Naskah Drama: Memilih Salib


Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

(Drama Paskah Satu Babak)

PEMAIN
  1. Seseorang (Penjual Salib)
  2. Pria
  3. Pemuda
  4. Manajer
  5. Si Kaya
NASKAH

Panggung dalam keadaan kosong, tanpa dekor apa pun. Terdengar suara hiruk-pikuk seperti di jalan ramai.

Seorang lelaki setengah baya muncul dari kanan panggung sambil membawa sebuah tas perjalanan dan beberapa buah salib dengan berbagai ukuran, besar sekali, besar, sedang, dan kecil.

Seseorang:

"Aaaah ... lelah sekali rasanya, setelah menempuh perjalanan yang jauh. Saudara-saudara, bolehkah saya numpang beristirahat sejenak di sini? Saya berasal dari negeri yang jauh, sepanjang perjalanan, saya telah menawarkan salib. Banyak orang telah mengambilnya, dari ukuran yang besar sampai yang kecil dengan berbagai alasan. Tentu saja yang kecil yang paling laris, saya tidak tahu mengapa begitu. Dan anehnya, yang paling besar ini, sampai sekarang belum ada peminatnya. Barangkali di antara Saudara ada yang berminat? Ayo, salib, salib. Siapa yang mau, silakan datang dan pilih sendiri. Ayo, tidak usah bayar alias gratis!

Nah, itu ada seseorang sedang menuju ke mari, coba saya tawarkan dia. Selamat pagi, Pak. Maukah Bapak mampir sejenak untuk memilih sebuah salib?"

Pria:

"Maaf. Saya sedang terburu-buru, saya tidak mempunyai cukup waktu untuk urusan seperti ini, lain kali saja. Ngemis kok di sembarang tempat, huh!" [Sambil beranjak pergi.]

Seseorang:

"Sungguh kasihan. Ia tidak tahu, betapa pentingnya salib bagi hidupnya. Apakah tidak ada seseorang yang pernah memberitahukannya?"

Pemuda:

"Permisi! Bolehkah saya meminta sebuah salib, Pak?"

Seseorang:

"Oh, tentu saja, tentu saja boleh!"

[Kepada Penonton] "Ini baru kejutan! Belum ditawari, sudah meminta!"

"Ayo, silakan Dik, pilih mana yang kau suka! Gratis, lho ..."

Pemuda:

"Gratis?"

[Seseorang menganggukkan kepalanya, Pemuda memilih-milih salib, lalu mengambil salib terbesar kedua.]

"Ah, kukira yang ini cocok untukku!"

Seseorang:

"Mengapa begitu?"

Pemuda:

"Pertama-tama, tentu saja karena gratis, maka kupilih yang cukup besar. Kedua, aku masih muda, masih mampu memikul salib yang besar. Lagipula, sangat membanggakan rasanya, di mana-mana orang dapat melihat salib yang kubawa. Yah, aku pilih yang ini saja!"

Seseorang:

"Tunggu dulu! Kalau begitu, mengapa tidak kaupilih yang paling besar saja?"

Pemuda:

"Waaah .... Kalau yang itu terlalu berat untukku. Lagipula, kayunya kasar dan tampak buruk lagi! Ah, sudahlah, aku pilih yang ini saja. Boleh kan?"

Seseorang:

"Oh, boleh, boleh ... Sangaaat ... boleh! Silakan kau ambil yang itu saja!"

Pemuda:

"Terima kasih!" [Berlalu sambil membawa salibnya.]

Seseorang:

"Haaaahh ..." [Menarik napas panjang.] "Di mana-mana anak muda selalu sama, semangat tinggi, ingin selalu menonjol, tapi ... takut, kalau diberi tanggung jawab yang lebih besar. Haaaaahhh ..."

Manajer:

[Masuk dari kiri panggung, berdasi, membawa tas kantor, seorang eksekutif muda] "Lho, kok pagi-pagi sudah mengeluh panjang pendek, ada apa ini?"

Seseorang:

"Oh, tidak, tidak, saya sedang latihan ilmu pernapasan! Apakah Saudara juga berminat dengan salib-salib ini?"

Manajer:

"Salib? Wah, kebetulan sekali. Saya memang sedang mencari-cari salib yang cocok untuk saya."

Seseorang:

"Maksud Saudara?"

Manajer:

"Begini! Sebagai seseorang yang sedang memperoleh karir yang baik, saya membutuhkan sebuah salib yang cocok yang dapat mewakili keberadaan saya."

Seseorang:

[Menunjuk pada salib yang paling besar.] "Kalau begitu, salib yang besar itu pasti cocok untuk menjadi simbol kehebatan Saudara! Bukankah begitu?"

Manajer:

"Oh, bukan, bukan itu maksud saya!"

Seseorang:

"Lalu, bagaimana maksud Saudara yang sebenarnya? Coba katakan!"

Manajer:

"Bukan maksud saya untuk memilih sebuah salib besar yang dapat melambangkan kehebatan saya! Bukan, sama sekali, bukan!"

Seseorang:

"Lantas, bagaimana?"

Manajer:

"Justru, sebaliknya. Saya menginginkan sebuah salib yang fleksibel. Yang mudah diajak menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi saya. Jadi, sebuah salib yang sedang besarnya dan cantik penampilannya."

Seseorang:

"Yang sedang besarnya, banyak, yang cantik penampilannya, banyak, yang bisa dua-duanya yah cuma ini!" [Menunjuk salib yang sedang.]

Manajer:

[Mengambil dengan antusias.] "Ini yang gue cari ...!"

Seseorang:

"Huss! Seperti iklan saja!"

Manajer:

"Oh iya, lupa! Oke, saya ambil salib yang ini saja! Cantik penampilannya, besarnya pun sedang. Mudah terlihat pada saat diperlukan, sesuai dengan jabatan dan kedudukan saya, mudah pula disembunyikan bilamana membahayakan karir saya. [Membuka tas dan memasukkan salib.]

Seseorang:

"Oooh ... begitu ...." [Mengangguk-anggukkan kepala] "Pintar sekali Saudara ini!"

Manajer:

"Yaah ... bukankah Tuhan mengatakan bahwa kita harus cerdik seperti ular, ya itulah yang kulakukan!"

Seseorang:

"Oooh ...." [Sambil terus mengangguk-anggukkan kepala.]

Manager:

"Oke, terima kasih, Pak untuk salibnya ini. Permisi."

Seseorang:

[Seperti tersentak dari lamunan.] "O, ya ... ya ... ya ... silakan, silakan."

[Manajer berlalu.]

Seseorang:

[Menggumam sendiri.] "Cerdik ... se ... per ... ti ... u ... lar, cerdik seperti ular, cerdik sep ... [Membuka-buka kitab yang dibawanya.] Ah, ini dia ... cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Hei, hei, hei ...! Merpatinya ma ... na ...!"

Si Kaya:

[Berdasi, memakai setelan jas, dan segala atribut yang menunjukkan kekayaannya, masuk langsung menghampiri Seseorang.] "Saya dengar Saudara mempunyai koleksi berbagai macam salib."

Seseorang:

"Betul, Pak ... betul!" [Dengan sikap hormat.]

Si Kaya:

"Tolong carikan sebuah yang pas untuk saya. Berapa pun akan saya bayar." [Mengeluarkan seikat uang kertas.]

Seseorang:

"Tidak, tidak perlu! Bapak tidak perlu membayar sepeser pun. Salib ini diberikan dengan cuma-cuma, asal saja Bapak mau memilikinya!"

Si Kaya:

"Kalau begitu, ambil saja uang itu untukmu. Terserah mau kamu apakan!"

Seseorang:

"Terima kasih, Pak, terima kasih. Bapak seorang yang sangat dermawan. Nanti uangnya akan saya berikan kepada mereka yang membutuhkannya. Sekali lagi terima kasih, Pak!"

Si Kaya:

"Tidak apa-apa. Ayo, mana salibnya?"

Seseorang:

"Saya kira ... [Memandang sejenak ke Si Kaya, lalu ke arah salib, beberapa kali.] Ah, yang ini ... [Mengambil salib paling besar.] Sangat cocok untuk Bapak!"

Si Kaya:

"Apa?! [Terkejut.] Sebesar dan seburuk itu? Tidak, tidak, jangan paksa aku untuk memikul salib sebesar dan seburuk itu! Aku tidak akan sanggup!"

Seseorang:

"Silakan bapak pilih sendiri, salib yang bapak suka."

Si Kaya:

[Melihat-lihat dan menimbang-nimbang salib yang ada.] "Nah, yang ini saja!" [Mengambil salib yang paling kecil dengan gembira.]

Seseorang:

"Sekecil itu?"

Si Kaya:

"Yah, aku kira yang ini paling cocok untukku, kecil dan praktis. Untuk seorang businessman seperti aku yang selalu sibuk, tidak akan cukup waktuku jika harus memilih salib yang besar-besar."

Seseorang:

"O,ya? Begitukah?"

Si Kaya:

"Ya, salib yang besar kan cocoknya untuk mereka yang masih muda dan punya banyak waktu. Kalau bagiku, hanya bikin repot saja. Enak yang seperti ini (Memperlihatkan salib yang kecil) "Cilik yo ...!" Ah, maaf saya tidak punya lebih banyak waktu lagi, saya harus segera berangkat ke luar negeri. Sampai jumpa. [Keluar.]

Seseorang:

"Benarkan Saudara-saudara. Seperti yang saya katakan pada awal saya baru tiba tadi. Ternyata di sini pun tidak ada yang berminat dengan salib yang besar dan buruk itu. Lalu ke mana lagi saya harus menawarkannya? Saya sudah lelah, terus memikulnya kian kemari. Haruskah saya terus memikulnya sendirian? Atau begini saja, salib ini saya titipkan saja di sini, barangkali saja suatu hari nanti ada yang berminat. Atau, barangkali di antara saudara-saudara ada yang ingin memikulnya? Maaf, saya harus berangkat lagi. Terima kasih, telah memperbolehkan saya beristirahat sejenak di sini. Permisi! Sampai jumpa! Seseorang berjalan keluar diiringi musik yang meriah. Disusul suara hiruk-pikuk seperti di jalan raya. Selesai!"

  • Salib Kristus adalah sebuah beban, sama seperti jangkar pada perahu atau sepasang sayap pada burung. - Samuel Rutherford -
  • Tidak ada penerima mahkota di sorga yang bukan seorang pemikul salib di dunia. - Charles Haddon Spurgeon -
  • Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan menghasilkan apa-apa. - John Henry Jowett -

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen

Sumber
Judul Buku: 
Naskah Drama: Memilih Salib
Pengarang: 
Yung Darius

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar