Gereja pada abad pertama tidak memerhatikan pendidikan anak, baik dalam hal pengetahuan dasar (baca tulis) atau pun dalam iman Kristen. Kelas-kelas dibentuk pada abad pertama dan kedua untuk petobat baru, dan, diperkirakan, anak-anak yang lebih dewasa masuk dalam kelas para petobat baru yang yang dikenal dengan nama "sekolah katekumen" ini. Kelas-kelas tersebut dibagi dalam "tingkatan", atau dikelompokkan menurut tingkat yang sesuai dengan komitmen masing-masing orang. "Pendengar" diizinkan untuk mendengarkan pembacaan Alkitab dan khotbah. "Pelutut" diizinkan tinggal lebih lama untuk berdoa dan mendengar lebih banyak firman; mereka diuji seturut dengan disiplin dan kebiasaan hidup Kristen. "Yang Terpilih" diberi instruksi teologis secara intensif dan dipersiapkan untuk dibaptis. Sekolah katekumen terus berlanjut selama beberapa abad, tetapi kemudian memburuk kira-kira setelah abad kelima.
Sekolah-sekolah katekisasi muncul pada akhir abad kedua untuk melatih para pelayan dan sarjana Kristen. Sekolah-sekolah ini didirikan di seluruh dunia Kristen, dan suatu aturan dibentuk sehingga suatu kelompok jemaat mau bersama-sama mendukung sekolah "episkopal" atau "katedral". Meski demikian, sekolah-sekolah ini tidak untuk semua anak atau bahkan semua anak laki-laki. Mereka hanya menerima anak-anak yang dipersiapkan untuk menjadi pendeta gereja.
Baru pada beberapa dekade setelah Reformasi orang-orang Kristen memerhatikan pendidikan baca tulis dasar bagi anak-anak secara umum dan manfaat pembelajaran Alkitab dalam pendidikan anak-anak muda. Marthin Luther mendukung pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak. Namun, adalah John Amos Comenius, pada akhir abad enam belas, yang sangat mendesak tersedianya pendidikan Kristen bagi semua anak. Comenius, Philip Spener, dan August Hermann Francke adalah orang-orang yang aktif mengenalkan pembelajaran Alkitab kepada pendidikan Kristen di berbagai bidang. Abad pertama telah menggunakan beberapa ayat tertentu dari Alkitab untuk dihafalkan di luar kepala dalam pengajaran katekumen, tetapi media cetak sekarang telah memungkinkan terwujudnya penggunaan Alkitab secara lebih luas lagi.
Sekolah minggu pertama yang didirikan oleh Robert Raikes lebih banyak ditujukan untuk memberikan pengetahuan dasar (baca tulis) kepada anak-anak di Sooty Alley agar dapat menerima keselamatan. Editor Gloucester mendirikan sekolah minggu pertamanya di dapur Ibu Meredith. Dia membayar Ibu Meredith untuk mengajar anak-anak itu dan kemudian mempekerjakan orang lain. Namun, dia "di luar" gereja, dan hanya ada sedikit pendeta yang mendukungnya. Para pendeta yang mendukungnya itu di antaranya adalah John Wesley dan William Fox. Mereka berdua sejak awal memberi dukungan pada Raikes, bahkan sebelum Raikes mengaku pada masyarakat umum tentang apa yang sedang terjadi di dapur Gloucester selama hampir tiga tahun. Gerakan itu terus berkembang. Ketika Raikes meninggal pada tahun 1811, sudah ada hampir setengah juta anak yang terlibat dalam sekolah minggunya. William Fox mendirikan Sunday School Society di London pada tahun 1785, dan, dengan didukung oleh beberapa temanny a yang kaya, dia mulai menyebarkan ide-idenya.
Ketika gerakan sekolah minggu sampai di Amerika, gerakan ini menjadi semakin sedikit menggunakan program pengetahuan dasar dan semakin menuju pada penginjilan. Tahun 1810, sekolah minggu versi Amerika diizinkan masuk ke gereja. Ketika gereja mulai ikut terlibat, mereka menjadi lebih tertarik pada isi pengajarannya, dan denominasi-denominasi membentuk dewan atau komisi sekolah minggu untuk mengawasi pendidikan di gereja-gereja lokal.
Awal abad dua puluh memberikan program yang lebih banyak dan lebih luas, yang ditujukan pada pendidikan moral dan spiritual anak. Program pramuka disusun antara tahun 1910 dan 1912. Child Evangelism Fellowship mulai berdiri tahun 1923. Bila pramuka cenderung menggunakan pendekatan sekuler, Child Evangelism Fellowship lebih banyak bekerja melalui Good News Clubs, mengumpulkan anak-anak di lingkungan mereka untuk dibawa kepada Kristus. CEF dan perkembangan lembaga-lembaga untuk anak terus berlanjut. Christian Service Brigade, Pioneer Clubs, Awana Youth Association, dan Christian Youth Crusaders -- masing-masing membentuk program pendidikan anak Kristen yang terus berkembang dan lebih baik: setiap program dilakukan tanpa memandang denominasi dan ditujukan untuk membawa anak-anak kepada Kristus dan pemuridan. (t/Ratri)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK