Saya telah menjadi bagian dari Gereja Southern Baptist selama hampir lima belas tahun. Suami saya dan saya memiliki gelar dari seminari Southern Baptist. Saya melayani sebagai seorang staf di gereja Southern Baptist. Seperti banyak anggota Southern Baptist lain, saya berduka. Dalam beberapa tahun terakhir, kami mendengar, dengan keseringan yang mengerikan, laporan-laporan pelecehan di tangan orang-orang yang dipanggil untuk menggembalakan seperti Kristus. Kami mengetahui tentang para pemimpin yang mengabaikan permohonan untuk tindakan disiplin secara berulangkali. Kami mengetahui tentang hal-hal yang ditutupi dan pengkhianatan. Dan hati kami hancur.
Saya juga membesarkan empat anak laki-laki di dalam sebuah gereja Southern Baptist, jadi saya juga merasa bertanggung jawab dalam hal ini. Saat saya menghabiskan waktu membaca laporan, berduka atas apa yang sudah saya ketahui dan marah tentang hal serupa yang baru terungkap, hati saya beralih kepada anak-anak saya.
Telah banyak yang dikatakan (dan akan terus menerus dikatakan) tentang apa yang mewabah di gereja. Tapi, pertanyaan yang terus saya pertanyakan adalah, bagaimana kita bisa memberantas masalah-masalah tersebut sampai ke akarnya? Bagaimana kita bisa membangun sebuah budaya keamanan, kepedulian, dan nilai untuk terus maju? Tidak ada jawaban yang mudah. Tapi, sebagai orang tua, kita dapat memulai dengan mempertimbangkan apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita.
Saya tidak tahu apakah anak-anak laki-laki saya akan tumbuh menjadi pendeta. Saya tidak tahu apakah mereka akan menikahi wanita yang terpanggil dalam penginjilan. Tetapi, saya berharap mereka akan tumbuh menjadi pendeta. Dan sebagai anggota Southern Baptist, saya tahu bahwa para pria dan wanita yang setia di gereja inilah yang telah menjaga ortodoksi di dalam gereja sejak awal lahirnya kami.
Banyak hal yang harus dipelajari baik dari kehidupan sebagai seorang Southern Baptist dan penginjilan yang lebih luas, namun berikut ini tiga kebenaran yang suami saya dan saya ajarkan kepada anak laki-laki kami.
Perempuan Itu Berharga
Ini mungkin terlihat jelas. Tapi, pikirkan tentang hal-hal yang sangat Anda hargai pada suatu waktu. Saya menghargai anak-anak saya, jadi saya merawat mereka. Saya menghargai hubungan-hubungan saya, sehingga saya bekerja keras untuk menjaga dan mempereratnya. Saya menghargai rumah saya, sehingga saya tidak membiarkannya berantakan. Saya menghargai pekerjaan saya, sehingga saya datang tepat waktu dan bekerja dengan integritas.
Ketika kita menghargai sesuatu, kita akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan perlindungan dan perawatannya. Kita bisa saja mengatakan dengan bibir kita kalau kita menghargai perempuan. Tetapi, seperti apa yang telah kita lihat dalam beberapa minggu ke belakang, tindakan kita bisa saja bertentangan dengan apa yang kita ucapkan. Tentu saja, ada banyak cara bagi orang tua untuk mengajar anak laki-lakinya dalam menghargai perempuan. Kita melindungi matanya dari pornografi. Ketika ia mendorong seorang anak perempuan di arena bermain, kita memberitahunya kalau kedua tangannya ditujukan untuk melindungi, bukan melukai. Kita mengajarnya untuk menahan lidahnya dan menggunakan kata-kata yang baik.
Tapi, kita juga mengajarkan seorang anak laki-laki untuk menghargai perempuan dengan bagaimana kita mendukung perempuan. Ketika ibu atau saudarinya mendapat kesempatan untuk menggunakan bakatnya, kita memujinya untuk itu. Ketika seorang anak perempuan di kelasnya mengalahkan ia di dalam sesuatu, kita merayakan kerja kerasnya. Ketika ia melihat seorang anak perempuan di gereja, kita mengajarinya bagaimana cara untuk mengobrol dengannya -- sebagai teman. Ketika ia bertambah usia dan memiliki atasan perempuan, kita mengajarinya untuk menghormati dan mengikuti arahan atasannya. Ini semua dilakukan dalam cara-cara yang sesuai dengan usia mereka, tetapi semakin dini anak-anak laki-laki kita menyadari bahwa perempuan bukan objek, gangguan, atau ancaman, semakin cepat juga mereka belajar untuk menghargai perempuan yang Tuhan tempatkan di hidup mereka.
Laki-laki dan Perempuan Membutuhkan Satu Sama Lain
Sebagai pelengkap, kami menghargai perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Namun, dalam mengajari anak-anak kami tentang perbedaan-perbedaan ini, kami juga harus mengangkat keindahan dari kebersamaan kami.
Tuhan menciptakan dunia dengan sangat beragam. Orang-orang di dunia ini datang dari latar belakang, budaya, pengalaman, dan suku bangsa yang beragam. Dan kita diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan. Perbedaan-perbedaan ini punya satu kesamaan -- kita semua adalah manusia yang membawa gambar dan rupa Sang Pencipta (Kejadian 1:26-28). Ada peran spesifik bagi laki-laki dan perempuan setiap waktu. Tapi, penciptaan kita dalam rupa Allah juga memberi kita kerangka untuk posisi kita sebagai rekan yang bekerja untuk tujuan yang sama: mengarahkan diri kepada sang Pencipta dan membawa kemuliaan bagi-Nya.
Anak-anak kita harus melihat bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan untuk bekerja sama. Di dalam konteks gereja saya, saya membawa perspektif dan pengalaman yang rekan laki-laki saya tidak dapat bawa -- dan sebaliknya. Saya harus melihat bagaimana mereka memandang dunia, dan mereka perlu melihat dari sudut pandang saya. Ketika kita mengajari anak-anak kita sejak usia dini bagaimana bekerja dengan semangat bekerja sama, kita memuridkan mereka ke dalam rancangan Tuhan yang sangat baik bagi laki-laki dan perempuan.
Ada Harga yang Harus Dibayar Untuk Menjadi Laki-laki
Ada privilese yang diperoleh dengan menjadi laki-laki dan itu bukan hal yang buruk. Anak laki-laki saya lebih kecil daripada saya. Sekarang, saya dalam posisi melindungi mereka. Tapi, suatu saat nanti mereka akan menjadi lebih besar dan peran akan bertukar. Mereka akan mengatasi kerentanan mereka sampai tingkat tertentu. Sementara saya tidak bisa lagi.
Semenjak dosa memasuki dunia, laki-laki menggunakan kekuatan dan posisi mereka untuk keuntungan mereka sendiri. Abraham berbohong tentang Sara dan menempatkannya di dalam situasi berbahaya dengan lebih dari satu laki-laki (Kejadian 12:10-20; 20:1-18). Daud merebut istri laki-laki lain (2 Samuel 11). Banyak cerita yang tidak terhitung dalam sejarah mengisahkan laki-laki yang menggunakan kekuatan dan privilese mereka untuk mempertahankan kekuasaan atau menahan orang lain di bawahnya. Tetapi, Tuhan memberikan kekuatan kepada laki-laki agar orang lain bisa berkembang.
Dalam bukunya Strong and Weak, Andy Crouch mengeksplorasi bagaimana budaya kita telah merangkul otoritas tanpa kerentanan. Kita tidak bisa mengelak kalau laki-laki dan perempuan berbeda, dan laki-laki sering memiliki kekuatan dan privilese yang tidak dimiliki oleh perempuan. Tetapi, kuasa dan kekuatan bukan masalahnya. Yesus memiliki otoritas yang besar, tetapi Ia menggunakan otoritasnya untuk memaksimalkan kebaikan orang lain. Ia menggunakan otoritasnya untuk melindungi dan memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan domba-Nya. Ia menggunakan otoritas-Nya untuk menebus dosa, bahkan jika hal itu harus dibayar-Nya. Ia tidak memedulikan tentang melestarikan gaya hidup atau otoritas institusional. Dia memedulikan kekudusan -- dan ini yang membawa-Nya sampai ke salib.
Kita harus mengajari anak-anak laki-laki kita kalau kekuatan datang dengan sebuah harga -- merendahkan hati mereka untuk perlindungan dan pemenuhan kebutuhan orang lain.
Mengubah Arah Lintasan
Ayah saya sering memberitahu saya kalau beliau ingin saudara laki-laki saya dan saya menjadi lebih baik dari dirinya. Ia ingin pernikahan kami tidak terlalu banyak pergumulan. Ia ingin pemuridan keluarga kami lebih konsisten. Orang tua saya adalah orang tua yang beriman, tetapi setiap generasi selalu menoleh ke belakang dan melihat apa yang bisa diselesaikan dengan cara berbeda -- dan mereka berdoa agar generasi selanjutnya dapat menjadi lebih beriman.
Ini adalah momen kita sebagai orang tua. Kita telah melihat terlalu banyak dosa dan penderitaan untuk hanya berdiam diri saja. Oleh anugerah Tuhan dan melalui Roh Kudus, kita bisa memulai untuk mengubah arah lintasan. Semoga anak-anak kita dapat menjadi lebih beriman daripada kita, lebih berkomitmen terhadap kekudusan, dan lebih berani untuk melindungi yang lemah. (t/R.S. Victoria)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/raise-better-churchmen |
Judul asli artikel | : | Let's Raise Better Churchmen |
Penulis artikel | : | Courtney Reissig |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK