Ciri-ciri yang menonjol pada anak Madya adalah keberanian, keinginan
mencari pengalaman baru, memuja pahlawan, senang mengumpulkan atau
mengoleksi benda-benda tertentu, haus buku bacaan dan senang
berkelompok dengan teman-teman yang sejenis. Berikut ini kita akan
membahas ciri khasnya secara jasmani, mental, emosi, sosial dan
rohani serta penerapan praktisnya dalam mengajar Sekolah Minggu.
A. Ciri Khas Secara Jasmani
Pada umumnya keadaan kesehatan cukup baik, tidak mudah terserang
penyakit karena daya tahan tubuh semakin kuat, dan memiliki
selera makan yang cukup besar. Ini adalah saat yang tepat bila
Sekolah Minggu mengadakan berbagai kegiatan outdoor, seperti:
camp, berkemah, atau piknik ke luar kota. Hanya pastikan bahwa
ada Tim Kesehatan dan Tim Konsumsi yang mendampingi rombongan
saat bepergian. Biasanya pada usia ini anak-anak telah diijinkan
pergi menginap satu atau dua hari dengan pengawasan orang dewasa.
Pada umumnya mereka cukup aktif dan penuh semangat, serta senang
melakukan kegiatan yang sulit dan bersifat menantang. Tapi, ada
beberapa perbedaan perilaku antara anak laki-laki dan perempuan.
Pada saat bermain, anak laki-laki lebih kasar daripada anak
perempuan. Mereka suka melompat atau berlari sambil
berteriak-teriak, sedangkan anak perempuan suka berbisik-bisik dan tertawa
cekikikan bersama.
Pada usia ini pertumbuhan fisik dan psikologis anak perempuan
pada umumnya lebih cepat daripada anak laki-laki. Selain terlihat
memiliki badan yang lebih besar, anak perempuan juga terlihat
"lebih dewasa". Tidak jarang anak perempuan pada usia ini
menganggap teman laki-laki sebayanya bersifat kekanak-kanakan, dan
sebagian dari mereka sudah mulai timbul ketertarikan pada lawan
jenis, khususnya yang lebih tua karena dianggap lebih dewasa.
B. Ciri Khas Secara Mental
Suka mengoleksi benda-benda seperti perangko, gambar, stiker, dan
benda-benda kecil lainnya. Arahkanlah mereka untuk memiliki hobi
yang baik, misalnya menghargai karya seni, membaca buku, dll.
Daya kreativitas mereka tinggi. Berikanlah aktivitas belajar yang
bersifat kreatif, misalnya penyelidikan Alkitab, cerdas tangkas,
diskusi, dsb.
Mulai bisa berfikir secara logis. Kini mereka tidak terlalu suka
berkhayal (berimaginasi) melainkan bersikap lebih konkret. Untuk
itu dalam mengajar gunakan metode yang dapat merangsang pikiran
mereka.
Memiliki daya ingat yang tajam dan baik. Mereka dapat menghafal
nama-nama tokoh maupun tempat yang terdapat dalam Alkitab. Mereka
juga dapat menghafal ayat-ayat Alkitab dengan baik. Sayangnya,
mereka cepat bosan bila mendengarkan cerita yang sama atau diulang-
ulang. Oleh karena itu, guru harus kreatif dalam menyampaikan
Firman Tuhan, ajak mereka berpartisipasi supaya tidak bosan.
Dapat membaca dengan baik dan pada umumnya anak-anak usia 9-11
tahun haus serta gemar akan berbagai bacaan. Inilah saat yang
paling tepat untuk memberikan berbagai jenis buku umum maupun
rohani yang baik kepada mereka, misalnya Alkitab yang bergambar
atau yang dirancang khusus untuk anak-anak, cerita tokoh Alkitab,
cerita-cerita teladan, dll.
Pada usia ini ketrampilan seorang anak, perbedaan, kekuatan,
serta kelemahan pribadinya mulai terlihat jelas. Ia, sebagaimana
orang dewasa, sadar akan hal ini. Anak yang berlaku aneh akan
dikucilkan teman-teman sekelompoknya. Guru harus peka terhadap
keberadaan setiap anak, bantulah mereka untuk meningkatkan
kelebihan-kelebihan yang ada. Sebaliknya bantu juga anak untuk
menerima kelemahannya tetapi tetap diterima dan dikasihi
sebagaimana mereka adanya.
C. Ciri Khas Secara Emosi
Suka humor. Pada saat mengajar sertakan humor-humor ringan, tapi
jangan sampai keterusan (harus terkendali), karena biasanya mereka
cenderung menimpali dan mengembangkan humor anda sehingga suasana
menjadi tidak tertib.
Kadang-kadang memiliki perasaan yang tersembunyi, namun karena
mereka sudah bisa mengendalikan diri (dan menutup-nutupi), mereka
bisa berpura-pura seolah tidak ada masalah yang mengganggu diri
mereka. Untuk tipe anak yang agresif, perilaku memberontak mereka
dapat dengan mudah diketahui dan karenanya mereka cenderung
dianggap sebagai anak yang sulit/nakal. Padahal, tidak sedikit
anak yang pendiam ternyata menyimpan masalah yang lebih serius
dibanding anak yang agresif tsb. Oleh karena itu, berikanlah
perhatian yang cukup pada masing-masing anak dan ajaklah mereka
untuk terbuka terhadap Tuhan.
D. Ciri Khas Secara Sosial
Anak-anak Madya lebih suka bergaul dengan teman sebayanya
dibanding dengan orang tua maupun gurunya. Meski demikian, guru
sekolah, guru Sekolah Minggu, dan pemimpin perkumpulannya adalah
orang-orang yang dianggapnya penting dan dihormati.
Suka bergaul dengan teman sejenis dan ada kecenderungan untuk
"anti" dengan lawan jenis (mis.: tidak mau duduk berdampingan).
Untuk itu sewaktu mengadakan diskusi, permainan, atau aktivitas
kelompok, bagilah menjadi kelompok putra dan kelompok putri.
Setia pada kelompoknya dan menganggap kelompoknya sebagai sesuatu
yang istimewa. Bagi anak-anak usia 9-11 tahun, pendapat dan sikap
kelompoknya terhadap segala sesuatu amat penting. Mereka juga
kadang bersikap seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang
misterius dan terlarang bersama dengan anggota-anggota kelompoknya
(padahal sebenarnya tidak, mereka hanya sedang mengekspresikan
rasa bangga terhadap kelompoknya).
Untuk itu, penting sekali bagi Guru untuk menciptakan semangat
persatuan dan kesatuan di dalam kelasnya, bila perlu lakukan
berbagai aktivitas yang "misterius". Misalnya: membuat rencana
rahasia untuk mengunjugi para pendeta saat hari Natal, atau
berpura-pura menjadi sekelompok detektif yang sedang melakukan
penelitian sosial (mengerjakan kliping mengenai kondisi anak
terlantar, anak jalanan, atau anak yatim piatu) kemudian
bersama-sama merencanakan pelayanan sosial bagi anak-anak tsb.
Semangat berkompetisi pada anak usia 9-11 tahun tinggi sekali.
Pada waktu bertanding, mereka seringkali memperlihatkan interaksi
yang bersifat negatif, seperti melontarkan komentar yang bernada
permusuhan, berbuat curang, dan berusaha untuk menghalangi atau
mendominasi satu sama lain. Dalam taraf tertentu hal ini wajar,
namun guru harus dapat menetralisir kalau kompetisi itu menjadi
sangat agresif, yaitu dengan memberi pengertian dan peringatan.
Suka bergurau, termasuk mungkin menertawakan orang lain. Untuk
itu arahkan mereka pada gurauan yang sehat, dan yang tidak melukai
atau menyinggung perasaan orang lain.
E. Ciri Khas Secara Rohani
Sudah mulai memahami konsep keselamatan. Masa ini merupakan masa
yang baik untuk mempersiapkan anak menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat, sebelum mereka memasuki masa remaja yang
bergejolak. Untuk itu ajaklah mereka berbicara tentang keselamatan
dengan serius.
Memuja tokoh-tokoh pahlawan. Karena itu cerita Alkitab tentang
kepahlawanan seperti Daud, Daniel, Debora, dsb. akan menarik
perhatian mereka. Tapi, perlu diingat juga bahwa berbagai tokoh
komik, film, atau para penyanyi dan bintang film juga bisa menjadi
tokoh idola mereka. Guru perlu memperluas wawasannya sendiri
terhadap berbagai buku atau film yang digemari anak-anak di
lingkungannya.
Masa ini merupakan masa untuk membentuk kebiasaan yang baik pada
mereka, seperti membaca dan menggali Alkitab, berdoa, melakukan
saat teduh, serta bersaksi.
Dapat menerima pengajaran Alkitab yang agak mendalam. Ajarlah
anak dengan memberikan contoh pengalaman hidup yang nyata dan
ajarlah mereka mengaplikasikannya dalam pengalaman hidup pribadi.
Memperhatikan keselamatan jiwa orang lain. Untuk itu doronglah
mereka membawa keluarga dan teman-teman untuk percaya kepada
Tuhan. Untuk itu berikan sedikit ketrampilan praktis bagaimana
bersaksi tentang kasih Tuhan kepada orang lain.
Keadilan dan kasih sayang merupakan dua hal yang sangat ampuh
untuk memenangkan hati anak-anak usia 9-11 tahun ini. Mereka
sangat kagum dengan orang-orang yang memiliki prinsip hidup yang
tegas yang dapat membimbing mereka ke dalam kebenaran.
Demikian ciri khas anak Madya secara jasmani, mental, emosi, sosial
dan rohani serta beberapa penerapan praktisnya. Kiranya hal ini
dapat menolong anda untuk mengenal dan mengajar anak Madya.