Lowongan Tak Menarik


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Kategori Bahan PEPAK: Kesaksian Guru

Di kantorku sedang ada lowongan kerja untuk satu posisi. Cuma satu orang yang dibutuhkan. Namun, responsnya? Wow! Aku harus berdecak sambil geleng-geleng kepala. Setiap hari berdatangan surat lamaran yang menyatakan berminat mengisi posisi yang ditawarkan. Dengan sederet "rayuan" dan daftar prestasi yang dijajarkan hampir sehalaman penuh demi mempromosikan diri sebagai yang terbaik, para pelamar berharap-harap cemas mengharapkan pihak personalia "jatuh hati" dan tergerak untuk memanggil mereka.

Hari demi hari sampai akhirnya batas pendaftaran ditutup, surat lamaran yang masuk sudah segunung. Padahal hanya satu yang bakal dipilih. Hanya satu yang bakal diangkat untuk menduduki posisi yang ditawarkan. Namun selama masa penantian, jantung puluhan orang berdegup tak keruan menanti panggilan. Puluhan orang memupuk harapan. Puluhan orang berdoa memohon lamarannya diterima.

Melihat antusiasme yang luas biasa itu, aku juga ingin memasang sebuah iklan lowongan. Dengan harapan orang-orang bersemangat juga mengajukan lamaran, yakni untuk posisi: Guru Sekolah Minggu. Beberapa waktu lalu aku mengajukan permintaan SDM ini kepada koordinator Sekolah Minggu di gerejaku. Iklan ini pun diumumkan ke seluruh jemaat. Dengan pesan sponsor yang kuat, imbauan yang sangat ditekankan.

Namun, hasilnya ternyata tak secemerlang yang kulihat di kantor. Tak satu pun lamaran kami terima. Tak ada antusiasme menyambut iklan ini. Ah, tepat seperti dugaanku! Benar-benar terbukti fenomena umum yang menyatakan bawha di mana-mana sulit mencari guru Sekolah Minggu, terutama yang mau benar-benar bekerja keras dan menyerahkan diri bagi pelayanan anak. Jangankan mengirim lamaran, sudah didekati dan dibagi visi pun, orang-orang belum tentu mau terima.

Mungkin ada yang beralasan dan berpikir, "Ah, aku kan orang sibuk, tidak punya waktu," atau "Saya akan mendukung, tetapi secara finansial saja ya...," atau, "Bukankah guru-guru yang ada sudah cukup?" atau, "Bukankah pekerja gereja bisa dikerahkan menjadi guru?" Sayangnya ada pula yang kemudian berpikir dalam hati, "Ah, masa bodohlah dengan anak-anak. Toh mereka bukan anakku!" "Ah, sudah capek-capek mengajar, aku enggak dapat apa-apa." "Ah, aku pasti akan repot sekali bila menjadi guru Sekolah Minggu!" Atau, ada yang berdalih pesimis dengan berkata, "Ah, apa aku bisa mengajar?" "Siapa sih yang mengharap aku mengajar Sekolah Minggu?"

Berpikir demikian, aku jari merenung. Mungkin aku yang "dulu" juga bisa mengucapkan berbagai dalih seperti di atas. Namun, sebagai seorang yang telah terjun dan melihat berbagai kebutuhan dan pergumulan dalam pelayanan ini, aku menanyai lagi diriku sendiri. Sebenarnya, untuk apa sih aku mengajar Sekolah Minggu? Aku menemukan kesimpulannya. Ya, aku memutuskan untuk mau "repot-repot" mengajar karena kini aku tahu bahwa ada jiwa-jiwa murni yang butuh mengenal dan menerima Juru Selamat. Aku mau mengajar karena aku tahu di tangan anak-anak itu ada masa depan gereja, yang mungkin takkan pernah kulihat. Aku mau mengajar karena aku tahu Tuhan telah memanggilku dan mengharapkan aku bekerja bagi-Nya. Bahkan, sekalipun aku punya kelemahan dan kekurangan, aku percaya Dia menyertai dan memperlengkapi diriku sebagai alat-Nya.

Sekalipun tidak pernah ada piagam pengharagaan, apalagi salary yang aku terima, aku mau mengajar karena aku tahu lebih berharga bagiku untuk berinvestasi di surga. Sekalipun aku melayani anak-anak orang lain, aku tahu Allah memintaku mendapingi mereka supaya bertumbuh secara rohani, dan menjadi generasi pemenang. Dan, sekalipun merepotkan dan melelahkan, aku tetap mau mengajar karena aku selalu butuh menyatakan syukurku kepada Allah atas kasih-Nya yang tiada henti.

Yesus, kadang kala kau merasa butuh lebih banyak rekan untuk bekerja dalam pelayanan ini. Jadi, aku meminta kepada-Mu, tolong kirimkan lebih banyak pekerja-Mu. Mungkin pelayanan ini tak bisa menyajikan hasil yang dapat cepat dilihat. Namun, bantulah kami untuk menangkap kerinduan hati-mu, bahwa dengan menjadi guru Sekolah Minggu berarti kami ikut serta dalam pembangunan fondasi rohani gereja-Mu.

Karena itu, mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:28).

Diambil dari :
Judul buku : Loving Kids Like Jesus
Judul asli artikel : Lowongan Tak Menarik?
Penulis : Agustina Wijayani
Penerbit : Gloria Graffa. Yogyakarta, 2007
Halaman : 91--94

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar