Menjelaskan Makna Sengsara dan Wafat Yesus kepada Anak

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Kadang, orang dewasa berpikir bahwa anak masih sangat sulit untuk menerima konsep penderitaan dan kematian Kristus. Pikiran seperti ini akan membuat anak tidak dapat memaknai sejak dini anugerah keselamatan yang Tuhan Yesus berikan kepada mereka melalui kematian-Nya. Bagaimanapun, anak-anak harus dibawa untuk memahami dan memaknai dengan benar arti penderitaan dan kematian Kristus. Dengan demikian, mereka dapat melihat betapa berharga hidup mereka sehingga sejak dini mereka membuka hati untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat.

Berikut ini adalah penjelasan-penjelasan yang dapat Anda berikan kepada anak-anak seputar sengsara dan wafatnya Yesus. Penjelasan ini memakai gaya bahasa yang sederhana sehingga dapat menolong orang dewasa menjelaskan dengan baik pula kepada anak. Penjelasan ini juga dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dilontarkan oleh anak-anak kepada Anda.

Pertanyaan: Mengapa Yesus Harus Wafat di Kayu Salib?

Adik-adik yang baik, Yesus harus wafat di kayu salib untuk menghapus dosa-dosa manusia, termasuk dosa adik-adik. Meski tidak berdosa, Yesus rela diperlakukan seperti seorang pendosa agar kita semua diselamatkan. Yesus mengalami penderitaan yang mengerikan di atas salib. Ketika Ia berbicara tentang hal ini, baik sebelum maupun sesudahnya, Ia selalu mengatakan bahwa Ia harus melakukannya. Namun demikian, mengapa Ia harus menderita?

Adik-adik masih ingat ketika Yesus dibaptis Yohanes di Sungai Yordan? Yohanes memberi kesaksian: "Lihatlah, inilah Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa-dosa dunia." Apakah yang ia maksudkan? Yesus harus wafat di kayu salib untuk menghapus dosa-dosa manusia.

Adik-adik tentu masih ingat bahwa dosa menyebabkan manusia menderita dan bahkan mati. Yesus harus wafat agar Ia dapat mengalahkan kematian. Dengan kematian-Nya, Yesus masuk ke alam maut untuk mengalahkan kematian. Inilah alasan mengapa Yesus harus wafat di kayu salib.

Pertanyaan: Mengapa Yesus Disiksa?

Yesus didera untuk menebus dosa-dosa manusia, termasuk adik-adik. Ketika dihadapkan pada Pilatus, Pilatus tidak menemukan satu kesalahan pun yang pernah dilakukan oleh Yesus. Pilatus berniat membebaskan Yesus dari tuduhan orang-orang Yahudi. Akan tetapi, orang-orang Yahudi terus menuntut agar Yesus dihukum mati dengan cara disalibkan.

Pilatus menjadi bingung bagaimana caranya agar Yesus dapat dibebaskan. Kemudian, Pilatus menyuruh prajurit-prajurit menyiksa Yesus. Yesus diseret ke belakang dan kemudian dicambuki. Tahukah adik-adik bahwa cambuk yang dipakai untuk mendera Yesus itu sangatlah kejam? Cambuk itu bukan hanya terbuat dari kulit keras, tetapi pada ujungnya diberi bola besi yang bergerigi. Dengan demikian, cambuk itu menimbulkan luka memar yang sangat mengerikan.

Adik-adik tentu tidak akan tega membayangkan bagaimana Yesus disiksa. Tubuh-Nya penuh dengan luka yang berdarah. Yesus tidak tampan lagi. Tubuh-Nya yang kudus kini telah hancur oleh siksaan prajurit-prajurit bengis. Namun, mengapa Ia disiksa dengan demikian kejam? Yesus menjalani semuanya itu untuk kita. Seharusnya, kitalah yang disiksa. Yesus menggantikan tempat kita. Ia melakukan semuanya itu karena mencintai kita. Ia mau taat menjalankan kehendak Bapa di surga. Bagaimana tanggapanmu tentang semuanya ini?

Pertanyaan: Mengapa Yesus Dimahkotai Duri?

Adik-adik, Yesus rela dihina dengan dimahkotai duri karena Ia mencintai semua manusia, termasuk adik-adik.

Setelah menyiksa Yesus, prajurit-prajurit mengenakan Yesus jubah berwarna ungu. Kemudian, mereka menganyam mahkota duri dan mengenakannya pada kepala Yesus. Yesus meninggalkan kemuliaan-Nya di surga dan menjadi manusia hina. Ia seharusnya memakai mahkota yang sangat indah karena Ia adalah Putra Allah. Tetapi, ia memakai mahkota duri. Seakan-akan mereka mau mengatakan: "Yesus, Engkau mengaku sebagai raja. Rasakanlah mahkota duri ini! Masihkah Engkau berani mengaku sebagai raja?" Mahkota duri adalah lambang penghinaan.

Yesus menjalani semuanya itu untuk kita. Seharusnya, kitalah yang dihina dengan sedemikian keji. Akan tetapi, Yesus menggantikan tempat kita. Ia melakukan semuanya itu karena mencintai kita. Ia mau taat menjalankan kehendak Bapa di surga. Bagaimana tanggapanmu tentang

semuanya ini?

Pertanyaan: Apakah Yesus Takut Mati di Kayu Salib?

Adik-adik yang baik, tentu saja Yesus merasa takut mati di kayu salib. Bahkan, Yesus merasa sangat ketakutan. Akan tetapi, Yesus tetap taat kepada kehendak Bapa, meski harus menderita dan wafat di kayu salib.

Manusia mana yang tidak takut pada kematian? Bagi manusia, kematian adalah sesuatu yang mengerikan. Banyak orang yang takut pada kematian. Yesus pun demikian. Sebelum ditangkap, Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Yesus membawa serta Petrus, Yakobus, dan Yohanes, Ia memohon peneguhan dari Bapa-Nya. Yesus tahu apa yang akan menimpa diri-Nya. Ia akan disiksa, dicambuki, dimahkotai duri, memikul salib yang sangat berat, diolok-olok dan diludahi oleh banyak orang, dan akhirnya Ia harus mati di kayu salib seperti seorang penjahat.

Karena itu, Ia sangat ketakutan. Ia akan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya. Akan tetapi, Yesus sadar bahwa inilah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Inilah kehendak Bapa atas diri-Nya. Oleh karena itu, Yesus berkata kepada Bapa: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42)

Meski takut terhadap siksaan salib dan kematian-Nya, Yesus tetap harus menjalaninya. Ia taat kepada Bapa-Nya, meski sampai harus wafat di kayu salib yang keji. Ketaatan Yesus inilah yang mendatangkan sukacita keselamatan bagi dunia. Paulus berkata, "Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar." (Roma 5:19)

Pertanyaan: Mengapa Yesus Berteriak "Sudah Selesai" Ketika Ia Akan Wafat?

Adik-adik, Yesus berteriak "Sudah selesai" ketika akan wafat karena Yesus mau mengatakan bahwa Ia telah menyelesaikan tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya. Yesus telah menjalankan penderitaan salib. Yesus merasa bahwa segala sesuatu yang dikehendaki Bapa atas diri-Nya sudah Ia lakukan dengan sempurna. Meski takut dan amat menderita, Yesus pun akhirnya rela menghadapi siksaan salib. Ia takut kepada kehendak Bapa. Ia telah menyelesaikan tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya. Inilah saatnya untuk mengakhiri semuanya. Dengan sisa tenaga yang ada, Yesus menengadah ke langit dan berseru "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30) Sesudah itu, Ia menundukkan kepala dan kemudian wafat.

"Sudah selesai" berarti Yesus telah selesai melaksanakan tugas-Nya. Ia telah menyerahkan segala-galanya kepada Bapa. Ketaatan inilah yang mendatangkan keselamatan kepada kita. Karena itu, kita semua patut bersyukur kepada Yesus karena Ia rela melakukan semuanya itu untuk kita. Sebenarnya, kitalah yang patut dihukum.

Akan tetapi, Yesus mengambil tempat kita dan menggantikan kita sebagai orang hukuman. Tidaklah cukup bagi kita hanya bersyukur untuk hal ini. Yesus menghendaki agar kita mau bertobat dan terus memperbaiki diri. Yesus ingin agar kita semua menjadi murid-murid-Nya. Yesus telah menyelesaikan karya keselamatan dunia dan Ia memberikan rahmat kehidupan kepada dunia. Apakah adik-adik mau menerima rahmat ini?

Pertanyaan: Apa yang Terjadi Ketika Yesus Wafat?

Adik-adik, ketika Yesus wafat, ada banyak peristiwa luar biasa yang terjadi di seluruh Yerusalem, antara lain tabir Bait Suci terbelah menjadi dua, gempa bumi yang hebat, dan langit menjadi gelap.

Ketika Yesus wafat, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat luar biasa. Tabir Bait Suci terbelah menjadi dua dari atas sampai ke bawah. Selain itu, terjadi gempa bumi yang hebat dan bukit-bukit batu terbelah. Langit menjadi sangat gelap. Suasana menjadi sangat mencekam (Matius 27:45-56; Markus 15:42-47; Lukas 23:50-56; dan Yohanes 19:38-42).

Apa yang dimaksud dengan tabir Bait Suci? Adik-adik perlu mengetahui bahwa Bait Suci itu terbagi atas beberapa ruangan. Ruangan yang paling penting adalah ruangan mahakudus. Ruangan ini terletak di bagian paling dalam Bait Suci. Hanya imam yang bertugas yang diperbolehkan masuk ke dalam ruangan ini. Sedangkan umat laki-laki hanya diperbolehkan masuk sampai ke ruangan kudus, yaitu ruangan yang berbatasan langsung dengan ruangan mahakudus. Antara ruangan mahakudus dan ruangan kudus terdapat suatu kain panjang (tabir).

Nah, tabir inilah yang terbelah menjadi dua ketika Yesus wafat.

Terbelahnya tabir ini menggambarkan bahwa Allah telah berdamai dengan manusia. Allah sungguh dekat dengan manusia.

Peristiwa yang menyertai wafat Yesus sungguh dahsyat. Kepala pasukan berkata, "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." Injil Lukas menambahkan bahwa orang banyak yang semula menonton peristiwa penyaliban Yesus, pulang sambil memukul-mukul diri (Lukas 23:48). Tindakan memukul-mukul diri adalah tindakan penyesalan. Bukankah dahsyat peristiwa ini?

Pertanyaan: Mengapa Yesus Tidak Langsung Bangkit?

Adik-adik, Yesus tidak langsung bangkit setelah wafat karena Yesus ingin turut merasakan gelapnya makam seperti semua manusia. Adik-adik sudah tahu bahwa Yesus harus dimakamkan sebelum Ia bangkit dari kematian. Tahukah adik-adik bahwa makam orang-orang Yahudi itu berbeda dengan makam orang-orang Indonesia pada umumnya? Bangsa kita akan menggali tanah untuk menguburkan orang yang sudah meninggal dunia. Orang-orang Yahudi berbeda dalam memakamkan orang yang sudah meninggal. Mereka akan membuat semacam gua. Jenazah dimasukkan ke dalam gua dan kemudian batu besar digulingkan untuk menutup mulut makam. Yesus dimakamkan di dalam makam yang demikian. Mengapa Ia tidak langsung bangkit saja? Mengapa Ia harus merasakan gelapnya makam? Yesus ingin menjadi sama dengan manusia. Meski Allah, Yesus ingin merasakan gelapnya makam. Semua manusia akan mati dan dimakamkan. Inilah nasib manusia yang tidak mungkin dihindari. Tidak ada seorang manusia pun yang tidak mati. Yesus turun ke dunia dan menjadi manusia. Akhirnya, Yesus pun meninggal dunia dan dimakamkan seperti manusia pada umumnya. Ia pun turut merasakan nasib manusia, yaitu merasakan gelapnya makam.

Akan tetapi, Yesus adalah Allah. Ia tidak akan lama di dalam makam. Yesus pernah bersabda, "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (Lukas 9:22) Yesus tidak akan lama di dalam makam. Ia akan bangkit seperti yang pernah dikatakan-Nya

.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : 100 Tanya Jawab tentang Yesus
Penulis : Daniel Robby
Penerbit : Visimedia, Tangerang 2006
Halaman : 44, 49, 56, 57, 67, dan 69

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen