Rasa ingin tahu membawa anak selalu bertanya, siapa yang menciptakan Allah? Di mana Allah tinggal? Mengapa Allah tidak menghancurkan setan? Apakah dengan pesawat Allah naik ke surga? Atau bagaimana aku dapat mengundang Yesus masuk ke dalam hatiku yang kecil ini? Seorang yang saleh sekalipun sukar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anak ini dengan tepat. Oleh karena itu jawablah dengan jujur, "Maaf, Ayah/Ibu tidak tahu!" Jawaban ini lebih baik daripada memberi jawaban salah, yang kemungkinan akan memberi pengaruh menyesatkan dalam keyakinannya. Adakalanya sebelum dijawab, dalam hati si anak itu sendiri sudah tahu. Sebagai contoh, seorang anak 5 tahun setelah mendengar cerita tentang Samson lalu bertanya, "Mengapa Samson harus mati?" tetapi sekejap kemudian ia menjawab sendiri, "Oh, karena ia senang bersama dengan Allah."
Seorang anak dapat begitu yakin akan apa yang diimaninya, oleh sebab itu dalam memberi jawaban kepada mereka, guru atau orang tua harus bersikap jujur dan tulus. Dengan sabar, simpati dan penuh pengertian menolong mereka membuang semua keraguan yang ada pada diri mereka, bahkan ajaklah mereka untuk belajar mencari kebenaran secara bersama. Pendidikan agama membawa anak untuk menuntut kebenaran sebab hanya dalam kebenaran itulah anak memperoleh damai. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, dapat diketahui bahwa anak lebih menuntut pada hal-hal yang nyata dan kelihatan. Oleh sebab itu, hindarkan penggunaan istilah-istilah dan perumpamaan-perumpamaan yang abstrak dalam memberi jawaban. Dengan mengetahui tingkat pengertian yang berbeda dari setiap usia anak, akan mempermudah pola dalam memberikan pengajaran kepada mereka.
A. Masa Pra Konsep (sebelum 7 tahun)
Anak dalam masa ini tertarik pada peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan akan bertanya seperti ini, "Bagaimana rupa Allah itu? Apakah Ia seperti seorang kakek yang berjenggot panjang? Apakah wajah-Nya mirip ayah atau pendeta? Di mana Allah tinggal, di istana yang megah atau hanya di sebuah rumah baru yang besar?" Anak dapat mengerti bahwa Allah itu mahakuasa, tetapi sukar untuk membayangkan bahwa Allah itu juga mahahadir. Sering timbul pertanyaan berikut, "Apakah ada 2 Allah, di mana yang seorang menjaga kakak di desa dan seorang lagi menjaga saya di kota?" Secara umum biasanya konsep anak adalah Allah sama dengan manusia. Konsep yang benar tentang Allah dapat diberikan kepada anak pada tahapan ini bahwa Allah itu kasih, Pencipta alam semesta, dan Dia itu mahaagung. Mereka dapat mengerti tentang apa itu dosa sebab mereka tahu bahwa mereka juga sering berbuat kesalahan. Ketika anak berbuat salah, kenalkanlah dia kepada Yesus, Sang Juruselamat yang dapat mengampuni dosa-dosa mereka.
B. Masa Konsep Konkret (7-11 tahun)
Pada tahapan ini, anak mulai mengenal rasa takut. Dasar-dasar iman kepercayaan boleh diberitahukan kepada mereka dengan tetap menghindarkan penjelasan-penjelasan yang bersifat abstrak, seperti: hidup bagi Tuhan, saling berkomunikas, diselamatkan, membuka pintu hati, dan sebagainya. Adalah lebih baik menggunakan contoh-contoh umum dalam kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan sebagaimana orang tua memelihara mereka demikianlah Allah Bapa yang di surga memelihara kita.
C. Masa Konsep Abstrak (11-14 tahun)
Pengertian akan hal-hal yang abstrak sudah dapat dimengerti oleh anak di tahapan ini sehingga memudahkan mengajar perihal iman dan kebenaran, misalnya tentang penyertaan Allah dan eksistensi Allah. Seorang anak Sekolah Minggu telah mendengar cerita tentang "Daud dan Goliat" bertanya kepada gurunya, "Bagaimana mungkin Daud yang begitu kecil dapat mengalahkan Goliat yang sangat besar itu?" Seorang temannya menjawab, "Mengapa tidak, meski Daud kecil, tetapi Allah menyertai dia, sehingga ia dapat mengalahkan si raksasa Goliat!" Konsep yang benar tentang Allah harus diajarkan disertai sikap dan pengertian yang benar. Jika tidak, anak akan mempunyai konsep pemahaman yang salah tentang Allah sampai mereka dewasa. Misalnya bila sering berkata kepada anak demikian, "Jika engkau tidak mau mendengar, Allah akan marah!" Ucapan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan ini telah menjadi kabut yang menutupi hati anak sehingga timbul ketakutan yang tidak beralasan kepada Allah. Sebagaimana yang dikatakan dalam Alkitab, "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku" (Yoh. 2:17). Pernah juga ada sebuah buku Nyanyian Anak dituliskan begini, "Ada sebuah neraka yang mengerikan, ada penderitaan yang abadi, orang berdosa tinggal bersama setan, akan dimasukkan ke dalam neraka dan dibakar." Nyanyian tersebut hanya akan menambah ketakutan yang amat dalam di hati anak. Sering yang ada dalam benak anak tentang Allah ialah Ia bagaikan seorang hakin atau polisi yang selalu mengawasi setiap tutur kata dan perilaku mereka. Seorang ibu menceritakan pengalamannya bahwa ia teringat bagaimana guru Sekolah Minggunya mengajarkan tentang Allah yang selalu mengawasi anak-anak apakah mereka berbuat nakal atau tidak. Ia mengawasi juga pada malam hari melalui bintang dan bulan. Itulah sebabnya mengapa selama bertahun-tahun ia membenci bintang dan bulan. Jelaslah bahwa konsep yang salah dibnerikan kepada anak akan memberi dampak yang dalam dan panjang dalam kehidupan anak.
Diambil dari:
Judul buku | : | Menerobos Dunia Anak |
Judul bab | : | Pendidikan Agama |
Judul asli artikel | : | Pengertian terhadap Allah |
Penulis | : | Dr. Mary Go Setiawan |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000 |
Halaman | : | 177-179 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK