Jenis Bahan PEPAK: Artikel
Sekolah Minggu dalam merayakan Natal sering mementaskan kisah kelahiran Tuhan Yesus. Ada yang disajikan dalam bentuk sandiwara, ada yang dalam bentuk gerak dan lagu. Bagi anak-anak yang saat itu baru pertama kalinya datang ke gereja karena diajak temannya, mata acara ini sangat menarik. Tetapi bagi mereka yang sudah bertahun-tahun menjadi anak Sekolah Minggu, mereka kurang memperhatikannya karena sudah hafal jalan ceritanya. Solusinya? Bagaimana bila kisah itu disajikan dalam bentuk baru yang belum pernah mereka lihat? Misalnya, operet – opera kecil – di mana semua narasi dan dialoknya dinyanyikan dengan iringan musik.
Operet
adalah opera kecil. Opera adalah bentuk drama panggung yang seluruhnya atau sebagian dialoknya dinyanyikan dengan iringan musik. Dalam filem, lebih dikenal dengan nama drama musikal. Dengan operet, cerita tentang kelahiran Tuhan Yesus menjadi menarik bagi anak-anak karena disajikan dalam sebuah bentuk baru, di mana dialok tidak diucapkan tetapi dinyanyikan, tidak seperti yang biasa mereka lihat setiap tahun.
Tetapi operet kurang diminati oleh “penyelenggara” karena diperlukan wireless mike untuk setiap pemain yang muncul di panggung. Tanpa alat ini suara mereka tidak bisa didengar oleh penonton. Sayangnya, alat ini mahal harganya. Belum lagi sound mixer-nya.
Untuk menyiasati bisa mempergunakan play back. Semua lagu direkam terlebih dahulu. Para penyanyinya adalah anak-anak yang bersuara bagus walaupun mereka (mungkin) nanti tidak naik ke panggung menjadi pemain operet. Para penyanyi ini tidak perlu menghafal lagu, karena waktu rekaman mereka bisa melihat catatan lagu.
Kaset rekaman ini kemudian dipergunakan untuk latihan para pemainnya. Para pemain harus hafal lagu-lagunya karena nanti di panggung gerak bibir mereka harus sama dengan suara dari rekaman. Kelemahan cara ini adalah apabila di tengah pentas mendadak listrik mati. Untuk berjaga-jaga, tidak ada ruginya menyediakan alat musik berupa gitar, melodika, galon air mineral untuk drum, botol aqua yang diisi kerikil dan “penyanyi di bawah panggung.”
Lagu-lagu
dalam operet ini semuanya adalah karangan saya. Karena lagu-lagu ini Tuhan yang beri dengan gratis, saya tidak menjualnya. Anda boleh merubah, memotong, menambahi melodi atau pun syairnya sesuai kebutuhan Anda, tanpa memberitahu saya. Asalkan semuanya demi menyampaikan Kabar Baik bagi anak-anak dan tidak untuk diperdagangkan.
Kostum
Untuk menekan biaya, dan juga “membumikan” para tokoh operet ini, sebaiknya dipergunakan kostum jaman sekarang. Kecuali beberapa tokoh, yaitu Yusup dan Maria tetap berjubah. Malaikat tetap pakai sayap. Bila mengenakan pakaian daerah bisa mengaitkan selendang panjang dari ujung jari sampai ke pundak sebagai ganti sayap.
Jumlah pemain
yang ditulis dalam naskah ini adalah jumlah minimum. Bisa ditambah. Misalnya, domba yang seharusnya tidak ada, bisa diadakan apabila ingin melibatkan anak-anak PG/TK. Juga malaikat, untuk mengakomodasi mereka yang ingin tampil tapi tak kebagian peran. Perlu diingat jumlah malaikat waktu mengunjungi Maria hanya satu.
Blocking
Aturan dasar “blocking” pemain di panggung yang perlu diperhatikan adalah jangan ada pemain membelakangi penonton lebih dari 5 detik.
Koor
yang dimaksud dalam operet ini adalah para guru Sekolah Minggu dan pemain yang sedang tidak di atas panggung.
Bagian 1 : Pendahuluan
Panggung : ANAK berdiri di tengah, menatap pintu masuk ruang pertunjukan.
Musik : memainkan intro lagu “01. Ayo cepat” bait-1 sementara semua pemain berbaris masuk dari pintu masuk ruang pertunjukan. Mereka mengusung perlengkapan kostum berjalan di antara penonton menuju panggung sambil bernyanyi dan menari.
Gerak : Ketika rombongan tiba di atas panggung, dan ketua rombongan sibuk membagi kostum, ANAK mendekat dan bertanya dengan menyanyikan lagu “02. Ajaklah aku” dua kali.
Gerak : Kepala rombongan (dimainkan oleh pemeran TENTARA) menyanyikan lagu “01A. Ayo cepat” bait-2. Pada kalimat “Minggir kamu jangan ganggu kami” ia mendorong ANAK ke samping. Pada kalimat “Kamu sini, kamu jadi bintang” ia melambaikan tangan memanggil pemeran BINTANG dan memberikan mahkota dengan lampu kecil yang berkedip-kedip (menggunakan tenaga baterai).
Lagu “01A. Ayo cepat” bait-3 dinyanyikan rombongan bersama-sama sambil turun panggung, kecuali BINTANG dan ANAK.
Gerak : ANAK mendekati BINTANG sambil menyanyikan lagu “03. Hai bintang di langit”.
Bagian 2 : Yusup dan Maria
Gerak : BINTANG menjawab dengan menyanyi lagu “04. Dahulu di sebuah negri” (2 kali) sementara YUSUP dan MARIA masuk ke panggung memperagakan syair lagu itu.
Gerak : BINTANG, ANAK dan YUSUP turun dari panggung. MARIA tetap di panggung melakukan pekerjaannya. MALAIKAT-1 naik ke panggung, berkata kepada MARIA dengan lagu “05. Berita untuk Maria”.
KOOR menyanyikan Refrain, mengiringi MALAIKAT keluar panggung. MARIA tetap tinggal di panggung. Kemudian musik memainkan intro lagu “06. Aku beternak” mengiringi PEKERJA2 masuk panggung bergabung dengan MARIA. Lagu ini dinyanyikan 2 kali oleh PEKERJA2 dengan bersahutan. Kemudian KOOR menyanyikan lagu “07. Hidup yang tentram”.
Setelah lagu di atas dinyanyikan 2 kali, musik masuk ke intro “08. Ini printah,” lambat, dengan pukulan drum (bisa mempergunakan botol galon air mineral) satu-satu, mengiringi TENTARA (pakai baju loreng, bedil mainan, helm) masuk panggung.
PEKERJA2 & MARIA : keluar panggung.
Catatan kaki:
1* Lagu “Hai bintang di langit” syair baris pertamanya semula berbunyi “Hai bintang timur yang cemerlang”. Di beberapa tempat kata “bintang timur” tidak bisa diterima karena anak-anak bisa berpikir tentang Lucifer.
2* Pernah seorang pendeta tidak setuju bila sebuah bintang bisa bercerita sehingga saya harus membuat sebuah revisi khusus untuk pementasan di gerejanya. Bila hal yang sama terjadi di gereja Anda, peran Bintang pada bagian ini bisa diganti dengan Ibunda atau Pendeta. Peran Bintang akan muncul kembali pada akhir cerita ketika Orang Majus datang.
3* Sebaiknya Anda memasukkan unsur melodi daerah seperti yang saya coba pada lagu “06. Aku beternak” di mana nuansa musik Tapanuli disisipkan. Bila Anda melakukannya, mohon dibagikan di Sabda Space.
4* Para anggota Sabda Space dimohon memberikan masukan yang pasti bermanfaat untuk para pengguna naskah ini. Terima kasih sebelumnya.
- Login to post comments
- Printer-friendly version
Comments
Sekolah Minggu, bertentangan dengan nama, yang hampir tidak pernah diakui lembaga pendidikan; alih-alih menawarkan nilai atau transkrip resmi, Minggu sekolah hanya mencoba untuk memberikan instruksi yang bermakna mengenai doktrin Kristen dan sedikit atau tidak menyimpan catatan kinerja untuk setiap minggu. Penonton sering dilacak sebagai sarana untuk mendorong anak-anak untuk menghadiri secara teratur, dan penghargaan yang sering diberikan untuk mencapai tonggak kehadiran.
Sekolah Minggu sering mengambil bentuk satu jam atau lebih lama studi Alkitab yang dapat terjadi sebelum watches, selama, atau setelah pelayanan gereja. Sementara banyak sekolah Minggu difokuskan pada penyediaan instruksi bagi anak-anak (terutama yang terjadi saat perbaikan kali), kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa juga sedang populer dan meluas (lihat RCIA.) Dalam beberapa tradisi, Sekolah Minggu terlalu kuat terkait dengan anak-anak dan syarat-syarat alternatif seperti sebagai "Dewasa Electives" digunakan bukannya "Sekolah Minggu Dewasa". Beberapa gereja hanya menjalankan sekolah Minggu untuk anak-anak bersamaan dengan kebaktian dewasa. Dalam kasus ini biasanya tidak ada Sekolah Minggu dewasa.