Sesungguhnya, pendidikan merupakan proses belajar seumur hidup dan tidak dibatasi ruang maupun waktu. Banyak orang yang mendefinisikan pendidikan sebagai studi formal yang hanya dapat dilakukan di bangku sekolah. Proses belajar tidak dibatasi oleh ruang, waktu, maupun usia. Proses belajar bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek pengetahuan individu (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Proses pendidikan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pendidikan akan menentukan kualitas generasi yang akan datang.
Alkitab dan Pendidikan 'Orang Muda' (Anak-Anak)
Potensi anak tertulis dalam Alkitab. Allah memiliki maksud dengan perintah-Nya untuk mendidik orang muda (anak-anak). Allah menaruh kepercayaan dalam diri anak untuk terlibat dalam rencana-Nya, "... dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, merekalah yang akan masuk ke sana dan kepada mereka, Aku akan memberikannya, dan merekalah yang akan memilikinya." (Ulangan 1:39)
Sejak Perjanjian Lama, Allah telah mengingatkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Musa mengingatkan hal ini kepada para orang tua: "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." (Ulangan 4:9) "Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu, dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:6-9)
Semua perintah Allah merupakan nilai-nilai yang harus diajarkan secara berulang-ulang. Dengan pengulangan, materi yang diajarkan akan tertanam sehingga dapat ditentukan dalam tingkah laku. Hal seperti ini dikatakan Musa dalam Ulangan 6:7 sebagai "shema" bagi orang Yahudi. Shema adalah hukum yang harus dilakukan dalam kehidupan orang Yahudi.
Pengaruh dan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Pengaruh pendidik terhadap anak didik merupakan faktor penting dari sebuah proses pendidikan. Pendidik adalah pemimpin; menurut Sanders, kepemimpinan adalah pengaruh. Proses pendidikan adalah proses memengaruhi. Pengaruh orang tua memiliki porsi paling besar dalam hidup anak-anak. Dalam perkembangannya, setiap anak membutuhkan orang lain. Pihak paling utama dan pertama yang bertanggung jawab dalam perkembangan anak adalah orang tua. Namun demikian, lingkungan sekolah dan gereja juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak.
Pengaruh dapat diberikan dengan berbagai cara. Orang tua dapat memengaruhi anak dengan menjadi teladan yang baik dan dengan terbuka bersedia membahas nilai-nilai Kristen bersama anak-anak. Strommen menemukan hubungan yang sangat positif antara moralitas anak dan atmosfer rohani di rumah. Peran orang tua dan anggota keluarga yang lain sebagai teladan menentukan perkembangan moral anak.
Kita perlu menyadari bahwa ada masa singkat di mana anak peka terhadap pendidikan agama. Konsep anak tentang apa yang benar dan salah, yang oleh Freud dinamakan "superego", dibentuk selama masa ini, (pandangan anak-anak tentang Allah. Karena itu, pendidikan rohani seperti berdoa, membaca Kitab Suci, dan menghadiri ibadah adalah cara menarik membiasakan anak menjadikan firman Tuhan sebagai bagian kehidupannya. Kegiatan pengajaran melalui pemahaman Alkitab, retret, dan keteladanan pembina anak memberikan pengaruh pada pola tingkah laku anak.
Orang tua adalah penjaga, manajer, dan sumber daya bagi anak-anaknya, itulah peran lain dari orang tua menurut Cloud dan Townsend. Penjaga bertanggung jawab melindungi dan memelihara anak. Manajer memastikan perlakuan terhadap anak dikerjakan dengan baik dan sasaran-sasaran yang ditentukan tercapai, demikian juga dengan semua kebutuhan dan harapan. Sebagai manajer, orang tua menyediakan bentuk disiplin untuk memastikan anak dalam menjalankan tugasnya. Sebagai sumber daya bagi anak, orang tua adalah sumber kasih sayang, pertumbuhan rohani, dukungan, hikmat, dan pengetahuan serta semua bentuk pendidikan yang diperlukan.
Beberapa contoh pengaruh orang tua yang berhasil melalui kepemimpinan Kristen adalah yang dialami oleh John Maxwell. Maxwell menyatakan bahwa dirinya tidak akan menjadi pemimpin seperti sekarang ini kalau bukan karena jerih payah orang tuanya.
Charles Spurgeon, pengkhotbah legendaris dari Inggris yang lahir pada tahun 1834, mengatakan bahwa keberhasilannya adalah karena pengaruh pembinaan rohani orang tua yang diterimanya sejak masa kecil.
Susana Wesley dibesarkan dalam keluarga pendeta di desa dekat Kota London. Ia mendapat perhatian yang baik dari keluarganya, terutama dalam hal pendidikan iman. Ia berhasil menjadi seorang istri yang mendukung pelayanan suaminya dan berhasil membesarkan anak-anaknya menjadi utusan misi, dan menjadi orang yang memengaruhi banyak orang. Susana Wesley berkata, "Tidak ada yang lebih saya harapkan selama hidup ini selain melayani anak-anak yang telah saya lahirkan. Saya mau, apabila hal ini berkenan bagi Allah, menjadi alat-Nya melakukan semua yang baik bagi jiwa-jiwa mereka."
Peran Keluarga dan Gereja dalam Pendidikan Anak yang Berpusat pada Firman
Jika kita melihat kembali apa yang dijelaskan oleh Cloud dan Townsend tentang peran orang tua, gereja dalam porsi yang tepat juga memiliki andil dalam pembentukan moral anak. Keluarga dan gereja seharusnya bekerja sama dalam menentukan dan mempertimbangkan moral anak. Meskipun Ward percaya bahwa setiap anak membangun struktur pertimbangan moralnya sendiri. Proses tersebut tidak terlepas dari peran lingkungan keluarga dan gerejanya.
Keluarga Kristen dan gereja harus memanfaatkan peranannya sebagai kesempatan emas dalam menginvestasikan nilai-nilai berharga pada anak. Pembinaan rohani yang dilakukan keluarga menjadi maksimum bila bekerja sama dengan pembinaan yang dilakukan oleh gereja. Seperti yang dikutip dari perkataan Hamilton berikut ini:
"Sebagai lembaga, gereja dan keluarga Kristen berkaitan erat satu dengan yang lain. Mereka seperti bayi kembar siam; jika Anda memisahkannya, Anda mungkin akan memotong suatu nadi kehidupan yang menyebabkan salah satu atau keduanya meninggal dunia. Gereja tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya di tengah dunia yang kacau ini, kecuali jika gereja "mempekerjakan" keluarga sebagai pihak utama yang dapat dipercaya dalam pemeliharaan kekristenan. Dan, saya yakin bahwa keluarga tidak dapat menjadi sebuah keluarga Kristen atau keluarga bahagia kecuali jika ia tetap tinggal dalam sirkulasi pengaruh rohani yang hanya dihasilkan paling besar oleh gereja."
Usaha ini berguna untuk mempersiapkan pemimpin Kristen dengan pertimbangan moral yang benar. Seperti yang dikatakan oleh seorang pendidik Kristen, "Life without truth leads to dead (hidup tanpa kebenaran membawa kepada kematian)." Kebenaran sejati yang membawa kehidupan adalah Tuhan: "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17)
Apa yang ditanam itu yang dituai: "Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7-8) Hasil yang diperoleh semakin besar jika investasi nilai dilakukan sejak usia muda karena itulah cara membangun masa depan yang lebih baik. Fowler mendorong orang tua untuk menciptakan keluarga yang rindu membesarkan anak-anak untuk mengasihi Tuhan. Usaha ini dapat dimulai dengan menciptakan kehidupan keluarga yang berpusat pada firman Allah.
Guru Sekolah Minggu dan Pendidikan Anak
Bagi gereja, nilai-nilai luhur yang diajarkan adalah kebenaran yang bersumber dari firman Tuhan. Pendidikan rohani sebaiknya dilakukan sedini mungkin sehingga sistem nilai anak dapat terbentuk. Sistem nilai berisi hukum-hukum Allah untuk menjaga hidup individu seperti yang ditulis dalam Ulangan 32:47, "... sebab perkataan inilah bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu dan dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di tanah, kemana Kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya."
Dalam proses pertumbuhannya, anak mengembangkan pandangan hidupnya dengan lingkungannya. Tentu akan sangat baik bila sekolah minggu dapat menjadi lingkungan pendidikan yang berpengaruh bagi anak. Gunarsa berkata,
"Anak-anak yang secara teratur ke sekolah minggu akan kurang atau lebih sedikit melakukan penipuan dan berbohong, dan lebih jujur daripada anak-anak yang tidak mengikuti sekolah minggu. Dari berbagai penelitian dan pendapat mengenai pengaruh keyakinan agama terhadap tingkah laku moral dan kehidupan sehari-hari, menurut hasil penelitian, kebanyakan remaja merasa bahwa memiliki iman itu harus dan memang memengaruhi suatu jenjang yang luas dari sikap dan tingkah laku, bahkan ada korelasi yang tinggi antara apa yang menurut pikiran mereka dan apa yang dipengaruhinya oleh pengaruh iman."
Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan dalam kasus-kasus berbeda, yang diteliti oleh Barna Reseach. Survei yang dilakukan terhadap 1003 orang dewasa melalui wawancara di telepon pada bulan November 2001, menunjukkan sejumlah 771 orang masih setia hadir di Gereja (Barna Research, Mei 2001):
"Mengikuti sekolah minggu pada waktu kecil memberikan dampak seumur hidup
(adult who attended church as children show lifelong effect)."
Gereja sebagai tubuh Kristus mempunyai mandat untuk memerhatikan kerohanian anak. Guru sekolah minggu mempunyai andil besar dalam pembinaan rohan anak-anak. Robert Raikes (1736-1811), Bapak sekolah minggu, seorang wartawan yang menjadi pelopor gerakan sekolah di Inggris berhasil membawa setengah juta anak-anak untuk mengikuti program sekolah minggu di seluruh Inggris; ia perlu dicontoh.
Penutup: Potensi Pengaruh Anak dan Kepemimpinan Masa Depan
Anak-Anak memiliki potensi untuk menjadi pengaruh bagi sekitarnya. Keberhasilan pendidikan tidak hanya berdampak pada perubahan hidup individu, tetapi juga pada komunitasnya dan pada akhirnya pada generasi yang baru. Elmore menegaskan bahwa, "Setiap anak adalah seorang pemimpin yang berpotensi; dalam setiap anak tersimpan potensi luar biasa untuk memberi pengaruh kepada orang lain."
Apa pun yang digoreskan dalam hidup anak memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masa depannya. Seperti teori tabula rasa yang dituliskan oleh Gunarsa (yang sebelumnya dicetuskan oleh John Locke):
"Segala pengetahuan yang kita peroleh berasal dari luar, yang dimasukkan ke dalam jiwa kita melalui pengindraan. Karena pengalaman identik dengan masuknya sesuatu dari luar diri, maka faktor lingkungan itu penting sekali. Dikemukakan dalam teorinya yang dikenal dengan tabula rasa bahwa bayi yang baru lahir itu ibarat secarik kertas putih. Bagaimana wujud atau isi kertas putih itu bergantung pada bagaimana kertas itu kelak ditulis."
Sumber: Jurnal Transformasi Volume 3-Pendidikan dan Masa Depan Bangsa.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | Keluarga MDC (Masa Depan Cerah) |
Alamat URL | : | http://www.gkpb.net/index.php?option=com_k2&view=item&id=831:tanggung-jawab-orang-tua-dan-gereja-dalam-pendidikan-anak&Itemid=381 |
Penulis | : | Retty Stanley, M.A. |
Tanggal akses | : | 3 Juli 2013 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK