Seorang guru Kristen seringkali tidak bersemangat mengajar karena melihat anak didiknya tidak mau belajar. Ternyata masalahnya adalah anak didik tidak memiliki daya penggerak atau motivasi dalam belajar. Ini merupakan masalah yang cukup mendasar bagi guru Kristen dalam proses belajar bagi anak didik.
Masalah motivasi ini kurang disadari oleh guru. Seringkali guru menganggap gairah dan semangat belajar ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Kalau anak didik kurang bergairah dan tidak memiliki semangat belajar, hal itu disebabkan oleh mereka sendiri.
Menghadapi situasi demikian, guru Kristen yang profesional harus menyadari bahwa dirinya juga harus dapat berperan sebagai motivator. Ia adalah seorang yang harus menolong anak didiknya supaya mempunyai hasrat untuk belajar. Sudah menjadi keharusan juga baginya untuk menyiapkan rangsangan yang kuat bagi anak didik untuk mau belajar. Seorang motivator bertugas memberikan inspirasi atau dorongan supaya proses belajar mengajar menyenangkan.
Ada dua cara yang dapat dipakai untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik. Pertama, guru ikut terlibat dalam kehidupan anak didik. Salah satu bukti guru mengasihi anak didik adalah dengan melibatkan dirinya dalam kehidupan mereka. Kerelaan dan ketulusan guru untuk melayani mereka secara pribadi juga akan mendorong untuk memberikan waktu bagi anak didiknya dan mendengarkan keluh kesah mereka. Ia akan berusaha memahami permasalahan yang dihadapi termasuk juga melakukan kunjungan pribadi. Perbuatan kasih yang demikian akan dirasakan oleh anak didik. Mereka akan mampu membedakan mana perbuatan gurunya yang dilandasi kasih dan mana yang dilakukan dengan kepura-puraan. Dengan tindakan ini, guru sudah berhasil merebut hati anak didiknya sehingga memudahkannya untuk menanamkan motivasi kepada mereka.
Cara kedua menyangkut sikap guru di dalam kelas. Upaya seorang guru untuk membangun motivasi yang baik bagi anak didiknya di luar kelas akan rusak jikalau sikapnya di hadapan mereka salah. Mungkin ia memang mengasihi mereka dengan sungguh-sungguh. Namun, sebagian besar pemberian motivasi bergantung pada hubungan guru dengan murid dalam suasana belajar di dalam kelas.
Menurut Richards, penunjang lain untuk membangkitkan motivasi anak didik adalah sebagai berikut.
Untuk menjadi seorang motivator, seorang guru juga tidak terlepas dari perannya sebagai pengelola kelas. Dia harus memikirkan dan merancang kegiatan di dalam kelas supaya menarik perhatian dan merangsang anak didiknya untuk belajar. Untuk itu pula guru harus melihat diri dan anak didiknya sebagai tim dalam belajar juga sebagai teman sekerja dalam belajar.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK