Anak yang lincah adalah wajar, kecuali mereka sakit atau pendiam.
Kebanyakan semua anak nakal-nakal, hati mereka mempunyai keinginan
yang keras untuk mengetahui segala sesuatu dan daya khayal.
Seringkali mereka tidak dapat menahan diri dan sewaktu-waktu mereka
menyatakan keinginannya atau daya khayalnya dengan memakai perkataan
atau gerak- gerik mereka. Pengajar harus memimpin ke aktifitas mereka
secara wajar dan mengembangkan kesanggupan mereka ke arah yang benar,
sehingga berguna. Pengajar sendirilah yang menjadikan dirinya
`contoh` bagi anak-anak.
A. Menerima diri sendiri.
- Apakah saya mengajar secara sia-sia, sembarangan, kurang persiapan,
sehingga tidak dapat memuaskan murid, bahkan murid-murid sudah
kehilangan gairah lagi.
- Apakah saya sering terlambat, melanggar peraturan, sehingga
murid-murid kehilangan ketertiban?
- Apakah saya cukup bertanggung-jawab, berdoa bagi mereka dan
mengajar kasih sayang?
- Apakah karena perkataan atau sikap yang kasar, tidak menjadi
teladan mereka, sehingga kehilangan penghargaan murid?
- Apakah pribadi saya tidak dipercayai murid? Misalnya tidak adil,
tidak jujur, suka mencela orang, meremehkan, membohongi murid-murid
atau perkatan dan perbuatan saya tidak sesuai? Pengajaran dan
kelakuan saya senonoh?
B. Seorang pengajar harus mengerti hati anak-anak:
- Anak yang kehilangan kasih (diagrace) Anak-anak semacam ini merasa
rendah dirinya, kekurangan dan sering dihinakan orang. Misalnya:
- Anak yang berpenyakit.
- Pertumbuhan badannya tidak normal.
- kehilangan ayah dan ibu.
- sangat teraniaya.
- berwajah aneh, terlalu buruk.
Keadaan hati mereka: selalu sedih, terhina, rendah hati, dsb.
Maka sering ia memakai perbuatan-perbuatan yang aneh-aneh atau
mengacau supaya menarik perhatian orang lain, supaya orang
memperhatikan dia. Sehingga dengan demikian pengajar harus
memperhatikan dan bersimpati kepadanya. Jika hal-hal kecil
bisa menyuruhnya untuk membantu sehingga ia merasakan bahwa ia
berguna dan masih ada orang yang memperdulikan dia.
- Anak yang bersifat luar (extern)
Gerak-gerik atau kenakalan anak-anak adalah wajar, bukan sengaja
atau mengacau, melainkan pembawaan sejak lahir. Kita tidak boleh
menindas perkembangan pembawaan ini. Seringkali anak ini senang
membela diri. Kita harus mejelaskan kepada mereka, pada waktu apa
harus diam, waktu apa boleh bergerak, jika dapat dalam waktu-waktu
pengajaran beri mereka kesempatan untuk bergerak. Jangan di muka
kelas menegur, hingga menyebabkan anak itu berbantah-bantah.
(tegur bila perlu, jangan berulang-ulang kali)
- Anak yang kurang ajar. Anak macam ini kebanyakan anak-anak yang
terlantar, tidak terdidik dengan baik oleh karena tidak mempunyai
orang tua, yang dapat mendidik. Ibu mereka kurang bijaksana, tidak
mengalami pendidikan rumah tangga, atau hidup dalam suasana yang
kurang baik, sehingga segala keburukan menjadi kebiasaan-kebiasaan
yang sifatnya kasar. Keadaan hati mereka sangat bebas, sewenang-
wenang dan tidak mengenal peraturan. Menghadapi anak-anak semacam
ini, kita tetap dengan pengasihan dan lemah-lembut menasehati
supaya mereka tahu hal-hal yang mereka tidak mengerti dan memasuki
pengertian; kewajiban moral, supaya berubah dan bertobat. Pengajar
haruslah menjadi pembimbing dan teladan mereka dengan sikap dan
karakter pengajaran yang baik.
- Anak-anak yang sengaja mengacau. Anak-anak semacam ini suka
menguji gurunya, menguji kepandaian, kesabaran, dsb. Maka sikap
pengajar harus teguh, tenang dan bijaksanan menghadapi/menguasai
mereka. Jangan takut, jangan menakut-nakuti atau mengancam
mereka. Jangan menampakkan diri kita tidak dapat berbuat
apa-apa/tidak dapat bertindak pasti akan menyebabkan kita dihina.
Ingatlah bahwa:
- Kita yang akan mau menguasai mereka, bukan sebaliknya.
- Kita adalah pengajar, mereka yang diajar.
- Kita yang memimpin mereka, bukan sebaliknya.
- Anak-anak yang mendadak gelisah (bukan biasanya)
Mungkin karena anak itu sakit, atau perubahan hawa. Keadaan kelas
yang kurang hawa, gelap, ruang sempit atau duduknya tidak teratur.
C. Prinsip untuk mengajar:
- Dengan kesucian dan kasih sebagai motif.
- Dengan pribadi yang baik sebagai teladan.
- Dengan kebijaksanaan sebagai cara menguasai.
Dalam mengajar harus diperhatikan:
- Dengan cara diam-diam menunjukkan segala macam dosa, dan akibatnya
yaitu kejahatan-kejahatan, dan sebagainya.
- Dengan sering-sering bercakap-cakap secara pribadi mengetahui
latar-belakang dan isi hati, kesukaran mereka.
- Dengan mendorong menasehatkan mereka, supaya mereka maju dan
menuntut kesucian.
- Dengan cara jujur memuji kebaikan mereka, dengan kasih menegur
segala kesalahan dan dosa-dosa mereka, karena inilah obat dari pada
kesalahan mereka.
- Jangan dengan mudah menerima pengaduan mereka. Jika ada seseorang
yang mengadu marahilah dia, kemudian menyelidiki sendiri dengan
teliti.
- Boleh mempergunakan anak-anak nakal yang berbakat memimpin untuk
menjaga ketertiban dan mengerjakan sesuatu.
- Harus memberitahukan mereka bahwa keselamatan yang diperolah
dengan cuma-cuma dan untuk mencapai kemenangan harus berkorban.
Masuk ke dalam pintu keselamatan hanya satu kali, menjalani dalam
jalan keselamatan adalah seumur hidup. Hidup bersandar pada
anugrah, kehidupan didasarkan atas kelakuan. Orang Kristen harus
bersandar pada Kristus, setelah diselamatkan seumur hidup mengikut
Tuhan dan berjalan dalam jalan yang suci sambil memikul salib.
D. Menguasai dengan keadilan dan kasih (harus seimbang)
Keteguhan dari kuasa dan kedudukan seseorang tergantung dari
pengaduan tingkat keadilan dan kasihnya. Seseorang yang tidak adil
dalam pekerjaannnya selamanya tidak mungkin dihormati orang.
Seseorang yang tidak mempunyai kasih dalam ajarannya maka
pelayanannya tidak akan berhasil. Keadilan adalah pengenalan yang
dalam terhadap dosa, kasih adalah pengakuan yang luas bagi orang yang
berdosa. Kedua hal ini harus berpadu pada satu oknum dan perpaduan
ini menentukan besar/kecilnya kuasa seseorang. Allah dengan dasar
keadilan dan kasihnya, menguasai semesta alam ini. 2Petrus 1:14 ...
ada bagian di dalam sifat Ilahi. Melakukan pekerjaan yang suci harus
memakai kuasa ini. Kita adalah wakil Allah dan setiap pekerjaan dan
perbuatan yang kita lakukan adalah pesan dari Allah. Kesejahteraan
berbuat dengan kasih dan keadilan akan menentukan berhasilnya atau
gagalnya seorang hamba Tuhan. Kasih dan keadilan Allah telah berpadu
di atas salib. Perkataan Yesus yang pertama di atas kayu salib
menyatakan kasih Allah. Perkataan Yesus yang keempat di atas kayu
salib menyatakan keadilan Allah yang dalam, dan menyatakan kasihNya
yang dalam pula kepada manusia. 1Korintus 4:20 Karena kerajaan Allah
itu bukannya berujud atas perkataan, melainkan atas kuasa.
Ayat 21-- rotan: keadilan, hati yang lembut, kasih.
Kekerasan dan kasih adalah prinsip dari pekerjaan pengajar. Jika
hanya memberatkan kasih dan meringankan keadilan maka kasih akan
berlebih-lebihan dan tidak berharga. Jika memberatkan keadilan dan
meringankan kasih maka keadilan menjadi kekejaman, dan tidak berguna.
Jika anak-anak mengasihi dan juga takut kepada kita, berarti bahwa
kita menjadi pengajar yang sukses.
E. Fungsi kelebihan yang tidak seimbang:
- Jangan terlalu mengasihi.
- Terhadap anak yang baru, jangan cepat-cepat menyatakan kasih.
- Terhadap anak yang sudah diperingatkan jangan terlalu kasih.
- Terhadap anak yang perbuatannya disengaja dan melampui batas
sehingga mempengaruhi anak.
- Terhadap anak yang sikapnya merusak, menghujat kebenaran.
- Terhadap anak yang mencobai pengajar.
- Akibat terlalu mengasihi.
- Anak mengira mempunyai kebaikan sehingga layak untuk dikasihi.
Hal ini menyebabkan ia sangat memperhatikan kebaikannya,
menjadi sombong dan tidak mengetahui kesalahannya.
- Anak menganggap guru mempunyai maksud apa-apa yang lain.
- anak akan mengira bahwa kebenaran adalah terlalu biasa, kemudian
di dalam hati timbul keragu-raguan.
- Anak mengira guru takut kepadanya.
- Jangan Terlalu keras.
- Terhadap anak yang bersalah dengan tidak sengaja.
- Terhadap anak yang merasa rendah diri.
- Terhadap anak yang belum mengerti kesalahannya dan tidak sering
bersalah.
- Akibat terlalu keras.
- Anak mengira semua perbuatannya salah, tidak berpengharapan
tidak percaya pada diri sendiri.
- Anak menjadi bosan ke Sekolah Minggu, bosan juga akan Firman
Tuhan.
- Anak itu menjadi terlalu diam, pasif dan penakut.
- Anak-anak akam menjadi nakal, bahkan semakin nakal.