Sesuatu terjadi kepada anak-anak antara sekolah dasar dan sekolah menengah. Anda tahu, hal-hal di samping persoalan biologis. Saya tidak yakin itu apa, tetapi saya percaya kalau hal itu juga bagian dari ilmu pengetahuan. Anda pasti pernah mendengarnya. Anda memperhatikannya sungguh-sungguh. Akan tetapi, Anda tidak benar-benar memahami hal tersebut sampai hal itu Anda alami sendiri. Saya yakin bahwa saya sudah mempersiapkan anak-anak saya untuk menghadapi tahun-tahun di sekolah menengah dan mereka akan merindukan saat-saat canggung dalam hidup yang sering kali menakutkan.
Ternyata tidak.
Baik anak laki-laki maupun perempuan saya mengalami ketakutan dalam sekolah menengah mereka dan dalam kegiatan penuh tambahan setelah sekolah. Kecanggungan itu semakin menyeruak. Peralihan dari seorang gadis kecil menjadi remaja yang sesungguhnya. Anak-anak laki-laki berada di mana-mana, berlagak dewasa, tetapi tetap tidak paham bagaimana mengucapkan kata-kata yang pantas. Sekolah menjadi masa yang berat saat itu.
Banyak hal berubah. Begitu pula dengan anak perempuan saya yang mudah bergaul, ceria, dan yang tidak bisa melukai pemikiran orang lain.
Saya mendapat panggilan dari pihak konseling sekolah dan saya harus datang ke kantornya di sekolah. Ketika saya sampai di sana, saya melihat Rachel duduk di bangkunya, matanya merah dan berair. Pihak konselor memberi saya secarik kertas, sesaat kemudian saya merasa waktu seolah berhenti dan angin menghempaskan saya.
Kertas tersebut ternyata adalah surat yang ditulis oleh anak perempuan saya kepada temannya yang berisikan niat untuk bunuh diri. Puji Tuhan, temannya tersebut memberikan surat itu kepada pihak sekolah. Setelah kejadian tersebut, dua tahun berikutnya adalah tahap pengasuhan tersulit yang pernah saya alami.
Saya bukanlah seorang dokter atau terapis, tetapi berikut adalah hal-hal yang sudah saya alami sendiri serta hasil dari membandingkan cerita dari para ibu yang memiliki pengalaman yang serupa.
Jadi, Allah tahu. Dia tahu, sebab Dia melihat Anak-Nya yang Tunggal belajar tentang bagaimana saudara sepupunya Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya. Dia melihat Yesus berduka atas teman-Nya Lazarus. Allah melihat Yesus menangis dengan sangat menderita di Taman Getsemani saat sedang menghadapi kematian paling mengerikan yang pernah ada.
Allah telah mengingatkan saya melalui masa pengasuhan, dan sekali lagi, "Aku akan/dapat mengatasinya." Saya sudah menyaksikan kuasa Allah melalui hidup Rachel dan saya tidak dapat mengukur semua persoalan ini tanpa Juru Selamat saya.
Allah sudah mengatasinya. Dan, saya bersyukur karena Dia melakukannya. (t/Nikos)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christian Parenting |
Alamat situs | : | http://www.christianparenting.org/articles/parenting-childs-depression/ |
Judul asli artikel | : | Parenting Through a Child’s Depression |
Penulis artikel | : | Carrie Varnell |
Tanggal akses | : | 16 Juli 2018 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK