baal berjuang", "Baal mendirikan", atau kiranya "Baal memberikan pertambahan". Ada yang mengatakan bahwa nama Yerubaal itu telah menjadi nama Gideon sebelumnya, yang memantulkan sinkretisme yang berlaku, namun dalam makna baru setelah perbuatan menentang pemujaan patung berhala (bnd. F.F Bruce, The New Bible Comentary, 1954, hlm. 245; R Kittel, Great Men and Movem ents in Israel, 1929, hlm. 65). Dalam 2 Sam. 11:21, ia tampil sebagai Yerubeset (yerubbesyet), mengantikan nama Baal yang tidak disukai karena berarti "hina".
Serangan orang Midian yang berikutnya mendorong Gideon mengerahkan suku-suku Manasye, Asyer, Zebulon, dan Naftali. Penugasannya sebagai pemimpin dikukuhkan dengan tanda ajaib bulu domba. Atas perintah Allah, ia mengurangi pasukannya dari 32 ribu menjadi 300, dan ia menerima keyakinan pribadi dalam suatu pengintaian rahasia, saat Gideon mendengar seorang tentara Midian menceritakan mimpinya tantang kekalahan mereka. Gideon melancarkan serangan mendadak pada waktu malam, yang mematahkan semangat musuh dan mengacaukan mereka sehingga lari mengundurkan diri (Hak. 6:33-7:25).
Sewaktu suku Efraim diperintahkan maju menyempurnakan kemenangan (Hak. 7:24), mereka tersinggung dan marah karena tidak dilibatkan dari semula. Tapi kemarahan mereka diredakan oleh ucapan Gideon yang bijaksana (Hak. 8:1-3). Kemudian Gideon mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian, dipacu oleh ingatan akan saudara-saudaranya yang mati di tangan mereka. Penduduk kota Sukot dan Pnuel menolak membantu Gideon. Karena itu, ia menghukum mereka kemudian. Ketika ia berhasil menangkap raja-raja itu, ia sendiri membunuh mereka (Hak. 8:4-21).
Setelah kemenangan itu, Gideon diminta untuk mendirikan suatu kerajaan turun-temurun, tapi ia menolak. Namun, ia menerima anting-anting emas dari hasil jarahan perang, dan dengan itu ia membuat sebuah "efod" (mungkin bercitra Yahweh). Efod itu ia tempatkan di Ofra, kotanya, tapi di kemudian hari menjadi sumber kemurtadan (Hak. 8:22-27). Midian dikalahkan secara telak, dan Israel tenteram selama sisa hidup Gideon. Kehidupan akhir Gideon adalah mas tua yang damai tenteram. Sayang, seorang di antara anaknya, Abimelekh, terkenal buruknya (Hak. 8:28-32).
Ibrani 11:32 menempatkan Gideon di antara pahlawan iman. Ia lebih memercayai Allah ketimbang pasukan tentara yang besar. Ia meraih kemenangan besar dengan hanya sepasukan kecil tentara, membuktikan bahwa Allah yang memprakarsai semuanya. "Hari kekalahan Midian", agaknya menjadi pepatah yang mengungkapkan pembebasan oleh Tuhan tanpa pertolongan manusia (Yes. 9:4). Kerendahan hati Gideon juga khas, dan penolakannya untuk diangkat menjadi raja membuktikan kenyataan bahwa yang tepat dan serasi bagi Israel adalah teokrasi (Hak. 8:23).
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK