Persiapan: Bawalah beberapa mainan yang sudah rusak. Buatlah 2 buah hati dari kertas dengan ukuran yang sama. Tempelkan gambar mainan-mainan, pakaian, uang, dll., pada hati yang satu. Pada hati yang lain, tempelkan gambar surga, Alkitab, anak yang sedang berdoa, Kristus, dll..
Penyampaian: Inilah mainan-mainan yang sudah rusak, yang tidak bisa dipakai lagi. Dahulu ketika mainan ini masih baru, semua anak pasti senang sekali menerimanya. Tetapi, coba lihatlah bentuk mainan ini sekarang. Sudah jelek, rusak, dan akan dibuang. Seorang anak yang memunyai mainan seperti ini, pasti akan minta dibelikan mainan lain yang baru. Pernahkah kalian mengatakan kepada ibumu, bahwa kalau kalian dibelikan sesuatu mainan yang sangat kalian inginkan, maka kalian akan senang dan puas? Kemudian, ibumu membelikan mainan itu untukmu. Tetapi tidak lama setelah kalian menerima mainan itu, kalian melihat sesuatu mainan lain yang juga kalian inginkan. Padahal sebelumnya, kalian telah berjanji bahwa andaikata kalian dibelikan sepeda yang baru atau bedil-bedilan yang baru, kalian tidak akan minta apa-apa lagi. Tetapi, entah mengapa, rupanya kalian belum puas. Hal semacam itu tidak hanya terdapat pada kalian; orang-orang dewasa seperti itu juga. Seorang wanita berpikir bahwa apabila dia bisa membeli sebuah rumah yang baru, maka ia akan bahagia; tetapi setelah ia memperoleh rumah, ia menginginkan barang-barang lain. Seorang laki-laki berpikir bahwa, andaikata ia dapat membeli motor/mobil, ia akan senang dan ia tidak akan menginginkan barang-barang lain lagi, tetapi segera pikirannya berubah.
Dalam firman-Nya, Allah memberitahukan apa sebabnya kita tidak pernah puas (Yeremia 17:9). Hati kita adalah penipu. Hati kita selalu membodohi kita dengan perasaan bahwa kita akan sangat puas, apabila kita mendapatkan barang-barang yang kita inginkan, sehingga kita tidak akan menginginkan barang-barang lain. Tetapi barang-barang tidak dapat memberikan kepuasan yang sempurna.
Di sini ada sebuah hati yang penuh dengan barang-barang. Lihat, ada mainan, pakaian, uang, sepeda, dll., sehingga tidak ada tempat lagi untuk Allah dan untuk hal-hal yang dapat menyenangkan Dia. Hati ini hanya menginginkan barang-barang untuk menyenangkan dirinya sendiri. Yang dipentingkan hanyalah memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Tetapi ia tidak pernah akan puas.
Lain halnya dengan hati ini. Allah ingin kita memiliki hati seperti ini; hati yang memiliki kepuasan yang sempurna. Kita diajarkan untuk mengasihi dan mencintai perkara-perkara yang ada dalam Surga (Kolose 3:2,3). Di hati ini, kita tempelkan sebuah gambar Surga untuk memperlihatkan bahwa hati ini lebih mementingkan perkara-perkara surga yang disenangi Allah. Ia tidak mementingkan perkara-perkara duniawi. Kristus berkata bahwa di mana ada harta kita, di situ juga hati kita (Matius 6:21). Kita tidak dapat mengasihi Allah dan firman-Nya, kalau hati kita lebih mengasihi perkara-perkara duniawi yang hanya memuaskan diri kita. Allah menghendaki kita mengasihi perkara-perkara yang dikasihi oleh Allah.
Hati ini mengasihi doa, Alkitab, sekolah minggu, gereja, dan mengabarkan kepada orang-orang lain tentang Yesus Kristus. Lebih daripada itu, ia mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikirannya. Inilah satu-satunya cara untuk dapat memiliki hati yang bahagia dan puas. Kristus adalah satu-satunya yang dapat memberi kesukaan serta damai yang kita perlukan. Benda-benda seperti pakaian yang bagus, mainan, uang, dan lain-lainnya, tidak akan memberikan kepuasan yang sempurna kepada kita, meskipun kita telah memperoleh semua yang kita ingini. Cintailah Kristus dan segala perkara yang berkenan kepada-Nya, maka hati kalian akan merasa berbahagia dan puas.
Diambil dari:
Judul buku | : | Pelajaran dengan Alat Peraga |
Judul asli artikel | : | Harta dalam Surga |
Penulis | : | D.H. Pentecost |
Penerbit | : | Penerbit Gandum Mas, Malang |
Halaman | : | 62 -- 65 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK