Orang tua dan guru cenderung sangat jengkel kepada anak-anak yang tidak mau berbagi; namun demikian, kedewasaan intelektual berperan besar dalam proses belajar untuk berbagi. Melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang mereka sendiri merupakan sesuatu yang normal bagi anak-anak. Aspek perkembangan intelektual ini memengaruhi interaksi mereka dengan orang lain. Mereka biasanya tidak sadar saat mereka mengabaikan perasaan temannya; bahkan seorang anak yang masih sangat kecil sering kali tidak menyadari bahwa orang lain memiliki perasaan (DeVries & Zan, 2006). Maka tidaklah mengherankan jika anak-anak memiliki banyak konflik dan guru mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan konflik-konflik itu. Guru yang memahami perkembangan anak tidak terganggu dengan kesalahpahaman yang biasa terjadi ini. Sebaliknya, mereka menggunakan situasi itu sebagai saat yang tepat untuk mengajar, seperti yang Dennis lakukan dalam contoh berikut ini.
Luis sedang bermain di bak pasir sendirian. Dengan hati-hati, dia mengisi bak truknya dengan pasir dan kemudian mengosongkannya untuk membuat suatu bukit. Celeste sedang bermain buldoser di sebelahnya. Celeste tiba-tiba menjalankan buldosernya sehingga menabrak bukit yang dibuat Luis hingga rata untuk membentuk sebuah jalan. Luis mulai menangis dan memukul Celeste.
Dennis muncul dan menenangkan kedua anak itu. Dia telah cukup menganalisa situasinya dari ruang seberang untuk kemudian berkata kepada Luis, "Saya rasa Celeste tidak tahu mengapa kamu sedih; bisakah kamu bicara dan memberitahunya?" Tetapi Luis masih terlalu sedih untuk berbicara, lalu Dennis memberi dia waktu lagi dengan memberikan pertanyaan yang sama namun dengan kata-kata yang berbeda. Saat itu, Luis mampu mengatakan bahwa dia tidak mau Celeste menyentuh bukitnya.
Dennis menyadari bahwa kedua anak itu tidak tahu maksud satu sama lain. Luis merasa Celeste kejam dan Celeste terkejut karena Luis marah kepadanya. Setelah mendorong Luis mengutarakan isi hatinya, Dennis kemudian meminta Celeste untuk menjelaskan apa yang sedang dia lakukan. Menurut Celeste, dia sedang mencoba membantu membuat sebuah jalan, dia tidak mengerti apa yang sedang Luis lakukan. Dengan bantuan Dennis, Luis dapat berkata, "Aku tidak ingin jalan, aku sedang membuat bukit." Dengan informasi ini, Celeste dengan senang hati membuat jalan di tempat lain di bak pasir itu dan semuanya tenang, untuk sementara.
Konflik adalah suatu kesempatan bagi guru yang perhatian untuk membantu anak-anak mengerti perasaan dan pemikiran teman-teman bermain mereka. Guru yang sudah memahami hal ini tidak menyalahkan anak-anak atau membuat siapa pun merasa bersalah karena tidak memerhatikan orang lain; mereka mengerti bahwa sikap yang ditunjukkan anak-anak itu adalah sesuatu yang normal terjadi.
Ny. Jensen juga menolong murid-muridnya tumbuh di luar egosentris mereka dengan mendorong mereka untuk saling menceritakan apa yang mereka rasakan. Sering kali, dia harus membantu anak-anak menemukan kata-kata untuk mengekpresikan diri mereka sendiri; mereka belajar dari contoh yang dia berikan ketika dia berada bersama-sama dengan mereka melalui proses pengungkapkan perasaan dengan cara yang merusak. Ini adalah bagian dari bimbingan yang efektif, yang mengajarkan kemampuan interpersonal yang akan dibawa sepanjang hidup. Ketika kemampuan intelektual anak untuk memahami pandangan orang lain berkembang, perkembangan sosial mereka juga semakin meningkat.
Tujuannya adalah ketidakegoisan yang sifatnya sukarela. Namun demikian, banyak orang dewasa justru memaksa anak-anak untuk berbagi. Hanya sedikit orang dewasa yang mau membagi apa yang mereka miliki saat orang tua dan guru sering kali memaksa anak-anak untuk berbagi. Maukah Anda memberikan mobil baru Anda kepada seseorang yang baru saja Anda kenal karena "dia tidak punya mobil"? Mengapa Rosa harus mengizinkan Samantha mengendarai sepeda barunya? Hak Rosa sebagai pemilik dan memutuskan apakah ia mau berbagi atau tidak harus dihargai terlebih dahulu untuk menyiapkannya agar mau berbagi dengan sukarela. Anak-anak sering berpikir bahwa berbagi berarti memberikan sesuatu untuk selamanya (Landy, 2002); kemurahan hatinya bisa meningkat bila ia diyakinkan bahwa dia akan mendapatkan kembali apa yang dia bagikan.
Seorang anak dapat memilih untuk menjadi murah hati hanya saat berbagi merupakan sebuah pilihan yang nyata dan tidak dipaksakan. Bahkan dengan benda-benda di dalam kelas yang bukan milik siapa pun, hak kepemilikan harus dihargai. Anak-anak juga harus didorong untuk melawan orang yang dengan agresif berusaha mengambil sesuatu dengan paksa (Slaby, Roedell, Arezzo, & Hendrix, 1995). Tentu saja, kita perlu mengajar mereka bagaimana melakukan hal ini dengan asertif, bukan agresif. (t/Ratri)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK