Apakah damai dan sukacita sudah ada di rumah Anda? Biasanya damai dan sukacita ada di rumah kita pada minggu pertama masa Natal -- pada saat Anda menerima kartu Natal yang pertama. Kita semua tahu bahwa damai dan sukacita merupakan ekspresi yang biasa diungkapkan oleh orang-orang pada saat Natal. Apakah Anda pernah memerhatikan bahwa kartu Natal cenderung menekankan tema-tema "damai" dan "sukacita"? Perhatikan kartu-kartu Natal yang Anda terima tahun ini. Perhatikan banyaknya kata "damai", "sukacita", ataupun kedua-duanya. Tidak hanya kartu Natal saja, lagu-lagu Natal juga banyak menggunakan kata-kata tersebut.
Damai dan sukacita sebagai tema utama dalam tradisi Natal bukanlah
suatu kebetulan. Dalam
Penekanan Alkitabiah pada sukacita Natal ini juga berlaku pada damai
Natal. Perhatikan nubuatan Natal di
Bagi beberapa orang lainnya lagi, Natal bukanlah saat untuk bersukacita, tetapi lebih merupakan rasa kekosongan, ketidakgembiraan, kekecewaan yang samar-samar, bahkan mungkin keputusasaan dan depresi. Tidak heran jika ada orang yang tidak sabar menunggu Natal berakhir. Maaf jika ini terkesan negatif, namun ini merupakan gambaran dari pengalaman Natal yang sering dialami oleh masyarakat di sekitar kita atau bahkan kita sendiri.
Tanpa Yesus tidak ada damai. Tanpa Yesus tidak ada sukacita. Ini sudah bukan hal baru atau perkembangan baru. Dua kalimat tersebut ada selama bertahun-tahun dan begitu pula dengan Anda. Namun, mungkin ada kata-kata yang lebih tepat lagi. Mungkin kata-kata ini bentuk singkat dari suatu nasihat. Ketidakhadiran Yesus membuat kualitas yang terus dan tetap ada pada damai dan sukacita Allah menjadi suatu kemustahilan. Orang-orang yang tidak mengenal Yesus mungkin saja mengalami masa-masa di mana damai atau sukacita dilalui begitu saja, bahkan mungkin pada saat-saat yang penuh damai dan sukacita. Namun, kualitas damai dan sukacita Allah kekal dan begitu dalam; apakah damai dan sukacita yang ada dan akan terus menerus ada meskipun dalam keadaan yang buruk sekalipun? Tidak, tanpa Yesus, damai dan sukacita itu tidak akan ditemukan. Marilah kita luruskan hal ini dengan mengambil kesimpulan berdasarkan logika. Jika kita membuat urutan tingkat, pada saat Natal tiba Yesus kita singkirkan, kita tempatkan di luar, kita remehkan, abaikan, lupakan atau kita tempatkan di tempat yang tidak seharusnya. Itulah sebabnya kita tidak merasakan damai dan sukacita yang Ia bawa melalui inkarnasi-Nya. Itu semua terjadi setiap saat, tidak hanya pada saat Natal saja.
Selanjutnya, belilah hadiah yang banyak untuk semua orang dan saudara-saudara mereka. Namun, jika hadiah-hadiah itu merupakan hal yang penting bagi Anda, bukannya Yesus yang Anda utamakan, jangan berharap Anda akan mengalami damai dan sukacita Allah yang melimpah. Pasanglah lampu-lampu yang berwarna-warni, pohon Natal, hiasan-hiasan Santa, atau menonton film-film yang bertemakan Natal. Namun, jika kegiatan-kegiatan seperti itu yang menjadi fokus Anda selama Natal, bukan Yesus yang menjadi fokus Anda, jangan terkejut jika Anda bertanya kepada diri Anda sendiri, "Apakah ada yang lainnya?" Silakan memanggang roti dan daging. Silakan mengajak keluarga Anda makan sepuasnya, mengobrol, tertawa, dan melakukan tradisi Natal Anda. Namun, jika keluarga dan makanan dan tradisi liburan menjadi fokus utama dari Natal Anda, bukan Yesus, jangan terkejut jika Anda tidak merasakan damai dan sukacita dari hal-hal ini. Jadi, jika ada hal-hal lain selain Yesus yang merupakan karunia Allah yang luar biasa yang menjadi perhatian utama dari Natal Anda tahun ini, jangan heran jika Natal Anda menjadi begitu kosong dan tidak memuaskan.
Mengenal Yesus berarti mengenal damai. Mengenal Yesus berarti mengenal sukacita. Beberapa dari Anda sudah menunggu datangnya Natal. Apakah menurut Anda ini merupakan kejadian yang kebetulan jika di setiap tempat Alkitab menghubungkan damai atau sukacita dengan kegiatan-kegiatan Natal. Apakah Alkitab menghubungkan damai atau sukacita kepada Yesus? Yesus adalah Natal! Beberapa di antara Anda yang mengetahui bahwa masa Natal yang kita mulai begitu antusias dan dengan harapan kita akhiri dengan kekecewaan dan tidak ada rasa kepenuhan? Itu semua dapat terjadi jika Yesus tidak menjadi pusat Natal Anda.
Tahun ini, buatlah keputusan antara diri Anda dan Allah bahwa Natal akan Anda fokuskan pada Yesus -- apa pun bentuknya, di mana pun, dan buatlah itu menjadi kenyataan.
Dalam
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK