Martin adalah seorang anak yang suka bermain. Kadang-kadang setelah pulang dari sekolah ia tidak pulang ke rumah, tetapi malah bermain dengan teman-temannya sampai sore hari. Ibunya khawatir, sehingga selalu menunggunya di depan rumah. Ibu menasihati Martin agar tidak bermain ke tempat lain sesudah pulang dari sekolah. Dia harus segera pulang. Tetapi Martin sering lupa. Ia main lagi, main lagi.
Pada awalnya masuk sekolah minggu, Martin sering datang terlambat. Ia kadang-kadang sering menghilang di kelas sekolah minggu. Ibu guru mencari dia, "Mana Martin?" Hahaha... ternyata Martin tertidur di bawah meja belajar. Setelah Martin agak besar, ia giat mempelajari firman Tuhan dan setia mengikuti ibadah di gereja. Dari pelajaran sekolah minggunya, ia belajar bahwa Tuhan Yesus cinta anak-anak, semua anak diundang untuk datang kepada-Nya. Martin juga mengasihi Tuhan Yesus, ia mau datang kepada-Nya.
Pada waktu mengikuti Sekolah Injil Liburan (SIL), Martin belajar bahwa Tuhan Yesus setia melayani orang kesusahan, kesakitan, kelaparan, dan lain-lain. Ia diajarkan supaya suka menolong orang lain juga. Hmm... Martin mau menolong orang lain, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana? Ternyata setelah di SMP, Martin menjadi anak yang pandai sekali. Ia mulai menolong orang lain yang kurang mengerti. Ia menolong temannya belajar berhitung, membaca, juga berolahraga. Ia seorang yang giat menolong orang lain.
Pada suatu hari, dapur sekolah tempat Martin mengajar dan sekelilingnya terbakar. Wah, ia melihat kalau Pak Jaga masih di dalam dapur. Kasihan dia tidak bisa keluar. Tanpa berpikir, Martin berlari memasuki dapur yang sedang terbakar itu. Api mengepul besar, tapi pemadam kebakaran belum juga tiba. Ia menggendong Pak Jaga dan menolongnya keluar. Mereka berdua terbakar. Muka mereka hangus.
Martin dan Pak Jaga dibawa ke rumah sakit untuk diobati. Wajah Martin sulit dikenali karena lukanya agak parah. Pendeta, keluarga, dan teman-teman mereka berdoa dan memohon agar Tuhan memberi kesembuhan bagi mereka. Setelah satu bulan berobat, luka-luka di wajah, telinga, serta lengannya berangsur-angsur pulih. Tubuh Martin kuat. Setelah dua sampai tiga bulan, tubuhnya sudah kembali sehat. Pak Jaga yang bertubuh kecil meninggal tidak lama setelah pulang dari rumah sakit.
Setelah sembuh, Martin kembali menjalankan tugasnya, yaitu belajar, mengajar, dan menolong anak-anak yang ketinggalan pelajaran di sekolah. Ia juga tetap setia menjalankan tugas pelayanan di gereja. Pada suatu hari, kakak dari teman lamanya memanggil dia untuk bertemu. Ternyata kakak itu meminta tolong agar Martin menolong adik kecilnya yang sedang belajar di luar negeri. Menolong apa? Menolong agar adiknya bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Semua ongkos perjalanan dan kehidupan di sana akan ditanggungnya.
Luar biasa, Tuhan memberi hadiah kepada Martin yang giat menolong. Menolong orang lain membuat hati Tuhan senang, orang lain senang, diri sendiri juga senang. Tuhan memberkati.
(Peristiwa ini terjadi sekitar 35 tahun yang lalu. Martin sekarang masih tinggal di Amerika Serikat, sudah menikah, memunyai 3 orang anak dan 2 orang cucu).
Kegiatan: Anak-anak belajar membalut luka.
Anak berlatih memberi pertolongan pertama bagi orang yang terjatuh dan luka di kaki atau tangan.
Siapkan papan kecil, perban, kain kasa, alkohol, obat merah/Betadin.
Bersihkan bagian yang terluka.
Bubuhkan Betadin pada bagian yang terluka dan tutup dengan kain kasa.
Pasang papan kecil di bawah lengan/betis yang terluka.
Balut erat-erat pada bagian yang terluka termasuk papan kecilnya.
Diambil dari:
Judul buku | : | Aku Giat |
Judul bab | : | Aku Giat Menolong |
Judul asli artikel | : | Martin Giat Menolong |
Penulis | : | Susan S. Wiriadinata |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, Bandung |
Halaman | : | 17 -- 18 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK