KELAHIRAN MUSA (KELUARAN 2:1-10)
Struktur kisah kepahlawanan secara khas membingkai seluruh kisah Musa, termasuk juga dalam kisah masa kecilnya. Hal itu tidak hanya ditunjukkan dengan adanya ancaman pembunuhan terencana oleh orang Mesir, namun juga dengan ironi dalam keputusan sang Putri untuk mengadopsi dan membawa anak itu pada seorang ibu Ibrani yang dibayar untuk menjadi inang pengasuh bagi anak itu.
Orang Israel yang Menjadi Orang Mesir
Struktur kisah masa kecil Musa terdiri dari tiga unsur utama:
Tidak ada keajaiban yang terjadi dalam kelahiran Musa. Yang ada hanyalah suasana keterancaman. Dalam ayat 2 tertulis bahwa sang ibu menyembunyikan si anak. Ayat 3-4 membawa suasana keterancaman ini pada titik tragedi: anak itu ditaruh dalam keranjang yang ditempatkan di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil. Hal itu membuka unsur kedua. Anak itu tidak mati. Putri Firaun menemukan keranjang kecilnya pada waktu ia berpesiar bersama para pengiringnya. Ketegangan dalam plot ini meningkat dengan adanya penemuan itu. Sang Putri segera mengetahui bahwa anak itu adalah anak orang Ibrani yang menurut perintah kerajaan Mesir harus dibunuh. Namun, "Ia menaruh belas kasihan pada anak itu...." Terjadi relasi yang intim seperti antara orangtua dan anak dalam rasa belas kasihan itu. Ketegangan itu pecah dalam unsur ketiga. Anak itu menjadi bagian dari istana Firaun dengan kebaikan hati dari sang Putri yang tergerak untuk mengadopsinya sebagai anaknya sendiri. Pengadopsian itu dilakukan dengan prosedur legal zaman itu, yaitu dengan penyewaan seorang pengasuh. Dengan demikian, fokus utama kisah ini bukanlah kelahiran si anak meskipun laporan kelahirannya merupakan bagian dari unit narasi. Fokusnya lebih pada pengadopsian anak itu oleh Putri Firaun.
Identitas ke-Israelan Musa
Kisah pengadopsian ini menempatkan Musa dalam lingkup kebudayaan Mesir. Musa akan menghabiskan masa kecilnya, paling tidak dari sejak ia lepas menyusu sampai masa dewasanya, di istana Mesir. Kisah ini malah meletakkan tokoh ini dalam ironi: fasilitas kemenangan Israel dan peristiwa Keluaran datangnya dari dalam tembok istana Firaun sendiri. Ironi itu memuncak dengan deskripsi atas ibu kandung si anak, yang oleh Putri Firaun dipekerjakan sebagai inang pengasuh dan penyusu yang bertanggung jawab atas tahun-tahun pertama kehidupan Musa. Jelas bahwa unit kisah ini tidak menggambarkan bahwa Musa sebenarnya adalah orang Mesir. Meskipun semua tanda fisiknya menunjukkan bahwa Musa adalah orang Mesir (Keluaran 2:19), namun jelas bahwa Musa masuk dalam kebudayaan Mesir karena pengadopsian secara sah. Maka, sebenarnya kisah pengadopsian ini lebih menekankan asal-muasal Musa. Musa benar-benar seorang Israel. Ia diadopsi dalam lingkup budaya Mesir tanpa kehilangan identitas ke-Israelannya.
Ancaman di awal kehidupan
Kisah kelahiran dan pengadopsian Musa tidak terpisah dari rencana Firaun membunuh semua bayi lelaki Israel. Firaun telah memerintahkan pembunuhan semua bayi lelaki Israel, pertama di tangan para bidan, kemudian di tangan semua orang Mesir. Maka, kelahiran Musa dari orang tua yang berasal dari suku Lewi terjadi dalam kepanikan. Karenanya, bayi Musa disembunyikan selama 3 bulan setelah kelahirannya, namun kemudian diserahkan pada nasib yang tidak tentu. Sang pahlawan memulai hidupnya dalam suasana pertentangan orang Ibrani dengan bangsa Mesir.
Asal-usul Musa dengan jelas ditempatkan sebelum kisah kelahirannya. Musa diperlihatkan sebagai orang Israel, dari suku Lewi. Keluarga Musa benar-benar diperlihatkan, termasuk lewat peran saudarinya. Maka, kisah kelahiran dan pengadopsian ini dimaksudkan untuk memperlihatkan hubungan antara si bayi dan bangsanya. Seperti semua bayi lelaki sebangsanya, hidup Musa terancam oleh keputusan Firaun. Musa mampu bertahan hidup berkat kebaikan hati dan perlindungan dari penghuni istana Firaun sendiri. Meskipun demikian, pengadopsian ini tidak menentukan kariernya di masa depan. Musa bukanlah pahlawan bagi bangsa Mesir. Konteks kelahiran Musa memperlihatkan bahwa ia berada di bawah ancaman bangsa Mesir. Musa adalah pahlawan bagi bangsa Israel. Kisah kelahiran hingga pengadopsian Musa lebih memperlihatkan identifikasi anak itu dengan bangsanya sendiri.
Allah Sebagai Sutradara Kisah
Allahlah yang menyusun jalinan semua peristiwa itu. Ia adalah pelaku utama kisah ini meskipun secara gramatikal hanya muncul sebagai tambahan saja. Allahlah yang menentukan jalannya sejarah dan cara Ia memasukinya (Mazmur 75:2). Allah menunggu, membiarkan keseluruhan generasi bertumbuh, dan membiarkan peristiwa demi peristiwa berjalan. Ketika saatnya tiba, Ia tidak mengirimkan seorang pembebas yang telah dipersiapkan untuk tugas itu, namun seorang bayi. Sang pembebas masih harus bertumbuh dan mendewasakan diri pelan-pelan melalui kesulitan. Peristiwa-peristiwa ironis muncul sesuai dengan proyek pembebasan yang diinginkan dan diatur oleh Allah: Firaun menggunakan tindakan represif, namun yang terjadi adalah bangsa itu bertambah banyak; para bidan menipunya dengan cerdik; dan putrinya sendiri adalah salah seorang yang menyelamatkan anak yang akan menjadi sarana pembebasan di tangan Allah.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK