Sebelum kita mengajar anak-anak untuk mengasihi diri sendiri, maka sebagai orangtua ataupun pendidik kita harus memiliki konsep yang jelas dari Alkitab, mengapa kita harus mengasihi diri kita sendiri.
Cinta adalah satu kata yang sulit untuk ditelusuri. Cinta mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pada saat yang berbeda. Saya cinta (suka) kacang, cinta sepakbola, cinta cuaca hangat, cinta istri dan anak-anak saya, cinta buku yang baik, cinta pembicaraan yang membangkitkan semangat dan cinta Tuhan.
Setiap hal ini mendapatkan jumlah cinta yang berbeda-beda. Walaupun saya menyukai kacang, saya tidak bingung jika saya tidak makan kacang untuk sementara waktu. Saya cinta sepakbola, sehingga setiap hari Minggu siang saya menontonnya di TV. Walaupun demikian, saya akan meninggalkan acara sepakbola itu bila ada kesempatan untuk mengadakan acara bersama seluruh keluarga saya. Cinta saya kepada Allah menyuruh saya agar tidak setiap kali absen dari gereja pada hari Minggu untuk pergi dengan keluarga.
Istilah mencintai diri sendiri juga mempunyai arti yang berbeda- beda. Akibatnya timbul banyak kebingungan terhadap peranan diri dalam pengertian Alkitabiah tentang sifat orang.
Inilah masalahnya. Mencintai diri sendiri dan mementingkan diri
sendiri biasanya merupakan istilah yang sama artinya di dalam
Alkitab. Paulus berkata bahwa pada akhir zaman orang akan "mencintai
dirinya sendiri" (
Tetapi tunggu sebentar -- jangan dulu pergi dan berusaha mencari jalan untuk membuktikan sifat membenci diri Saudara sendiri. Alkitab menunjuk sebuah arti lain-untuk sifat mencintai diri sendiri, satu pengertian yang tidak negatif.
Yesus berkata, misalnya, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri" (
Jikalau demikian, bagaimana kita seharusnya memikirkan tentang diri kita sendiri?
Titik awalnya adalah Allah. Agar bisa mengetahui apa yang harus kita pikirkan tentang diri kita, kita perlu mengetahui pandangan Allah. Ia ingin agar kita memiliki pandangan yang benar, penilaian diri yang benar. Ia ingin kita mengetahui bahwa Ia mengasihi kita dan bahwa kita ini sangat berharga.
Martin Luther berkata, "Bukan karena Saudara berharga sehingga Allah
mengasihi Saudara; Allah mengasihi Saudara dan karenanya Saudara
berharga" Allah memilih untuk menciptakan Saudara dan Ia telah
mengasihi Saudara sejak permulaannya. Daud berkata, "Sebab Engkaulah
yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib"
(
Tetapi kita, manusia telah mengotori pakaian yang asli. Penilaian
diri yang benar berarti bahwa kita takut karena kita berdosa kepada
Allah dan tidak jujur terhadap diri kita sendiri. Banyak tokoh
Alkitab dapat mencapai kesadaran ini dan mereka menanggapi dengan
cara yang sama. Yesaya berkata, "Celakalah aku! ... aku binasa!"
(
Menanggapi dosa dengan sedih merupakan tindakan yang sangat tepat. Kesalahan yang dibuat banyak orang adalah memindahkan rasa tidak suka mereka terhadap sifat berdosa mereka dengan mempersalahkan kemanusiaan mereka.
Menjadi manusia berarti membawa gambar Allah, karena kita diciptakan menurut gambar-Nya. Bergembiralah karena kemanusiaan Saudara. Jagalah diri Saudara baik mental, emosi, fisik, dan rohani.
Kemudian, seperti Daud, mintalah agar Tuhan menyelidiki hati dan
pikiran Saudara, apakah ada sikap, motif, dan perbuatan yang keliru
(
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK